Kerugian Memuncak Akibat Perubahan Iklim, Negara Miskin Tagih Negara Kaya Segera Bayar Kerusakan
Kompas dunia | 10 November 2021, 07:34 WIBGLASGOW, KOMPAS.TV - Negara-negara miskin di KTT iklim PBB COP26 menekan sejumlah negara kaya untuk membayar harga kerusakan yang makin meningkat disebabkan oleh pemanasan global.
Hal ini ditunjukkan pada meningkatnya badai, topan, kekeringan, dan banjir yang hebat yang menimpa rakyat mereka.
Melansir Straits Times, Selasa (9/11/2021), kampanye yang dilancarkan pada KTT iklim PBB COP26 di Glasgow, Skotlandia, mencari ratusan miliar dolar per tahun lebih untuk ekonomi yang rentan iklim bahkan ketika mereka berjuang untuk mengakses sekitar 100 miliar dollar AS yang dijanjikan oleh negara-negara kaya di dunia bertahun-tahun lalu.
Dana yang dijanjikan sebelumnya, yang dimaksudkan untuk membantu negara-negara berkembang beralih dari bahan bakar fosil lalu beradaptasi dengan realitas masa depan dunia yang lebih hangat, ditawarkan sebagai pengakuan bahwa negara-negara miskin adalah tidak bertanggung jawab atas perubahan iklim.
"Kami terlalu lambat dalam mitigasi dan adaptasi, jadi sekarang kami menghadapi masalah kehilangan dan kerusakan yang besar dan terus berkembang ini," kata Harjeet Singh, penasihat Climate Action Network, yang terlibat dalam negosiasi atas nama negara berkembang.
Dia mengatakan perundingan sejauh ini fokus untuk memasukkan bahasa tentang kerugian dan kerusakan dalam teks resmi perjanjian KTT, permintaan yang dia katakan menghadapi perlawanan dari Amerika Serikat,
Uni Eropa dan negara-negara maju lainnya yang khawatir dengan potensi biaya dan implikasi hukum dari kata-kata tersebut.
Ditanya apakah Uni Eropa harus mempertimbangkan dana kerugian dan kerusakan terpisah dari pendanaan untuk mitigasi dan adaptasi, Dr Jurgen Zattler, kepala Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Jerman, mengatakan dia yakin pertanyaan itu terlalu dini.
"Saya kira diskusi belum sampai pada tahap itu," katanya kepada wartawan di KTT Glasgow.
"Kami belum tahu apa sebenarnya kerugian dan kerusakan itu, apa bedanya dengan adaptasi. Kami bergerak dalam kegelapan di sini."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Straits Times