Profil Shigeru Ishiba: Calon Perdana Menteri Baru Jepang, Pengusung NATO Asia yang Bikin China Murka
Kompas dunia | 27 September 2024, 20:38 WIBTOKYO, KOMPAS TV – Partai Liberal Demokratik (LDP) yang berkuasa di Jepang pada Jumat (27/9/2024) telah memilih pemimpin baru yang akan menggantikan Perdana Menteri Fumio Kishida yang segera mundur.
Shigeru Ishiba, mantan Menteri Pertahanan Jepang berusia 67 tahun, berhasil mengalahkan Menteri Keamanan Ekonomi, Sanae Takaichi, dalam pemilihan putaran kedua. Takaichi sempat membangkitkan harapan bahwa Jepang, ekonomi terbesar keempat dunia, mungkin akan dipimpin oleh wanita pertama dalam sejarahnya.
Pada 1 Oktober mendatang, parlemen Jepang akan mengadakan sidang untuk memilih Ishiba sebagai Perdana Menteri Jepang yang ke-102, posisi yang selama ini telah dipegang oleh 64 pria di negara yang sedang menghadapi masalah penurunan populasi akibat rendahnya angka kelahiran.
Partai LDP, bersama mitra koalisinya Partai Komeito, memiliki mayoritas di parlemen Jepang.
Dalam pemilihan internal partai, Ishiba memperoleh 215 suara, termasuk 189 suara dari anggota parlemen dan 26 suara dari 47 provinsi. Sementara itu, Takaichi mendapatkan dukungan dari 173 anggota parlemen, dengan 21 provinsi mendukungnya.
Ishiba, Presiden LDP ke-28, berhasil mengalahkan delapan kandidat lainnya, termasuk dua wanita yaitu Takaichi dan Menteri Luar Negeri Kamikawa Yoko. Ini merupakan percobaan kelima Ishiba untuk memimpin partai, yang sebagian besar telah memerintah Jepang sejak didirikan pada tahun 1955.
Fumio Kishida sebelumnya telah mengumumkan pada bulan Agustus lalu, bahwa dia tidak akan mencalonkan diri kembali setelah memimpin partai dan negara sejak akhir 2021.
Baca Juga: Menhan Shigeru Ishiba Akan Jadi Perdana Menteri Baru Jepang, Dilantik Pekan Depan
Dari Anggota Parlemen Termuda hingga Perdana Menteri
Lahir di Prefektur Tottori, sebuah wilayah pesisir selatan Jepang, Shigeru Ishiba lulus dari Universitas Keio dengan gelar di bidang hukum, dan memulai kariernya sebagai seorang bankir.
Sebagai anggota parlemen selama 12 periode, Ishiba pertama kali terpilih tahun 1986 saat berusia 29 tahun, menjadikannya anggota parlemen termuda di Jepang saat itu.
Veteran LDP ini adalah rival dari mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang ia kalahkan dalam kontes partai pada tahun 2012, namun kemudian dipinggirkan oleh Kishida. Sebagian besar kariernya dihabiskan untuk menangani isu-isu keamanan.
Ishiba dikenal sebagai pembaca yang rajin. Ayahnya, Jiro Ishiba, adalah gubernur Prefektur Tottori pada tahun 1950-an, sementara ibunya adalah seorang guru bahasa Jepang. Setelah ayahnya meninggal pada tahun 1981, Ishiba memasuki dunia politik atas dorongan teman mendiang ayahnya.
Dalam 38 tahun karier politiknya, Ishiba juga dikenal bekerja untuk membangkitkan kembali komunitas pedesaan. Pada tahun 2007, ia diangkat sebagai Kepala Pertahanan, selain memegang berbagai posisi lain di kabinet dan partai.
Baca Juga: Populasi Lansia Jepang Capai Rekor Tertinggi, Tantangan Sosial Kian Kompleks
Tantangan di Depan Ishiba
Selama masa kepemimpinan Abe dan Kishida, Ishiba sering dianggap sebagai tokoh yang "berani menentang" kebijakan-kebijakan pemerintah. Kini, dia akan menghadapi partai yang tengah diterpa skandal dana politik, di mana para anggota partai diselidiki oleh jaksa.
Ishiba juga dikenal menentang peningkatan penggunaan energi nuklir dan secara vokal mengkritik kebijakan yang melarang pasangan menikah menggunakan nama keluarga yang berbeda.
Menurut Rintaro Nishimura, seorang pengamat politik Jepang dari lembaga think tank The Asia Group, Ishiba akan menghadapi "tantangan besar" untuk memenangkan pemilu umum yang diperkirakan akan diadakan tahun depan.
"Dia juga harus menjaga keseimbangan dalam partai yang pada dasarnya terbelah antara dirinya dan Takaichi," tambah Rintaro di X.
"Dalam pemilihan sebelumnya, banyak yang mendukung kandidat yang kalah dikecualikan dari kabinet dan posisi senior partai," kata Rintaro. "Bisakah Ishiba mengubah praktik ini?"
Namun, Rintaro juga menyoroti adanya "perubahan" di dalam LDP sejak pembunuhan mantan Perdana Menteri Abe pada Juli 2022.
"Siapa yang menyangka setahun atau dua tahun yang lalu bahwa Ishiba bisa memenangkan kursi kepresidenan? ... Para moderat bersatu," ujar Rintaro.
Baca Juga: Akrab dengan Budaya Bekerja Terlalu Keras, Jepang Dorong Warganya Jajal 4 Hari Kerja dalam Sepekan
Seperti diketahui Nori Abe merupakan perdana menteri terlama yang pernah memimpin Jepang.
Segera setelah memenangkan pemilihan untuk menggantikan Kishida, Ishiba berjanji bahwa LDP akan "lahir kembali dan mendapatkan kembali kepercayaan rakyat."
"Saya akan percaya pada rakyat, berbicara dengan jujur dan tulus, serta berusaha sekuat tenaga untuk menjadikan Jepang tempat yang aman dan damai, di mana setiap orang bisa hidup dengan senyum di wajah mereka lagi," kata Ishiba.
Selain itu, dia juga menjanjikan "keluar sepenuhnya" dari tingkat inflasi yang tinggi di Jepang, dan berjanji untuk meningkatkan "pertumbuhan upah riil."
Mengenai persaingan kekuatan besar di kawasan Asia-Pasifik, Ishiba telah menyerukan pembentukan "NATO Asia" sebagai bentuk kerja sama keamanan.
Seluruh perhatian kini tertuju pada pernyataan kebijakan Ishiba, terutama terkait hubungannya dengan Amerika Serikat dan China.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Anadolu / Spa / Kompas TV