> >

Israel Disebut Siap Serbu Rafah dalam 72 Jam Jika Tak Ada Kesepakatan Gencatan Senjata

Kompas dunia | 30 April 2024, 21:05 WIB
Tentara Israel mengendarai tank melintasi perbatasan dari Jalur Gaza ke Israel, Selasa, 13 Februari 2024. Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, telah menewaskan lebih dari 29.000 warga Palestina. (Sumber: AP Photo/Ariel Schalit)

 

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Media Israel, Selasa (30/4/2024), menerbitkan laporan yang mengutip sumber-sumber militer yang mengatakan pasukan Israel siap menyerbu Rafah di selatan Jalur Gaza dalam waktu 72 jam jika tak ada kesepakatan gencatan senjata yang tercapai.

Mesir saat ini menggelar negosiasi intensif dengan delegasi dari Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dengan tujuan mencapai gencatan senjata di Gaza.

Situs berita Israel, Ynet, melaporkan panglima militer Israel, Herzi Halevi, menyetujui rencana serangan militer ke Rafah beserta rencana untuk memindahkan secara paksa warga sipil ke wilayah di bagian tengah Jalur Gaza.

Situs berita tersebut mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan tank dan pasukan Israel telah disiapkan di dekat perbatasan Gaza, dan menunggu lampu hijau untuk memulai serangan.

Ditambahkan, 48 hingga 72 jam mendatang krusial dalam mencapai kesepakatan dengan Hamas atau memulai serangan terhadap Rafah.

Pada Senin (29/4/2024), media Israel melaporkan, sebuah delegasi Israel dijadwalkan akan melakukan perjalanan ke Mesir untuk bertemu dengan pejabat keamanan Mesir dalam upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Baca Juga: Mesir Ungkap Usulan Gencatan Senjata Terbaru Israel-Hamas, Akan Diputuskan dalam Waktu Dekat

Warga Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan di Rafah, Jalur Gaza, Jumat, 16 Februari 2024. Menurut Laporan Global tentang Krisis Pangan yang dirilis Rabu, 24 April, hampir 282 juta orang di 59 negara menderita kelaparan akut pada tahun 2023. (Sumber: AP Photo)

Pada Senin, Mesir memastikan ada proposal baru untuk gencatan senjata di Gaza yang diblokade.

"Ada proposal di atas meja untuk mencapai gencatan senjata di Gaza," kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Arab Saudi.

Rafah adalah satu-satunya area yang tersisa di Gaza di mana Israel belum secara resmi mengumumkan masuknya pasukan mereka untuk melanjutkan serangan terhadap warga Palestina.

Baca Juga: 10.000 Jasad Warga Gaza Masih Tertimbun, Korban Jiwa Serangan Israel Bisa Tembus 44.000

Hamas diperkirakan masih menahan lebih dari 130 orang Israel di Gaza, sementara Tel Aviv menahan lebih dari 9.100 warga Palestina termasuk anak-anak dan wanita, di penjara mereka.

Hamas menuntut serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dihentikan dan penarikan pasukan Israel sepenuhnya dari wilayah tersebut sebagai syarat untuk pertukaran tahanan dengan Tel Aviv.

Di bawah kesepakatan pada November 2023, 81 warga Israel dan 24 orang asing dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan dengan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.

Sementara Dinas Pertahanan Sipil Palestina mengatakan lebih dari 10.000 orang masih tertimbun puing-puing bangunan di seluruh Jalur Gaza sejak dimulainya serangan Israel pada 7 Oktober 2023.

"Kami memperkirakan ada lebih dari 10.000 orang yang hilang di bawah puing-puing ratusan rumah yang hancur sejak dimulainya agresi (Israel)," bunyi pernyataan Dinas Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, Selasa.

Baca Juga: Inilah Pengadilan Pidana Internasional (ICC) yang Bikin Pemerintah Israel Ketar-ketir Khawatir

Sebuah kamp tenda yang menampung warga Palestina yang terusir dari tempat tinggal mereka karena serangan Israel, tampak di Rafah, Jalur Gaza pada Selasa, 27 Februari 2024. (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)

Pernyataan itu mencatat, orang-orang yang hilang tersebut tidak termasuk dalam daftar korban tewas yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina, "oleh karena itu, jumlah syuhada melebihi 44.000."

Tim penyelamat mulai mengeluarkan mayat-mayat yang telah membusuk sepenuhnya, dari bawah puing-puing bangunan di utara Gaza, tambah Dinas Pertahanan Sipil Palestina.

"Peningkatan terus-menerus dari ribuan mayat di bawah puing-puing telah mulai menyebabkan penyebaran penyakit dan epidemi, terutama dengan dimulainya musim panas dan kenaikan suhu, yang mempercepat proses pembusukan."

Israel melancarkan serangan brutal terhadap Gaza, wilayah Palestina yang didudukinya sejak 1967 dan diblokade sejak 2007, setelah serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.

Sementara lebih dari 34.500 warga Palestina tewas akibat serangan Israel, sebagian besar wanita dan anak-anak.

Baca Juga: Ketika Mahasiswa Seantero AS Bergerak Menentang Bombardir Israel di Gaza, Dipicu Polisi Masuk Kampus

Sedangkan lebih dari 77.700 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan bahan makanan pokok akibat blokade Israel.

Lebih dari enam bulan setelah Israel melancarkan serangan, sebagian besar Gaza menjadi reruntuhan, mendorong 85 persen penduduknya menjadi pengungsi internal di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang dilakukan Israel, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Gaza di Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ).

Putusan sementara pada bulan Januari lalu memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bantuan kemanusiaan disediakan kepada warga sipil di Gaza.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Anadolu/Arab News


TERBARU