> >

Pusing soal Krisis Myanmar, Utusan Khusus ASEAN: bahkan Superman pun Tak Bisa Selesaikan Masalah Ini

Kompas dunia | 6 Agustus 2022, 14:42 WIB
Wakil Perdana Menteri Kamboja dan Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar Prak Sokhonn hari Sabtu, (6/8/2022) mengeluh, "Bahkan Superman pun tidak bisa menyelesaikan krisis Myanmar. (Sumber: AP Photo/Heng Sinith)

PHNOM PENH, KOMPAS.TV - Utusan regional ASEAN yang ditugaskan untuk menengahi perdamaian di Myanmar, hari Sabtu (6/8/2022) mengeluh, "Bahkan Superman pun tidak bisa menyelesaikan krisis."

Keluhan itu terlontar usai pertemuan menteri luar negeri ASEAN dan mitra berakhir setelah berlangsung selama sepekan. Pertemuan itu pada akhirnya hanya menghasilkan sedikit kemajuan, seperti laporan Straits Times.

Myanmar mengalami perang saudara sejak kudeta pada Februari tahun lalu. Menurut kelompok pemantau setempat, jumlah korban tewas dari tindakan brutal militer terhadap mereka yang berbeda pendapat melewati 2.100 orang.

ASEAN sejauh ini memelopori upaya sia-sia untuk menyelesaikan kekacauan. Pada Jumat (5/8), perhimpuan 10 negara Asia Tenggara itu mengakui dalam sebuah pernyataan bersama akan kurangnya kemajuan di sekitar konsensus 5 poin resolusi krisis Myanmar.

Utusan khusus ASEAN Prak Sokhonn, yang sudah dua kali ke Myanmar sejak kudeta, mengurangi harapan untuk dicapainya kemajuan besar dalam jangka pendek.

"Saya hanya utusan khusus. Saya bukan Superman," katanya kepada wartawan di Phnom Penh, Sabtu.

"Saya pikir bahkan Superman tidak bisa menyelesaikan masalah Myanmar," keluhnya.

 

Kemarahan meningkat di ASEAN atas penghalangan para jenderal Myanmar terhadap rencana perdamaian, terutama setelah eksekusi empat tahanan bulan lalu, termasuk dua tokoh pro-demokrasi terkemuka.

Rencana tersebut, yang disepakati pada April tahun lalu, menyerukan diakhirinya segera kekerasan dan dialog antara militer dan gerakan anti-kudeta.

Baca Juga: Kecewa dengan Myanmar, ASEAN Ukur Kemajuan Konsensus 5 Poin untuk Diputuskan di KTT November

ASEAN sangat kecewa dengan kemajuan junta militer Myanmar menerapkan konsensus 5 poin, akan mengukur kemajuan untuk diputuskan pada KTT bulan November (Sumber: Straits Times)

"Masalah tidak dapat diselesaikan dengan satu atau dua pertemuan, namun dengan pertemuan bertahun-tahun," kata Prak Sokhonn, yang juga menteri luar negeri Kamboja.

"Negosiasi memakan waktu bertahun-tahun, seperti masalah di Myanmar. Setelah dua kunjungan utusan khusus, dua kunjungan saja, beberapa orang mulai kehilangan kesabaran dan meminta hasil," ujarnya berkeluh kesah.

Dia menandai kemungkinan perjalanan ketiga ke Myanmar pada awal September, bergantung pada kemajuan pada rencana lima poin.

"Terutama jika - dan saya mengatakannya dengan jelas, di depan umum - jika lebih banyak eksekusi dilakukan, maka segala sesuatunya harus dipertimbangkan kembali," katanya.

Pernyataannya itu dibangun di atas pernyataan bersama Menlu ASEAN hari Jumat, yang menekankan perlunya beberapa tindakan nyata dari junta menjelang KTT para pemimpin ASEAN pada bulan November nanti.

Prak Sokhonn harus diizinkan untuk bertemu dengan "semua pemangku kepentingan yang relevan", pernyataan itu menambahkan, sambil menyinggung keputusan junta untuk memblokir akses ke pemimpin terguling Aung San Suu Kyi.

Awal pekan ini, Malaysia, yang memimpin seruan untuk tindakan lebih keras, mengindikasikan bahwa Myanmar bisa saja ditangguhkan keanggotaannya dari blok tersebut jika anggota ASEAN lain tidak melihat kemajuan menjelang pertemuan puncak para pemimpin.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU