Investasi Asing di China Anjlok ke Titik Terendah sejak 1993, Unjuk Rasa Buruh Kian Banyak
Kompas dunia | 19 Februari 2024, 04:00 WIBLaporan tersebut menyatakan, angka unjuk rasa di China naik tiga kali lipat pada kuartal keempat (Oktober-November) 2023 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022.
Mengutip dari VOA, rentetan unjuk rasa itu disebabkan kondisi kerja yang buruk dan kesulitan ekonomi yang sedang berlangsung di China.
Dalam catatan China Dissent Monitor, terdapat 777 demo buruh di China antara September dan Desember 2023. Sementara dalam periode yang sama di 2022, ada 245 unjuk rasa.
Data independen dari Buletin Buruh China yang berbasis di Hong Kong, yang mempromosikan hak-hak pekerja China, mencatat adanya tambahan 183 demo antara 1 Januari dan 3 Februari, termasuk 40 demo di Provinsi Guangdong saja.
Baca Juga: Bagaimana Kebijakan Luar Negeri RI tentang China dan Asia Pasifik di Era Prabowo? Ini Analisis Pakar
“Masalah jangka panjang yang mendasari perselisihan ini di China adalah lemahnya penegakan perlindungan tenaga kerja dan kurangnya serikat pekerja yang independen dan efektif,” kata Pemimpin China Dissent Monitor, Kevin Slaten.
Sementara menurut China Labour Watch, selain perlambatan ekonomi China, masalah sektor real estat dan berkurangnya kegiatan manufaktur juga menjadi pemicu unjuk rasa.
“Masalah ekonomi tingkat tinggi di China pada akhirnya menjadi dasar meningkatnya protes buruh tahun ini. Karena berkurangnya pesanan manufaktur, banyak perusahaan menghadapi tantangan keuangan yang berdampak pada pekerja," jelas Li Qiang, pendiri dan Direktur Eksekutif China Labour Watch.
Ia menjelaskan pekerja migran konstruksi sangat terdampak dengan krisis sektor properti. Lantaran mereka biasanya tidak memiliki kontrak yang mengikat secara hukum.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV