> >

BI Optimistis Inflasi 2023 di Angka 3-4 Persen, Harga Barang Impor dan Rupiah Terkendali

Kebijakan | 1 Desember 2022, 08:44 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pembukaan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada Rabu (30/11/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, pihaknya akan berupaya menekan inflasi kembali ke level normal. Ia optimistis target tersebut akan tercapai, seiring tetap terkendalinya inflasi harga impor atau imported inflation dengan nilai tukar rupiah.

Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023, diperkirakan tetap kuat pada kisaran 4,5 sampai 5,3 persen dengan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 plus minus 1 persen.

“Inflasi yang masih sangat tinggi sekarang akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen pada 2023 dan 2,5 plus minus 1 persen pada 2024,” kata Perry dalam pembukaan  Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, dikutip dari Antara, pada Rabu (30/11/2022).

Biasanya, inflasi terjadi karena meningkatnya permintaan yang tidak diimbangi oleh bertambahnya pasokan. Inflasi sehat bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun yang terjadi saat ini, inflasi terjadi karena berkurangnya pasokan barang-barang dan energi karena perang Rusia dan Ukraina, serta dampak pandemi yang belum reda.

Baca Juga: Jokowi Sebut Hal Ini Jadi Kunci Agar RI Bisa Hadapi Resesi Global di 2023

Sementara itu, permintaan tidak menunjukkan peningkatan sehingga berpotensi menimbulkan stagflasi. Yaitu kondisi dimana inflasi tinggi, tapi ekonomi stagnan.

Kondisi itu diperburuk dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sehingga Indonesia harus membayar lebih mahal untuk barang-barang impor. Perusahaan yang punya utang dalam dollar AS tapi pendapatannya dalam rupiah, juga akan terbebani.

Untuk mengatasinya, sejauh ini BI telah menaikkan suku bunga acuan beberapa kali untuk mengendalikan inflasi dan nilai tukar rupiah.

Selain itu, koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah Pusat dan Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga berkontribusi pada terkendalinya inflasi.

Perry mengingatkan, Indonesia harus mewaspadai lima  potensi risiko global di 2023, karena akan mempengaruhi stabilitas dan pemulihan ekonomi dalam negeri.

Baca Juga: Inflasi Tinggi di AS, Sri Mulyani Makan Taco dan Burrito Seharga Rp200.000

Pertama, lima pertumbuhan ekonomi yang menurun atau slow growth serta risiko resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang meningkat.

Kedua adalah inflasi yang sangat tinggi atau high inflation karena harga energi dan pangan global yang melonjak.

Ketiga, suku bunga yang tinggi bahkan The Fed Fund Rate bisa mencapai 5 persen dan tetap tinggi selama tahun depan.

"Risiko global keempat yang perlu diwaspadai adalah dolar AS yang sangat kuat sehingga menyebabkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar mata uang negara lain termasuk rupiah," ujar Perry.

"Terakhir adalah penarikan dana oleh para investor global dan mengalihkannya ke aset likuid karena risiko tinggi," ujarnya.
 

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Antara


TERBARU