Kompas TV regional peristiwa

Sosiolog Sebut Para Remaja yang Memicu Tren Citayam Fashion Week akan Tersingkir

Kompas.tv - 24 Juli 2022, 15:31 WIB
sosiolog-sebut-para-remaja-yang-memicu-tren-citayam-fashion-week-akan-tersingkir
Ikon Citayam Fashion Week, Jeje Slebew (kiri) dan Bonge, didapuk menjadi bintang video klip Keljo bertajuk 'Jangan Katakan Cinta'. (Sumber: Youtube)
Penulis : Danang Suryo | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Para remaja bergaya trendi nan modis yang berkumpul di kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat dan menciptakan fenomena Citayam Fashion Week diprediksi akan digeser oleh kalangan baru.

Kalangan menengah atas yang memiliki sumber daya sosial dan ekonomi disebut berpotensi untuk mengambil alih fenomena tersebut dari para remaja yang kebanyakan berasal dari Citayam, Bojonggede, dan Depok itu.

Sosiolog dari Universitas Indonesia Hari Nugroho mengatakan, tak menutup kemungkinan jika fenomena tersebut juga akan digunakan sebagai keperluan panggung politik.

"Arena ini potensial hanya akan diambil alih oleh mereka yang punya power and resources (kekuatan dan sumber daya, -red) lebih besar yaitu kalau bukan anak muda kelas menengah Jakarta, atau ya mereka yang mau pakai untuk keperluan panggung politik," kata Hari, Minggu (24/7/2022), dikutip dari Kompas.com.


Baca Juga: Dinilai Ganggu Ketertiban, Citayam Fashion Week Berpotensi Pindah Lokasi ke Tempat Ini, Mana Saja?

Menurutnya, jika kalangan tersebut menguasai lokasi fenomena Citayam Fashion Week, anak-anak yang memulai tren tadi akan tersingkir dan berubah menjadi penopang saja.

"Dan akhirnya anak-anak itu (remaja Citayam) akan tersingkir atau sekurangnya hanya menjadi penopang saja, bukan subjek utama arena," tutur Hari.

Hari memprediksi tren tersebut tak akan bertahan lama karena muncul secara spontan dan menciptakan keramaian.

"Menurut saya itu tidak akan bertahan lama, karena itu hanya respons populer saja. Kemunculannya itu adalah sebuah komunitas cair yang tidak terstruktur, yang terkonstruksi secara spontan," ujar Hari.

Fenomena ini, jelas Hari, merupakan tren yang merespons ketiadaan ruang publik untuk remaja di daerah penyangga Jakarta.

Baca Juga: Citayam Fashion Week Menarik Perhatian Pejabat Hingga Presiden, Remaja Butuh Tambahan Ruang Publik

Para remaja dari berbagai daerah seperti Citayam, Bojonggede, dan Depok kemudian membuat tren baru dengan nongkrong di pusat kota Jakarta.

Tren ini kemudian meluas, tanpa adanya tokoh penggerak utama.

"Jadi, menurut saya, fenomena Citayam ini hanya fenomena populer saja, dari ketiadaan ruang bagi anak muda di kota satelit Jakarta untuk berekspresi, untuk membangun identitas mereka. Dan kebetulan tempat di kawasan Sudirman itu menyediakan arenanya," lanjut Hari.




Sumber : Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x