> >

Satu Tahun Genosida di Gaza: Ekonomi Israel Ditengarai Sedang dalam Proses Kehancuran

Kompas dunia | 6 Oktober 2024, 12:52 WIB
Seorang pria mengambil gambar sebuah bangunan yang hancur karena terkena rudal Iran di Hod Hasharon, Israel, Rabu (2/10/2024). (Sumber: Ariel Schalit/Associated Press)

“Orang-orang sekarang membeli tiket satu arah hanya untuk melindungi keluarga mereka. Ketika mereka melakukannya, ini menunjukkan bahwa mereka yang tersisa di sini merasa negara ini menuju kehancuran,” jelas Hever. 

Dia menegaskan bahwa indikator-indikator ekonomi ini hanyalah bagian dari cerita yang lebih besar.

“Kisah lengkapnya adalah bagaimana pandangan masyarakat terhadap masa depan. Banyak orang tidak percaya bahwa ada masa depan bagi negara Israel. Orang-orang tidak mau berinvestasi, tidak mau mencari pekerjaan, dan bahkan tidak mau membesarkan anak-anak mereka di sini,” kata Hever.

Baca Juga: Deretan Rudal Iran yang Bikin Israel Ngeri dan Netanyahu Gentar

Seorang ulama berjalan melewati rudal Zolfaghar dan Dezful yang dipamerkan dalam pameran kapabilitas misil oleh paramiliter Garda Revolusi di Masjid Agung Imam Khomeino, Teheran, Iran, Jumat (7/1/2022). (Sumber: AP Photo/Vahid Salemi)

Kehancuran Sektor Bisnis dan Teknologi

Lebih dari 46.000 bisnis telah bangkrut, dan bahkan perusahaan besar juga merasakan dampaknya. “Pelabuhan Eilat, satu-satunya pelabuhan Israel di Laut Merah, juga telah bangkrut,” kata Hever. “Pariwisata di Israel kini berada di titik terendah. Tidak ada wisatawan yang datang. Secara keseluruhan, investasi internasional di Israel hampir tidak ada.”

Sektor teknologi tinggi, yang sebelumnya menjadi tulang punggung ekonomi Israel, kini berada di bawah tekanan yang besar. “Perusahaan-perusahaan teknologi berusaha untuk merelokasi operasi mereka. Mereka tidak yakin pekerja mereka akan aman dari panggilan dinas militer, dan mereka khawatir bahwa kondisi ekonomi dan politik tidak stabil,” ungkap Hever. 

Contohnya, perusahaan keamanan siber Wiz, yang sebelumnya berusaha untuk diakuisisi oleh Google senilai $23 miliar (sekitar Rp360 triliun), mengalami pembatalan kesepakatan akibat kondisi yang tidak menguntungkan. Hal ini menggambarkan betapa rapuhnya kepercayaan internasional terhadap ekonomi Israel.

Sanksi Internasional yang Makin Parah

Krisis ekonomi Israel juga diperburuk oleh gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS) yang semakin meluas. Hever mencatat Israel kini berada di tahap akhir sanksi internasional. “Ketika pemerintah negara lain menyatakan mereka tidak dapat melanjutkan perdagangan dengan negara yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, kita tahu bahwa ini adalah tahap akhir,” katanya.

Keputusan Mahkamah Internasional pada 19 Juli yang menyatakan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina melanggar hukum internasional semakin menambah tekanan pada ekonomi Israel. “Israel tidak dapat mengimpor bahan untuk infrastruktur kecuali mereka dapat membuktikan bahwa itu tidak akan digunakan untuk tujuan militer atau untuk pemukiman ilegal,” kata Hever.

“Jika orang-orang berpikir bahwa mungkin untuk memiliki sistem ekonomi yang berfungsi di mana barang-barang dual-use dilarang, itu adalah ilusi. Ekonomi Israel akan runtuh di bawah sanksi internasional sampai mereka mengakui tuntutan hukum internasional,” tambah Hever.

Sementara Israel telah merampas lebih dari 41.800 nyawa warga Gaza dan melukai lebih dari 96.844 lainnya, dukungan kuat dari negara-negara Barat terhadap Israel menimbulkan pertanyaan tentang kepedulian kemanusiaan dalam konflik ini. 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Anadolu


TERBARU