> >

Israel Perintahkan Pengosongan Rumah Sakit Gaza Selatan usai Serang Tempat Warga Sipil Berlindung

Kompas dunia | 17 Oktober 2023, 23:02 WIB

Militer Israel memerintahkan pengosongan rumah sakit di Gaza Selatan yang penuh korban luka warga sipil Palestina di Gaza Selatan, Selasa (17/10/2023). Warga Palestina di Gaza Selatan tewas bergelimpangan akibat pengeboman besar-besaran Israel di lokasi yang menjadi tempat perlindungan warga Gaza Utara. (Sumber: AP Photo)

KHAN YOUNIS, KOMPAS.TV - Militer Israel memerintahkan pengosongan rumah sakit di Gaza Selatan yang penuh korban luka warga sipil Palestina akibat rangkaian pengeboman di Gaza Selatan, Selasa (17/10/2023). Warga Palestina di Gaza Selatan tewas bergelimpangan akibat pengeboman besar-besaran Israel di lokasi yang menjadi tempat perlindungan warga Gaza Utara yang dalam perjalanan ke sana.

Sebuah rumah sakit di kota selatan Gaza, Rafah, mengatakan telah menerima dua peringatan dari Israel untuk dievakuasi, meskipun rumah sakit tersebut berada di daerah di mana Israel mengatakan warga sipil dapat mencari perlindungan.

Sohaib al-Hams, direktur Rumah Sakit Spesialis Kuwait, mengatakan staf tidak akan meninggalkan RS tersebut, yang terus menerima pasien meskipun serangan udara Israel dilancarkan terus-menerus.

"Kami tidak akan meninggalkan tempat kami dan kami tidak akan mengecewakan warga kami," kata al-Hams dalam video di laman Facebook resmi rumah sakit. Al-Hams menambahkan bahwa rumah sakit Gaza adalah garis batas terakhir setelah Israel melanggar semua garis batas lainnya.

Juru bicara militer Israel belum memberikan komentar mengenai perintah tersebut.

Israel mengebom wilayah-wilayah selatan Gaza tempat di mana mereka sebelumnya memerintahkan warga Palestina mengungsi menjelang serangan darat. Puluhan orang tewas dalam serangan yang diklaim Israel ditujukan kepada milisi Hamas yang menguasai wilayah yang terkepung tersebut, Selasa (17/10).

Di Gaza Selatan, puluhan orang yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah serangan berat di luar kota selatan Rafah dan Khan Younis, kata penduduk setempat. Basem Naim, pejabat senior Hamas dan mantan menteri kesehatan, melaporkan 27 orang tewas di Rafah dan 30 di Khan Younis.

Associated Press melihat sekitar 50 jenazah yang dibawa ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. Anggota keluarga datang untuk mengambil jenazah, yang dibungkus dalam selimut putih, beberapa kafan yang membungkus jenazah itu terlihat bergelimang darah.

Baca Juga: Arab Saudi Tolak Keras Deportasi Warga Gaza, Sama Saja Mengusir dari Tanah Air Mereka Sendiri

Militer Israel memerintahkan pengosongan rumah sakit di Gaza Selatan yang penuh korban luka warga sipil Palestina di Gaza Selatan, Selasa (17/10/2023). Warga Palestina di Gaza Selatan tewas bergelimpangan akibat pengeboman besar-besaran Israel di lokasi yang menjadi tempat perlindungan warga Gaza Utara. (Sumber: AP Photo)

Kantor hak asasi manusia PBB mengecam laporan mengerikan bahwa warga sipil yang mencoba melarikan diri ke selatan Gaza tewas akibat serangan pengeboman besar-besaran Israel. Jubir Ravina Shamdasani mendesak pasukan Israel untuk menghindari "pengeboman udara, serangan serampangan atau serangan yang tidak proporsional" dan "mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari, dan dalam hal apa pun, meminimalkan, kerugian warga sipil, cedera kepada warga sipil, dan kerusakan terhadap objek-objek sipil."

Serangan udara di Deir al Balah meruntuhkan sebuah rumah, menewaskan sembilan anggota keluarga yang tinggal di sana. Tiga anggota keluarga lain yang sudah dievakuasi dari Kota Gaza tewas di rumah tetangga. Para saksi mengatakan tidak ada peringatan sebelum serangan terjadi.

Militer Israel berkilah mereka sedang menyasar tempat persembunyian Hamas, infrastruktur, dan pusat komando. "Ketika kami melihat target, ketika kami melihat sesuatu yang bergerak yang adalah Hamas, kami akan menindaknya," kata Letnan Kolonel Richard Hecht, juru bicara militer Israel.

Serangan Israel di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah membunuh seorang komandan Hamas terkemuka, Ayman Nofal, demikian diberitakan sayap militer kelompok tersebut. Nofal bertanggung jawab atas aktivitas Hamas di bagian tengah Gaza dan terkait dengan pembentukan "operasi bersama" kelompok tersebut yang berkoordinasi antara Hamas, Jihad Islam Palestina, dan milisi lainnya di wilayah tersebut.

Israel telah menutup Gaza sejak serangan Hamas terhadap selatan Israel pada 7 Oktober lalu. Milisi Hamas di Gaza telah meluncurkan roket setiap hari sejak itu, mengincar kota-kota di seluruh Israel.

Serangan Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 2.778 orang dan melukai 9.700 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Hampir dua pertiga dari yang tewas adalah anak-anak, kata pejabat kementerian.

Lebih dari 1.200 orang di seluruh Gaza diyakini terkubur di bawah puing, baik hidup atau mati, kata otoritas kesehatan Palestina. Tim darurat berjuang untuk menyelamatkan orang saat terputus dari internet dan jaringan seluler, kehabisan bahan bakar, dan terkena serangan udara yang tak henti-hentinya.

Pada hari Senin, pesawat tempur Israel menyerang markas Pertahanan Sipil di Kota Gaza, menewaskan tujuh petugas medis. Pejabat Gaza mengatakan ada 16 petugas medis dan dokter lain yang tewas saat menjalankan tugas mereka.

Baca Juga: Israel Lakukan Pengeboman Besar-besaran di Gaza Selatan Tempat Pengungsi Palestina dari Utara Kumpul

Militer Israel memerintahkan pengosongan rumah sakit di Gaza Selatan yang penuh korban luka warga sipil Palestina di Gaza Selatan, Selasa (17/10/2023). Warga Palestina di Gaza Selatan tewas bergelimpangan akibat pengeboman besar-besaran Israel di lokasi yang menjadi tempat perlindungan warga Gaza Utara. (Sumber: AP Photo)

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Selasa mengatakan pembalasan negaranya terhadap Hamas bertujuan untuk menghilangkan pemerintahan politik dan militer kelompok tersebut di Gaza. 

"Kami tidak hanya melawan perang kami. Kami berperang untuk semua negara yang beradab dan semua rakyat yang beradab," katanya.

Lebih dari 1 juta warga Palestina telah mengungsi dari rumah mereka, sekitar separuh dari populasi Gaza, dan 60% dari mereka berada di wilayah selatan sekitar 14 kilometer dari zona evakuasi, kata PBB.

Para pekerja bantuan memperingatkan wilayah tersebut hampir runtuh sama sekali. Rumah sakit berada di ambang kehilangan pasokan listrik yang mengancam nyawa ribuan pasien, dan ratusan ribu orang mencari roti dan air.

Badan PBB untuk warga Palestina mengatakan lebih dari 400.000 pengungsi terdesak di sekolah dan fasilitas lain di selatan. Badan itu mengatakan hanya memiliki 1 liter air sehari untuk masing-masing staf yang terjebak di wilayah tersebut. Israel membuka jalur air ke selatan selama tiga jam yang hanya memberi manfaat bagi 14 persen dari populasi Gaza, kata PBB.

Di perbatasan Rafah, satu-satunya akses Gaza ke Mesir, truk bantuan menunggu untuk masuk. Program Pangan Dunia mengatakan bahwa ada lebih dari 300 ton makanan yang menunggu untuk masuk ke Gaza.

