Kompas TV advertorial

Menjelajah #DiIndonesiaAja : Ayo, Ke Labuan Bajo!

Kompas.tv - 29 Mei 2022, 17:20 WIB
menjelajah-diindonesiaaja-ayo-ke-labuan-bajo
Host merasakan pengalaman menginap di rumah adat Mbaru Niang khas Desa Wisata Wae Rebo, Labuan Bajo. (Sumber: Dok. Jalan-Jalan Kompas TV)
Penulis : Adv Team

 

LABUAN BAJO, KOMPAS.TV – Beberapa waktu lalu Rezha Disastra dan Steffy Ai sudah mengajak Anda jalan-jalan virtual ke tiga dari lima Destinasi Super Prioritas #DiIndonesiaAja.

Setelah Likupang, Danau Toba, serta Borobudur, Rezha dan Ai akan mengunjungi Labuan Bajo di episode 4 Program Jalan-Jalan.

Labuan Bajo termasuk dalam Destinasi Super Prioritas yang telah ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Tips Melakukan Perjalanan Udara Selama Pandemi

Ada sejumlah hal yang perlu dipersiapkan untuk bepergian lewat jalur udara selama pandemi Covid-19.

Pertama-tama, pastikan tubuh Anda dalam kondisi sehat dan prima. Kedua, Anda sebaiknya menyiapkan botol minum pribadi, masker cadangan, dan hand sanitizer untuk proteksi maksimal.

Ketiga, pastikan lokasi wisata yang dituju sudah menerapkan protokol kesehatan dengan baik sehingga tetap merasa aman dan nyaman selama liburan nanti.

Selama perjalanan usahakan untuk selalu menaati protokol kesehatan yang berlaku.


Eksplorasi Keindahan Gua di Labuan Bajo

Labuan Bajo merupakan salah satu kota yang berada di Kecamatan Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain keindahan pesona alam Pulau Komodo, masih banyak alternatif destinasi wisata di Labuan Bajo dan sekitarnya.

Untuk tiba di Labuan Bajo Anda bisa naik pesawat tujuan Komodo International Airport. Dari bandara Anda dapat menyewa mobil atau menggunakan transportasi umum seperti bus DAMRI ke Labuan Bajo. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai destinasi kira-kira 15 menit.

Sesampainya di Labuan Bajo, Anda dapat mengunjungi sejumlah gua unik, yaitu Goa Batu Cermin dan Goa Rangko.

Goa Batu Cermin terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Destinasi ini menerapkan protokol kesehatan yang ketat dengan mewajibkan pengunjung menggunakan masker, diukur suhu tubuh, dan mencuci tangan.

Selain itu, pengunjung diwajibkan memakai peralatan keamanan yang disediakan seperti helm dan kacamata. Selama berwisata pengunjung juga harus didampingi pemandu wisata profesional.

Goa Batu Cermin memiliki ruang yang sempit dengan kedalaman mencapai 20 meter. Luasnya mencapai 19 hektar, sedangkan tingginya sekitar 75 meter.

Baca Juga: #DiIndonesiaAja, Menyapa Desa Wisata di Sisi Kemegahan Candi Borobudur

Gua ini pertama kali ditemukan arkeolog Belanda bernama Theodore Verhoven tahun 1951. Jutaan tahun lalu gua ini berada di bawah permukaan laut, kemudian muncul ke permukaan darat akibat pergeseran lempeng bumi.

Karena gua ini pernah berada di bawah laut terdapat fosil ikan, kura-kura, hingga terumbu karang di dinding dan langit langit gua. Menarik, bukan?

Tidak hanya itu, Goa Batu Cermin mempunyai pesona lain sehingga layak disebut batu cermin. Makin masuk ke dalam gua ada ruang sempit dengan lubang di langit-langitnya. Saat siang hari cahaya matahari masuk melalui lubang-lubang tersebut.

Cahaya yang memantul di dinding kemudian memantul kembali ke area lain sehingga batu gua berfungsi seperti cermin. Refleksi cahaya pun membuat permukaan batu mengilat, bahkan berwarna keemasan hingga kehijauan.

Jika Anda ingin melihat pantulan tersebut waktu terbaik berkunjung ke Goa Batu Cermin saat musim kemarau adalah pukul 11 sampai 12.30 WITA. Sementara itu, saat musim hujan biasanya dari jam 12 tetapi tergantung cuacanya. Karena itu, Anda sebaiknya berkunjung saat cuaca panas.

Jika Anda berkunjung ke Labuan Bajo, Gua Rangko sayang untuk dilewatkan. Destinasi wisata alam ini cukup unik karena tidak jauh dari bibir pantai.

