> >

Ambil Sikap Tegas dalam Perundingan Nuklir, Iran Minta Jaminan Izin Ekspor Minyak Mentah

Kompas dunia | 27 Desember 2021, 18:01 WIB
Gedung Palais Coburg, tempat digelarnya perundingan nuklir Iran di Wina, Austria. Perundingan nuklir Iran akan dilanjutkan kembali pada 27 Desember 2021. Foto diambil pada 9 Desember 2021. (Sumber: Michael Gruber/Associated Press)

TEHERAN, KOMPAS.TV - Iran mendesak Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk menjamin diizinkannya ekspor minyak mintah Teheran. Diplomat Iran akan mendesakkan syarat tersebut dalam negosiasi program nuklir di Wina, Austria.

Perundingan nuklir Iran sendiri rencananya akan dilanjutkan mulai hari ini, Senin (27/12/2021). Sebelumnya, negosiasi yang dimulai pada akhir November lalu ini sempat dijeda.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyebut negaranya hendak mengambil sikap tegas untuk mewujudkan kembali perjanjian nuklir (JCPOA) yang pernah ditandatangani pada 2015 lalu.

Berbicara kepada wartawan di Teheran, Amir-Abdollahian menekankan bahwa Iran ingin babak baru perundingan dapat menyepakati “minyak Iran mudah dijual tanpa halangan dan uangnya sampai ke rekening bank Iran.”

Penjualan minyak Iran terganggu sejak AS keluar dari JCPOA pada 2018. Washington kemudian kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran, termasuk di sektor perminyakan.

Baca Juga: China Sebut Amerika Serikat Biang Keladi Krisis Nuklir Iran

Angka ekspor minyak mentah Iran pun menurun sejak itu dan banyak perusahaan multinasional yang membatalkan pembelian dari Teheran.

Pada perundingan nuklir yang baru, Teheran ingin sanksi sepenuhnya dicabut demi perkembangan ekonomi negara itu.

“Garansi dan pembuktian (pencabutan sanksi) termasuk topik yang menjadi fokus kami,” kata Amir-Abdollahian.

Program nuklir Iran sendiri dikhawatirkan berbagai negara usai keluarnya AS dari perjanjian. Setelah pemerintahan Donald Trump kembali memberlakukan sanksi, Iran pelan-pelan tak mematuhi ketentuan JCPOA 2015.

Iran dilaporkan melakukan pengayaan uranium hingga tingkat kemurnian mencapai 60 persen. Jumlah tersebut hanya sedikit di bawah tingkat uranium yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.

Teheran sendiri selalu mengklaim bahwa program nuklir mereka memuat tujuan damai. Namun, minimnya kontrol dari badan internasional membuat banyak negara curiga.

Komunitas internasional pun mendesak Iran mengizinkan akses pengawasan lebih luas terhadap program nuklirnya. Sebagai ganti akses ini, pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi mendesak segala sanksi ekonomi dicabut.

Di Wina, Iran berunding dengan perwakilan penandatangan JCPOA 2015, yakni Inggris Raya, Prancis, Jerman, Rusia, dan China. Namun, Iran menolak bernegosiasi secara langsung dengan AS.

Baca Juga: Israel Sesumbar Yakin akan Sukses Serang Fasilitas Nuklir Iran


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU