Kompas TV regional wisata

Lokasi Wisata Masa Lalu di Yogyakarta: Studio Film Latar Zaman Belanda hingga Istana Air Keraton

Kompas.tv - 24 Januari 2023, 14:08 WIB
lokasi-wisata-masa-lalu-di-yogyakarta-studio-film-latar-zaman-belanda-hingga-istana-air-keraton
Wisatawan menunggu trem di tengah kota buatan era 70-an di Studio Alam Gamplong, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (29/12/2022). (Sumber: Kompas TV/Nadia Intan F.)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Iman Firdaus

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Lokasi wisata di Yogyakarta sangat beragam. Tak hanya terkenal akan keindahan alamnya, beberapa tahun belakangan ini sejumlah tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bernuansa tempo dulu menjadi viral karena lokasinya yang instagramable.

Beberapa lokasi wisata ini cocok bagi wisatawan yang ingin merasakan nuansa berwisata pada masa lalu:

1. Studio Alam Gamplong

Wisatawan berfoto di depan bangunan bergaya antik di area perkotaan di Studio Alam Gamplong, Kamis (29/12/2022). (Sumber: Kompas TV/Nadia Intan F.)

Sebelum menjadi tempat wisata, Studio Alam Gamplong merupakan lokasi syuting film nasional, di antaranya Bumi Manusia, Habibie dan Ainun, serta Sultan Agung The Untold Love Story.

Di studio film ini wisatawan bisa menikmati bangunan-bangunan bernuansa zaman Belanda hingga tahun 70-an, di antaranya rumah panggung, benteng Belanda, bangunan Tiongkok, rumah Betawi, dan sebagainya. Ada juga trem yang bisa dinaiki oleh pengunjung.

Tulisan-tulisan di area wisata ini pun tampak menggunakan Bahasa Belanda atau Bahasa Indonesia ejaan lama, misalnya di sebuah trem yang beroperasi tertulis "Gambir Willemsplein" atau bangunan stasiun dengan tulisan "Vangst Van Het Vuur Soerabaja".

Studio yang berlokasi di Gamplong 1, Sumberrahayu, Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY ini dibangun atas prakarsa Mooryati Soedibyo, pengusaha sekaligus pendiri produk kecantikan dan perawatan tubuh asal Surakarta, Jawa Tengah.

Baca Juga: Wisata Kuliner di Yogyakarta, Coba Mi Ayam Viral Ini: Jenis Kuah Kental sampai Porsi Brutal

Untuk masuk ke studio Gamplong, pengunjung hanya diminta memberikan dana seikhlasnya. Namun, untuk bisa menaiki trem dan masuk ke area bangunan tertentu, pengunjung perlu membeli tiket seharga Rp10 ribu untuk setiap wahana.

Pengelola pun menyediakan paket bebas akses seharga Rp35 ribu untuk empat tiket, sehingga pengunjung bisa bebas memasuki seluruh area di Studio Alam Gamplong, termasuk Roemah Annelis (film Bumi Manusia), rumah Hasri Ainun Habibie (film Habibie dan Ainun), dan menaiki trem.

Tiket bebas akses di Studio Alam Gamplong, Sleman, Yogyakarta, Kamis (29/12/2022). (Sumber: Kompas TV/Nadia Intan F.)

Pengunjung akan dikenai biaya tambahan Rp10 ribu apabila membawa kamera. Anda akan diminta menulis tujuan penggunaan kamera tersebut, apakah foto pribadi, foto produk, atau foto prapernikahan. Setelah itu petugas akan memberikan kartu izin membawa kamera.

Studio Gamplong buka setiap hari pada pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. Terdapat sejumlah fasilitas, di antaranya kamar mandi, tempat makan, serta musala yang dapat dimanfaatkan pengunjung.

Bangunan di dalam studio ini akan berubah secara berkala karena disesuaikan dengan kebutuhan film serta era latar cerita film tersebut. 

Baca Juga: Wisata Kuliner Rasa Eropa di Yogyakarta Ini Hits di Kalangan Anak Muda

2. Tamansari

Gerbang masuk lokasi wisata Tamansari di Kota Yogyakarta, 8 Mei 2018. (Sumber: Kraton Jogja)

Tempat wisata Tamansari merupakan kompleks taman air milik Keraton Yogyakarta yang mulai dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono I sekitar tahun 1758 M sebagai penghargaan kepada sang permaisuri.

Tamansari masuk dalam wilayah Rukun Kampung Taman, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari Keraton Yogyakarta.

Arti dari Taman Sari adalah taman yang sangat indah dan memesona. Saat memasuki tempat ini, Anda akan melihat kolam-kolam yang dulunya merupakan tempat rekreasi keluarga kerajaan.

Wisatawan yang mengunjungi tempat ini akan bisa merasakan sepenggal pengalaman rekreasi ala keluarga Sultan pada abad ke-18 di taman air itu.

Mengutip jurnal Sekilas Bangunan Pesanggrahan Taman Sari Yogyakarta tulisan Theresiana Ani Larasati, Tamansari juga sering dijuluki istana air atau water kasteel.

Baca Juga: Sandiaga Uno Sebut Wisatawan di Yogyakarta Inginkan Sushi Salmon Mentai, Netizen Heboh

Selain itu, ada juga lorong-lorong bawah tanah di area Tamansari. Pasalnya, selain untuk berekreasi, dahulu tempat ini juga berfungsi sebagai lokasi pertahanan bagi keluarga Sultan.

Tamansari buka setiap hari pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Untuk masuk ke tempat wisata ini, pengunjung perlu membayar tiket seharga Rp5 ribu.

Selain kolam air, area favorit yang dipilih pengunjung untuk berfoto biasanya di bagian Sumur Gumuling. Ada tangga dari lima arah yang menyatu di atas sebuah mata air.

Seorang wisatawan berpose di masjid bawah tanah Sumur Gumuling, Tamansari, Yogyakarta, 9 Agustus 2018. (Sumber: Kompas TV/Nadia Intan F.)

Sumur Gumuling yang berbentuk melingkar itu difungsikan sebagai masjid bawah tanah pada zaman dahulu. Selain masjid, ada juga Pulo Panembung yang digunakan oleh Sultan sebagai tempat untuk bermeditasi. 

Kedua bangunan ini berada di tengah kolam Segaran, tampak menyembul di tengah bentangan air yang luas.

Berdasarkan informasi dari situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, dahulu Tamansari memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan 57 bangunan di dalamnya. Bangunan-bangunan tersebut berbentuk gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, pulau buatan, masjid, dan lorong bawah tanah.

Akan tetapi, setelah diguncang gempa besar beberapa kali, banyak bangunan Tamansari yang hancur dan tak terawat, sehingga lahan yang terbengkalai itu dimanfaatkan warga untuk membangun rumah.

Setelah beberapa kali dipugar dan diperbaiki, bangunan Tamansari yang tersisa saat ini dapat dinikmati oleh wisatawan.


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x