Gua Rangko berada di Desa Rangko, Kabupaten Manggarai Barat, jaraknya sekitar 15 kilometer dari kota Labuan Bajo. Untuk menuju Gua Rangko wisatawan harus menyewa kapal nelayan yang banyak berlabuh di sekitar area Dermaga Desa Rangko.

Untuk mencapai ke gua dibutuhkan trekking selama 20 menit. Setelah itu, Anda akan disambut dengan mulut Gua Rangko yang dipenuhi stalagmit dan stalaktit.

Keunikan tempat ini adalah keberadaan kolam air asin sedalam tujuh meter dengan air yang jernih dan segar. Pengunjung bisa berenang atau berendam sambil menikmati udara dalam gua yang sejuk.

Saat pantulan cahaya matahari masuk, air kolam menjadi berwarna biru terang. Kondisi dalam gua yang sebelumnya sedikit gelap akan berubah menjadi terang karena dinding-dinding dalam gua akan memantulkan cahaya sinar matahari. Waktu terbaik untuk mendapatkan momen ini yaitu pukul 13.30 hingga pukul 15.00 WITA.

Wisata Kuliner di Labuan Bajo

Puas mengeksplorasi alam Labuan Bajo, kini saatnya Anda mencoba makanan khasnya, yaitu ikan kuah asam. Sesuai namanya, ikan ini memiliki cita rasa asam dan segar.

Ikan yang digunakan untuk dijadikan hidangan pun beragam, mulai dari kerapu hingga kakap. Selain ikan kuah asam, kuliner lain yang mudah ditemukan di Labuan Bajo adalah sayur rumpu rampe.

Baca Juga: Merapah Pesona Danau Toba, Destinasi Super Prioritas Kelas Dunia #DiIndonesiaAja

Sayur rumpu rampe terbuat dari sayuran hijau yang cenderung pahit yaitu bunga pepaya, daun kelor, buah pepaya muda, daun pepaya, daun singkong, serta jantung pisang. Bahan-bahan tersebut kemudian ditumis dengan bumbu sederhana dan disajikan bersama nasi dan se’i sapi.

Melihat Sunset dari Ikon Wisata Labuan Bajo

Sebagai Destinasi Super Prioritas, Labuan Bajo punya ikon baru bernama Waterfront City. Karena bangunannya didesain sebagai ruang terbuka publik Anda bisa menikmati beragam aktivitas sambil melihat pesona kota Labuan Bajo.

Anda juga dapat menikmati sore hari di Labuan Bajo sambil bersepeda elektrik.

Keindahan Labuan Bajo dapat dinikmati dengan berbagai cara. Jika Anda ingin menikmati pesona Kota Labuan Bajo dari ketinggian Anda bisa datang ke Puncak Waringin.

Destinasi ini letaknya berada di tengah kota. Jaraknya sekitar 15 menit dari Bandara Komodo maupun dari pelabuhan laut.

Puncak Waringin berada pada ketinggian 45 sampai 54 meter di atas permukaan laut. Karena itu, spot ini merupakan salah satu tempat terbaik melihat sunset.

Selain itu, saat ini Puncak Waringin sudah semakin nyaman, bahkan menjadi ruang interaksi warga. Lokasi ini sudah mulai ditata pemerintah pusat di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional atau KSPN sejak 2019.

Tempat yang nyaman ditambah pemandangan indah dan sunset Labuan Bajo membuat tempat ini wajib jadi spot foto.

Desa Wisata Wae Rebo, Surga di Atas Awan

Jika Anda berencana pergi ke Labuan Bajo, Desa Wisata Wae Rebo sebaiknya masuk dalam daftar itinerari.

Desa Wisata Wae Rebo berlokasi di Pegunungan Kampung Satar Lenda, Kabupaten Manggarai. Desa Wisata Wae Rebo terletak di ketinggian 1.300 di atas permukaan laut. Tempat ini berada di lembah yang dikelilingi gunung. Karena itu, desa ini dijuluki surga di atas awan.

Tahun 2012, Desa Wisata Wae Rebo dinyatakan oleh UNESCO sebagai warisan budaya. Selain itu, karena kekayaan dan pesona alamnya, Wae Rebo menjadi salah satu dari 50 Desa Wisata Terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI 2021.

Untuk sampai ke tempat ini, dari Labuan Bajo Anda bisa berkendara menggunakan mobil atau transportasi umum ke Desa Denge. Perjalanannya membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga jam.

Sesampainya di pos pertama, Anda perlu trekking atau berjalan kaki selama kurang lebih 2,5–4 jam.

Akses ke atas desa merupakan jalan setapak yang tidak bisa ditempuh dengan kendaraan. Namun, pemandangan selama perjalanan tidak kalah cantik.

Karena memerlukan waktu trekking cukup lama, tidak ada salahnya Anda mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Pertama, gunakan sepatu yang nyaman digunakan berjalan jauh, misalnya sepatu hiking. Hindari penggunaan sandal karena saat musim hujan cenderung becek.

Kedua, jangan lupa bawa jas hujan dan jaket karena cuaca yang tidak bisa diprediksi. Gunakan ransel atau tas yang nyaman dan kuat untuk membawa barang.

Anda bisa menggunakan jasa porter untuk membantu membawakan bawaan selama trekking.

Kemudian, pastikan stamina Anda tetap terjaga sampai tujuan. Sebagai tambahan, Anda bisa mempersiapkan perbekalan seperti makanan dan minuman untuk mengisi energi selama perjalanan.

Anda juga sebaiknya membawa baterai cadangan karena akses listrik di Wae Rebo sangat terbatas.

Listrik hanya dinyalakan dari pukul enam sore hingga sepuluh malam. Anda juga perlu membawa uang tunai secukupnya untuk bertransaksi di desa.

Sesampainya di pos terakhir, yakni pos keempat, ada aturan adat yang perlu ditaati. Kentongan harus dipukul sebagai tanda ada tamu yang datang.

Sebelum masuk ke desa ini pengunjung tetap wajib taat prokes, seperti pakai masker dan cuci tangan dahulu.

Wakil Ketua Lembaga Pelestarian Budaya Wae Rebo Wilhelmus Rupun memaparkan, sejak Wae Rebo masuk Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 jumlah wisatawan makin meningkat. Desa juga makin dikenal di tingkat nasional.

Masyarakat Desa Wae Rebo pun makin semangat dan antusias mengembangkan potensi desa sebagai desa wisata.

Makin meningkat pengunjungnya, makin berkembang pula perekonomiannya sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru.

Rumah Adat di Desa Wisata Wae Rebo

Mbaru Niang adalah rumah adat yang bisa Anda temukan di Desa Wisata Wae Rebo. Rumah adat ini berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter.

Pada tingkat pertama ada ruang lutur sebagai tempat tinggal dan tempat kumpul keluarga. Di tingkat kedua ada loteng atau lobo sebagai tempat penyimpanan barang sehari-hari dan bahan makanan.

Tingkat ketiga yang disebut lentar digunakan untuk menyimpan benih tanaman pangan. Di lantai keempat ada lempa rae, sebuah ruang penyimpanan stok pangan untuk mengantisipasi jika terjadi kekeringan.

Di tingkat kelima atau hekang kode adalah tempat sesajian bagi para leluhur. Uniknya, atap rumah Mbaru Niang berukuran tinggi dan menjorok jauh ke bawah sehingga sekaligus berfungsi sebagai dinding rumah.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Likupang, Hidden Gem #DiIndonesiaAja di Ujung Timur Sulawesi Utara

Mbaru Niang dikonstruksi dari bahan-bahan lokal, seperti ilalang dan ijuk. Bagian tiang dan papan lantai panggung terbuat dari kayu. Satu Mbaru Niang bisa ditinggali enam hingga delapan keluarga.

Keunikan lainnya bangunan Mbaru Niang selalu dijaga warganya secara turun temurun. Warga Wae Rebo sudah menghuni Mbaru Niang sejak sebelum abad ke-18. Namun, hingga saat ini jumlah Mbaru Niang tidak pernah bertambah atau berkurang, melainkan tetap berjumlah tujuh rumah.

Jumlah tujuh rumah bukan ditetapkan secara sembarangan. Jumlah tersebut mengandung arti penghormatan terhadap tujuh arah gunung yang ada di sini.

Warga meyakini ketujuh gunung itu berfungsi sebagai pelindung desa Wae Rebo.

Desa Wae Rebo memang masih sangat menjaga adat budayanya, seperti prosesi. Mbata adalah alunan musik tradisional untuk mengungkapkan makna kehidupan.

Ada yang berisi nasihat, perjuangan hidup, persahabatan, kegembiraan, hingga rasa syukur kepada Tuhan, alam, dan leluhur.

Musik ini biasanya dilaksanakan pada malam hari untuk mengisi kekosongan waktu. Selain itu music ini juga dimainkan saat upacara Penti alias syukur panen akhir tahun.

Mbata juga biasanya mengiringi lantunan lagu-lagu daerah untuk mengungkapkan rasa syukur. Rasa syukur tersebut antara lain atas berkat dari Sang Pencipta serta perlindungan dari leluhur  terhadap hasil panen padi, jagung, dan berbagai hasil bumi lainnya.

Berwisata belum lengkap rasanya kalau belum mencicipi makanan khas daerah. Desa Wae Rebo secara turun temurun memiliki sejumlah hidangan khas olahan rebung, seperti sayur rebung, perkedel rebung, dan telur bumbu rebung. 

