Kompas TV regional jabodetabek

Dinkes DKI: 100.000 Warga Jakarta Kena ISPA Setiap Bulan Akibat Peralihan Cuaca

Kompas.tv - 11 Agustus 2023, 21:04 WIB
dinkes-dki-100-000-warga-jakarta-kena-ispa-setiap-bulan-akibat-peralihan-cuaca
Ilustrasi. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkap, dari 11 juta penduduk DKI Jakarta, ada sekitar 100.000 warga yang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulannya. (Sumber: Tribunnews.com)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkap, dari 11 juta penduduk DKI Jakarta, ada sekitar 100.000 warga yang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulannya. 

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, hal itu terjadi akibat peralihan cuaca.

Seperti diketahui, saat ini sedang masuk musim kemarau dari sebelumnya musim hujan. 

"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk," kata Ngabila seperti dikutip dari Antara, Jumat (11/8/2023).

Baca Juga: Solusi Heru Budi soal Polusi Udara Jakarta: Ganti Kendaraan Listrik dan Tanam Pohon

Ia menjelaskan, polusi udara bisa menyebabkan berbagai penyakit. Selain ISPA, polusi udara bisa mengakibatkan penyakit kronis ataupun penyakit tidak menular seperti radang paru, Penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), asma, dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.

Ia menyarankan, sebaiknya masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah jika tak ada keperluan mendesak. 

"Seandainya kita mau keluar dari ruangan tertutup menuju ruangan terbuka sebaiknya menggunakan masker. Dan selama musim pancaroba ini jaga imunitas kita tetap baik dengan makan yang cukup dan bergizi, juga berolahraga," tuturnya. 

Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, sepanjang Januari-Juni 2023 ada 638.291 kasus ISPA. 

Baca Juga: Media Asing Soroti Terpilihnya Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia

Rinciannya, Januari sebanyak 102.609, Februari 104.638, Maret 119.734, April 109.705, Mei 99.130, dan Juni 102.475 kasus.

Menurut Ngabila pola kasus ISPA akan sama dari tahun ke tahun yakni mulai meningkat pada September, kemudian puncaknya di Oktober sampai November dan mulai kembali turun sesudah Maret.

 "Tidak ada kenaikan kasus ISPA yang bermakna sejak bulan April sampai Juli 2023," ucapnya. 

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia menyatakan, ada kenaikan kasus ISPA pada 2023 dibandingkan 2022.

 "Ini kondisi yang kita lihat kurang lebih seperti era sebelum COVID-19 di 2019-2018. Di 2020-2021, penyakit memang mungkin mayoritas mengalami COVID-19, untuk saluran napas akut, 2022 mulai sedikit meningkat, di 2023 meningkat, dan kembali polanya seperti pada era 2019-2018," terangnya. 

Baca Juga: Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Dijual Rp250.000, Sama dengan Tiket Argo Parahyangan

Mengutip pemberitaan Kompas.TV sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut, mengganti kendaraan dinas yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) ke tenaga listrik merupakan solusi untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. 

Ia menjelaskan,  kebijakan tersebut di Dinas Perhubungan (Dishub). Kini, ratusan motor operasional di Dishub sudah tak lagi memakai BBM.

"Kendaraan-kendaraan dinas secara bertahap kita ganti dengan baterai. Contoh Dishub, beberapa ratus motor (yang diganti)," kata Heru, Kamis (10/8/2023). 

Selain itu, kata Heru, Pemprov DKI Jakarta juga bekerja sama dengan pemerintah daerah di wilayah kota penyangga untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satunya dengan cara menanam pohon. 

"Saya sampai hari ini contoh saja sudah menanam berapa ribu pohon kan. Terus ruang terbuka hijau kita perbanyak," kata Heru.

Baca Juga: Siap-Siap, Tarif Tol Jagorawi dan Tol Sedyatmo Naik Mulai 20 Agustus 2023, Ini Rincian Tarif Barunya

Seperti diketahui, terpilihnya DKI Jakarta sebagai kota paling berpolusi di dunia menjadi sorotan media asing. 

Jakarta terpilih sebagai kota paling berpolusi di dunia pada Rabu (9/8/2023), berdasarkan data dari Perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir.

Jakarta diketahui secara konsisten berada di posisi ke-10 paling berpolusi secara global sejak Mei. Media Singapura, Channel News Asia pun menyoroti hal tersebut.


 

"Menurut IQAir, Jakarta yang memiliki populasi lebih dari 10 juta orang, memiliki level polusi udara paling tak sehat setiap hari,” tulis mereka, Rabu (9/8).

Channel News Asia juga mengungkapkan pernyataan dari warga Jakarta terkait buruknya kualitas udara di Ibu Kota Indonesia itu.

“Saya pikir situasi ini sangat mengkhawatirkan,” kata Rizky Putra, salah satu warga Jakarta dikutip dari Channel News Asia.

Baca Juga: Diduga Terima Suap Rp4,4 M dari Perusahaan Rokok, KPK Tahan Eks Kepala BP Tanjung Pinang Den Yealta

“Banyak anak yang sakit dengan keluhan yang sama dan gejala seperti batuk dan demam,” tambahnya.

Menurut Channel News Asia, warga Jakarta sudah sejak lama mengeluhkan buruknya polusi udara dari kemacetan parah, asap industri dan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

Media itu menuliskan beberapa dari warga tersebut telah  memenangkan gugatan perdata pada 2021, yang menuntut pemerintah mengambil tindakan untuk mengendalikan polusi udara.




Sumber : Antara, Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x