Tokoh Oposisi Kazakhstan Sebut Demonstrasi Ricuh Didalangi Sekutu Mantan Presiden, Tujuannya Kudeta
Kompas dunia | 10 Januari 2022, 18:57 WIBNURUSLTAN, KOMPAS.TV - Sekutu dari mantan Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev dituding mendalangi demonstrasi rusuh yang melanda negara itu sepanjang pekan lalu.
Tudingan tersebut diutarakan oleh tokoh oposisi Kazakhstan, Akezhan Kazhegeldin.
Sekutu-sekutu Nazarbayev disebut mendalangi kerusuhan yang bertujuan mendongkel pemerintahan Kassym-Jomart Tokayev.
Menurut Kazhegeldin, sekutu Nazarbayev membayar “ekstremis” untuk mengubah demonstrasi damai menjadi kerusuhan berdarah di kota terbesar Kazakhstan, Almaty.
“Almaty selalu menjadi basis klan Nazarbayev yang kini sudah tidak berkuasa. Itu (kerusuhan) diorkestrasi mereka, itu dipimpin oleh mereka dan mereka menggelontorkan uang untuk mengumpulkan perusuh,” kata Kazhegeldin kepada Euronews, Minggu (9/1/2022) lalu.
Almaty merupakan pusat kerusuhan di Kazakhstan sepanjang pekan lalu. Kerusuhan juga terjadi di ibu kota Nursultan dan sejumlah kota di Provinsi Mangistau.
Baca Juga: Kerusuhan Kazakhstan Kian Berdarah, 164 Orang Tewas Terbunuh selama Sepekan
Sebanyak 164 orang tewas akibat kerusuhan yang dimulai pada 2 Januari 2022 ini. Pemerintah kemudian menangkap hampir 8.000 orang terkait kerusuhan.
Menurut Kazhegeldin, kerusuhan ditujukan agar pemerintahan Tokayev bubar dan pemilihan umum digelar. Lalu, dalang kerusuhan akan memanfaatkan situasi ini agar bisa masuk pemerintahan.
Siapakah Nursultan Nazarbayev?
Nursultan Nazarbayev adalah mantan presiden Kazakhstan yang pernah berkuasa selama 30 tahun.
Pada 2019, ia mundur dan digantikan Kassym-Jomart Tokayev yang merupakan loyalis sekaligus calon yang didukungya.
Nazarbayev telah menguasai Kazakhstan sejak masih menjadi bagian Uni Soviet, dilantik menjadi sekretaris jenderal Partai Komunis Kazakhstan pada 1989.
Akezhan Kazhegeldin sendiri sempat membantu Nazarbayev ketika tahun-tahun awal Kazakhstan merdeka. Kazhegeldin menjabat pos perdana menteri pada 1994-1997.
Kazhegeldin kemudian dimusuhi Nazarbayev karena terus mengampanyekan pemilihan umum yang bebas.
Ia sempat mengalami percobaan pembunuhan di dekat Almaty ketika hendak maju sebagai calon presiden pada pemilu 1999.
Kazhegeldin gagal mengikuti pemilihan umum dan menjadi eksil usai dituduh pemerintah Nazarbayev terlibat kasus korupsi dan pengemplangan pajak.
Baca Juga: Dari Kerusuhan di Kazakhstan, Terlihat Tanda-Tanda Elite Saling Berebut Kekuasaan
Menurut Kazhegeldin, terdapat perselisihan antara Tokayev dan pendahulunya sebelum demonstrasi pecah.
Kazhegeldin mengklaim, pemerintahan Tokayev selalu diganggu Nazarbayev. Hal inilah yang membuat Tokayev mulai kehilngan loyalitas terhadap pendahulunya itu.
“Kamu Presiden, tetapi kamu tidak sepenuhnya menjadi Presiden. Seseorang (Nazarbayev) ada di belakangmu, tetapi yang bertanggung jawab itu kamu,” kata Kazhegeldin.
“Saya yakin (Tokayev) sudah muak. Menurut saya itulah yang menjadi pembicaraan antara mereka,” imbuhnya.
Tokayev sendiri menyingkirkan Nazarbayev dari posisi penting di tengah kerusuhan.
Nazarbayev tadinya menjabat sebagai ketua Komisi Keamanan Nasional sebelum dibebastugaskan Tokayev pada Rabu (5/1) lalu.
Kendati demikian, posisi Tokayev masih “sangat berbahaya”.
Kazhegeldin menyebut Tokayev mestinya menemukan dan menghukum dalang kerusuhan serta memenuhi reformasi ekonomi dan politis yang dituntut demonstran.
Kazhegeldin juga menyebut Tokayev harus memburu kekayaan negara yang diklaim disembunyikan keluarga Nazarbayev. Keluarga ini diklaim menyembunyikan ratusan juta euro di luar negeri.
Telegraph melaporkan bahwa putri Nursultan Nazarbayev, Aliya, mengalirkan 300 juta paun ke luar negeri.
Melalui jejaring perusahaan cangkang, ia kemudian membeli aset-aset mewah di Inggris Raya.
Kazhegeldin pun menyebut pemerintahan Tokayev mesti meminta bantuan negara-negara Barat untuk melacak dugaan korupsi ini.
Pemerintahan Tokayev sendiri mengklaim bahwa demonstrasi rusuh sepanjang pekan lalu didalangi “teroris” dengan sokongan luar negeri.
Pada Senin (10/1), dalam pertemuan Traktat Pertahanan Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi militer enam negara bekas Uni Soviet yang dipimpin Rusia, Tokayev berjanji akan mengungkap “bukti tambahan” tentang tuduhannya tersebut.
Baca Juga: Demo Berdarah di Kazakhstan Bisa Pengaruhi Perkembangan Konflik Rusia dengan NATO-Ukraina
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV