> >

Perundingan Nuklir Berlanjut, Iran Ogah Ketemu Delegasi AS

Kompas dunia | 29 November 2021, 19:46 WIB
Presiden Iran Ebrahim Raisi berbicara di parlemen di Teheran, Iran pada 16 November 2021. Iran dan negara-negara adidaya melanjutkan perundingan di Wina, Austria, Senin (29/11/2021), untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang hampir kolaps setelah Amerika Serikat menarik diri, tiga tahun lalu. (Sumber: AP Photo/Vahid Salemi)

 

WINA, KOMPAS.TV - Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan tidak akan menggelar pertemuan bilateral dengan delegasi Amerika Serikat (AS) di sela-sela perundingan nuklir yang kembali dilanjutkan di Wina, Austria, hari ini, Senin (29/11/2021).

Perundingan yang bertujuan menyelamatkan kesepakatan nuklir tahun 2015 itu dilanjutkan setelah terhenti selama lima bulan.

Sejak itu, enam putaran perundingan tidak langsung telah digelar dalam kurun April-Juni lalu. Perundingan baru itu dimulai lagi setelah sempat terhenti menyusul terpilihnya presiden baru Iran, Ebrahim Raisi.

Pejabat Uni Eropa yang mengepalai perundingan nuklir Iran mengatakan, pihaknya telah bertemu perwakilan China, Rusia, dan Iran pada Minggu (28/11/2021).

Selanjutnya pada Senin, pejabat tersebut akan menggelar pertemuan dengan delegasi Eropa dan AS menjelang digelarnya perundingan formal di hari yang sama.

Baca Juga: Jenderal Iran Serukan Penghancuran Total Israel dan Zionisme

Para pejabat negara-negara Barat sebelumnya mengkritik Teheran karena mengajukan permintaan “tidak realistis” yang menuntut pencabutan sanksi-sanksi oleh AS dan Eropa yang dijatuhkan sejak 2017 termasuk yang tidak berhubungan dengan program nuklir Iran.

Di sisi lain, Iran berkeras mengatakan tujuan utamanya di Austria adalah untuk menuntut pencabutan sanksi, ketimbang menyelesaikan masalah nuklir.

Sementara para diplomat mengatakan waktu kian menipis untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir yang hampir kolaps setelah pemerintah AS di bawah Donald Trump menarik diri pada 2018 lalu.

Penulis : Edy A. Putra Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Middle East Eye


TERBARU