Meski Dianggap Terlambat, BioNTech Kerja Sama Bangun Pabrik Vaksin mRNA di Afrika
Kompas dunia | 27 Oktober 2021, 03:05 WIBRencana BioNTech tersebut turut mengundang kritik. Salah satunya disuarakan oleh Rohit Malpani, konsultan kesehatan masyarakat indepenen yang berbasis di Paris, Prancis.
Baca Juga: Pemerintah Sudah Habiskan Rp28, 2 triliun untuk Beli Vaksin Covid 19
Rohit Malpani sebelumnya bekerja untuk Dokter Lintas Batas/Médecins Sans Frontières (MSF), organisasi kemanusiaan internasional.
“Ini sudah sedikit terlambat. Tidak ada halangan untuk BioNTech melakukan ini setahun lalu saat mereka malah membangun pabrik di AS dan Jerman,” kata Malpani.
“Fakta bahwa mereka diam dan membiarkan kebijakan apartheid vaksin dan membiarkan jutaan orang tanpa vaksin menunjukkan bahwa kita tidak bisa memercayai perusahaan-perusahaan ini,” imbuhnya.
Malpani juga menggarisbawahi poin kerja sama yang setuju memproduksi vaksin di bawah lisensi BioNTech. Ia mengkhawatirkan distribusi vaksin yang masih dipegang perusahaan tersebut.
“Ini tidak menjamin bahwa negara-negara (Afrika) akan memiliki akses terhadap vaksin atau mereka akan memiliki bekal respons yang lebih baik menghadapi pandemi masa depan,” kata Malpani.
Di lain sisi, Afrika memiliki pengembang vaksin lain yang berupaya mengembangkan vaksin mRNA. Pengembangan ini dilakukan oleh Afrigen yang berbasis di Cape Town, Afrika Selatan.
Afrigen berupaya memproduksi replika vaksin Moderna berbekal informasi yang dibuka untuk publik. WHO mendukung Afrigen memproduksi vaksin mRNA Covid-19 tanpa campur tangan Moderna atau perusahaan farmasi besar yang lain.
Baca Juga: Moderna Klaim Vaksin Covid-19 Mereka Aman untuk Anak Usia 6 - 11 tahun
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press