Warga sipil dengan kewarganegaraan asing, banyak di antara mereka adalah warga Palestina dengan kewarganegaraan ganda, juga menunggu di Rafah, putus asa untuk keluar.

"Kami datang ke perbatasan dengan harapan bahwa itu akan dibuka, tetapi sejauh ini belum ada informasi," kata Jameel Abdullah, seorang warga negara Swedia.

Sebuah kesepakatan untuk membuka perbatasan tampaknya dicapai pada hari Senin, tetapi Israel membantah laporan tentang gencatan senjata di Rafah, yang akan menjadi syarat. Pada Selasa pagi, gerbang masih tetap tertutup. Seorang pejabat Mesir hari Selasa mengatakan Mesir dan Israel sepakat bahwa konvoi bantuan di perbatasan akan melakukan perjalanan ke Israel untuk diperiksa di perbatasan Kerem Shalom antara Gaza dan Israel.

Baca Juga: Sebut Israel Langgar Aturan Kemanusiaan dalam Perang, PBB Upayakan Akses Bantuan ke Gaza

Ledakan besar bom Israel di Rafah, Gaza Selatan, Selasa, (17/10/2023). Militer Israel hari Selasa, (17/10/2023) memerintahkan pengosongan rumah sakit di Gaza Selatan yang penuh korban luka warga sipil Palestina di Gaza Selatan, warga Palestina di Gaza Selatan tewas bergelimpangan akibat pengeboman besar-besaran Israel di lokasi yang menjadi tempat perlindungan warga Gaza Utara. (Sumber: AP Photo)

Bantuan tersebut kemudian akan diizinkan masuk ke Gaza. Gencatan senjata kemanusiaan singkat akan terjadi dan warga negara asing akan diizinkan keluar dari Gaza melalui Rafah, kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonimitas karena tidak diizinkan berbicara dengan media. Pejabat Hamas dan Israel meragukan pembukaan perbatasan, mengatakan mereka tidak tahu adanya kesepakatan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, yang mengunjungi Israel untuk yang kedua kalinya dalam seminggu pada hari Senin setelah tur enam negara melalui negara-negara Arab, mengatakan di Tel Aviv bahwa AS dan Israel telah sepakat untuk mengembangkan rencana untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan mencapai warga sipil di Gaza. Tidak banyak detail yang diberikan, tetapi rencana tersebut akan mencakup "kemungkinan menciptakan area untuk membantu menjauhkan warga sipil dari bahaya."

Jenderal Erik Kurilla, Kepala Komando Sentral AS, tiba di Tel Aviv untuk pertemuan dengan otoritas militer Israel menjelang kunjungan Biden yang direncanakan pada hari Rabu untuk menunjukkan dukungan Gedung Putih terhadap Israel. Biden juga akan melakukan perjalanan ke Yordania untuk bertemu para pemimpin Arab di tengah ketakutan bahwa pertempuran ini dapat menyebar ke wilayah lain.

Israel mengungsikan kota-kota di dekat perbatasannya yang bersebelahan dengan Lebanon, di mana militer telah beberapa kali bertukar tembakan dengan militan Hezbollah atau Hizbullah.

Israel mengatakan telah membunuh empat milisi yang mengenakan rompi peledak yang mencoba menyeberang ke negara itu dari Lebanon pada Selasa pagi. Video dari pesawat pengintai militer yang dibagikan oleh tentara menunjukkan para militan di dekat tembok perbatasan sebelum mereka menjadi sasaran, menyebabkan ledakan. Tidak ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab.

“Siapa pun yang mendekati perbatasan dengan Lebanon akan dibunuh," kata Juru Bicara Militer Israel Laksamana Madya Daniel Hagari. Israel memperingatkan Lebanon bahwa mereka akan melakukan pembalasan keras terhadap serangan dari seberang perbatasan.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatolah Ali Khamenei, memperingatkan bahwa serangan terus-menerus Israel di Gaza dapat menyebabkan reaksi keras di seluruh wilayah. 

“Pengeboman harus segera dihentikan. Bangsa-bangsa muslim marah," kata Khamenei, menurut media negara.

 

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU