Profil Shigeru Ishiba: Calon Perdana Menteri Baru Jepang, Pengusung NATO Asia yang Bikin China Murka
Kompas dunia | 27 September 2024, 20:38 WIBTantangan di Depan Ishiba
Selama masa kepemimpinan Abe dan Kishida, Ishiba sering dianggap sebagai tokoh yang "berani menentang" kebijakan-kebijakan pemerintah. Kini, dia akan menghadapi partai yang tengah diterpa skandal dana politik, di mana para anggota partai diselidiki oleh jaksa.
Ishiba juga dikenal menentang peningkatan penggunaan energi nuklir dan secara vokal mengkritik kebijakan yang melarang pasangan menikah menggunakan nama keluarga yang berbeda.
Menurut Rintaro Nishimura, seorang pengamat politik Jepang dari lembaga think tank The Asia Group, Ishiba akan menghadapi "tantangan besar" untuk memenangkan pemilu umum yang diperkirakan akan diadakan tahun depan.
"Dia juga harus menjaga keseimbangan dalam partai yang pada dasarnya terbelah antara dirinya dan Takaichi," tambah Rintaro di X.
"Dalam pemilihan sebelumnya, banyak yang mendukung kandidat yang kalah dikecualikan dari kabinet dan posisi senior partai," kata Rintaro. "Bisakah Ishiba mengubah praktik ini?"
Namun, Rintaro juga menyoroti adanya "perubahan" di dalam LDP sejak pembunuhan mantan Perdana Menteri Abe pada Juli 2022.
"Siapa yang menyangka setahun atau dua tahun yang lalu bahwa Ishiba bisa memenangkan kursi kepresidenan? ... Para moderat bersatu," ujar Rintaro.
Baca Juga: Akrab dengan Budaya Bekerja Terlalu Keras, Jepang Dorong Warganya Jajal 4 Hari Kerja dalam Sepekan
Seperti diketahui Nori Abe merupakan perdana menteri terlama yang pernah memimpin Jepang.
Segera setelah memenangkan pemilihan untuk menggantikan Kishida, Ishiba berjanji bahwa LDP akan "lahir kembali dan mendapatkan kembali kepercayaan rakyat."
"Saya akan percaya pada rakyat, berbicara dengan jujur dan tulus, serta berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan Jepang tempat yang aman dan damai, di mana setiap orang bisa hidup dengan senyum di wajah mereka lagi," kata Ishiba.
Selain itu, dia juga menjanjikan "keluar sepenuhnya" dari tingkat inflasi yang tinggi di Jepang, dan berjanji untuk meningkatkan "pertumbuhan upah riil."
Mengenai persaingan kekuatan besar di kawasan Asia-Pasifik, Ishiba telah menyerukan pembentukan "NATO Asia" sebagai bentuk kerja sama keamanan.
Seluruh perhatian kini tertuju pada pernyataan kebijakan Ishiba, terutama terkait hubungannya dengan Amerika Serikat dan China.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Anadolu / Spa / Kompas TV