Setelah lelah beraktivitas seharian, wisatawan dapat beristirahat di homestay yang terletak di salah satu Mbaru Niang khusus pengunjung.

Homestay ini telah menerapkan protokol kesehatan sesuai ketetapan pemerintah. Tarif menginap yang ditetapkan sebesar Rp 325 ribu per orang. 

Pemerintah lewat Kemenparekraf memberikan pelatihan mengelola homestay bagi warga desa. Karena itu, dari sisi fasilitas, pelayanan, dan prokes homestay telah sesuai standar.

Pagi harinya, wisatawan dapat mencoba pengalaman mandi di sumber mata air yang berasal dari pegunungan atau sosor. Anda tidak perlu khawatir karena tempat pria dan wanita di pemandian sosor sudah dipisah.

Mencoba Kopi Khas dan Aktivitas Menenun di Desa Wae Rebo

Kopi merupakan produk unggulan di Desa Wisata Wae Rebo. Tanaman kopi ditanam di ketinggian 1.500 kaki di atas permukaan laut sehingga kualitas kopi di sini sangat baik.

Selain mencicipi kopi wisatawan akan diperlihatkan cara memanen dengan memetik biji kopi robusta yang berwarna merah.

Setelah itu, wisatawan diajak melihat proses penjemuran, menggoreng biji kopi, hingga menggilingnya.

Kopi asli Wae Rebo yang sudah digiling siap disajikan. Cita rasa kopi di sini cenderung segar dan autentik karena tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida tanaman. Selain itu, budidaya sama pengolahan pasca panennya masih tradisional.

Petani di Wae Rebo meyakini penggunaan pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah warisan leluhur. Selain ke wisatawan kopi Wae Rebo juga dijual ke pasar luar desa, bahkan sudah sampai ke Pulau Jawa.

Setelah mencicipi dan membeli kopi Wae Rebo, desa ini juga menawarkan produk kerajinan tangan berupa kain tenun dan anyaman.

Motif tenun Desa Wisata Wae Rebo pun berbeda dari daerah lainnya. Di desa ini kain tenunnya mayoritas bermotif manggarai atau menyerupai bunga serta memiliki warna lebih cerah.

Sementara itu, dari tangan terampil warga desa berbagai kerajinan anyaman dapat dijadikan oleh-oleh. Ada tas, dompet, hingga gelang cantik.

Kain tenun dan anyaman di Wae Rebo juga menjadi produk ekonomi kreatif selain kopi.

Berbagai produk ekonomi kreatif Wae Rebo dapat wisatawan lihat di satu etalase sehingga bisa bebas dipilih.

Uang hasil penjualan kerajinan asli desa digunakan warga untuk menyangga kebutuhan hidup warga desa.

Mulai dari membeli beras dan kebutuhan lain di pasar hingga menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan tinggi.

Karena itu, pembelian kopi, kain tenun, dan anyaman Wae Rebo dapat membantu mengembangkan usaha masyarakat setempat sekaligus membangkitkan ekonomi sekitar.

Yuk, dukung ekonomi kreatif dalam negeri dengan membeli dan menggunakan produk lokal!

Pengalaman Wisata Air Tak Terlupakan di Labuan Bajo

Agar jalan-jalan makin berkesan di Labuan Bajo Anda bisa mendatangi Pantai Waecicu. Untuk sampai di Pantai Waecicu wisatawan cuku berkendara sekitar empat menit saja dari kota Labuan Bajo.

Pantai ini memiliki pemandangan memesona dengan pasir putihnya yang membentang. Dalam sehari Anda bisa mencoba beragam aktivitas air seru di pantai ini, seperti snorkeling dan stand up paddle board.

Sebelum pengunjung menggunakan peralatan aktivitas air, pengelola akan menyemprotkan disinfektan agar aman dan nyaman.

Jika Anda memiliki peralatan snorkeling atau menyelam pribadi sebaiknya dibawa agar bisa langsung digunakan.

Keseruan jalan-jalan Rezha dan Steffy di Destinasi Wisata Super Prioritas #DiIndonesiaAja dari Kemenparekraf belum berakhir. Kira-kira minggu depan Rezha dan Steffy ke mana lagi, ya?

Selain terus nonton program Jalan-jalan, Anda juga bisa mengikuti kuis berhadiah merchandise menarik dari Kompas TV dan Kemeparekraf. Jawabannya dapat Anda simak di Jalan-Jalan episode 3 edisi Labuan Bajo.

Yuk, langsung saja kunjungi Instagram Kompas TV untuk memenangkan hadiahnya. Jangan lewatkan Jalan-Jalan #DiIndonesiaAja selanjutnya, yaitu episode Mandalika. Tonton terus Jalan-Jalan tiap hari Minggu pukul 10.30 WIB di Kompas TV.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x