> >

Langkah Jokowi Bubarkan 3 BUMN Dinilai Sudah Tepat, Ini Alasannya

Bumn | 21 September 2021, 12:59 WIB
Beberapa pegawai tengah melintas di depan Kantor Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jakarta Pusat (Sumber: Dokumentasi Kementrian BUMN)

JAKARTA, KOMPAS.TV- Dalam rangka mempersiapkan dibentuknya holding BUMN bidang pangan, Presiden Jokowi membubarkan 3 BUMN. Yaitu PT Bhanda  Ghara Reksa (BGI), PT Pertani, dan PT Perikanan Nusantara alias Perinus.

Ketiga BUMN itu kemudian digabungkan dengan  BUMN lain yang bidang usahanya sejenis. Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai, langkah pemerintah sudah tepat.  Dengan pembubaran 3 BUMN, jumlah perusahaan yang bergabung menjadi holding pangan semakin sedikit.

"Dengan mereka gabung dalam 1 perusahaan yang sama, maka cost structure lebih murah, skala bisnisnya ditingkatkan, kapasitas produksinya besar, sehingga daya saing nya meningkat," kata Toto saat dihubungi Kompas TV, Selasa (21/9/2021).

Dalam aturan yang dikeluarkan Jokowi 15 September 2021, disebutkan jika BGR digabung dengan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), Perinus digabung dengan PT Perikanan Indonesia (Perindo), dan Pertani digabung dengan PT Sang Hyang Seri.

Toto mengatakan, dengan begitu holding BUMN pangan akan punya unit usaha yang terintegrasi.

Baca Juga: Persiapkan Holding BUMN Pangan, Jokowi Bubarkan 3 BUMN

"Di hulu ada Perindo dan Sang Hyang Seri, lalu distribusi nya ada PPI, tinggal nanti cari perusahaan (BUMN) off taker mana yang mau digabungkan juga," ujar Toto.

Efisiensi serupa juga yang ingin dicapai pemerintah, lewat holding BUMN mikro yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani. Kata Toto, holding mikro dibentuk untuk menjangkau lebih dari 50 juta usaha mikro yang belum tersentuh perbankan.

"Supaya akses pembiayaan mikro lebih terbuka untuk usaha yang feasible tapi tidak bankable," tuturnya.

"PNM itu kuat banget pembiayaan ke mikro kecil, nah nanti bisa dipakai (basis nasabah) itu oleh BRI. Lalu jika selama ini PMM dan Pegadaian cari pembiayaan ke bank lain, sekarang bisa ke BRI. Jadi biayanya lebih murah, sehingga ke debitur juga lebih murah dan lebih kompetitif," katanya.

Di sisi lain, tidak semua aksi merger BUMN menjadi holding bisa langsung sukses. Toto mencontohkan holding BUMN perkebunan dengan induk usaha PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III.

Baca Juga: Erick Thohir Beri Bukti Hasil Signifikan Perampingan Pertamina

PT PTPN III berhasil menorehkan kinerja positif pada semester I tahun ini. Tercatat laba bersih perusahaan melesat 227 persen atau mencapai Rp1,45 triliun dari sebelumnya rugi dalam 2 tahun terakhir.

"Harusnya holding BUMN ada value creation nya. Jika 4 BUMN digabung maka nilainya bukan 4 juga, tapi harusnya jadi 6 atau 7," ucap Toto.

Toto menyatakan, kesuksesan holding perusahaan tergantung seberapa cepat mereka berhasil menjalankan post merger integration. Seperti menyatukan budaya perusahaan dan standarisasi sistem pengelolaan SDM serta operasional.

"Kalau enggak bisa, yang ada malah memberatkan dan memperlambat kinerja perusahaan dibanding saat masih berdiri sendiri," imbuhnya.

Tapi, ada juga holding BUMN yang sudah sukses. Misalnya holding tambang dan semen. Holding BUMN tambang bernama MIND ID, disebut Toto berhasil meningkatkan nilai perusahaan dan memperluas portofolio usaha. Yaitu dengan mengakuisisi perusahaan tambang nikel, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO).

Begitu juga dengan holding BUMN semen, PT Semen Indonesia Tbk., yang menjadi holding BUMN generasi pertama yang sukses.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU