> >

Pengamat: Ganjar Jadi Magnet Elektoral, Berpeluang Diusung Capres oleh Parpol lain Selain PDIP?

Politik | 26 Mei 2022, 01:00 WIB
Yunarto Wijaya menyebut peluang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, diusung oleh parpol lain selain Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 masih terbuka. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Peluang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diusung oleh parpol lain selain Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai calon presiden (capres) dalam Pemilu 2024 sangat terbuka.

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menilai Ganjar merupakan sosok menarik dan menjadi magnet elektoral untuk partai politik (parpol).

“Kalau Ganjar menjadi sosok yang menarik dan menjadi magnet elektoral buat partai-partai lain, pasti,” tuturnya dalam Satu Meja The Forum Kompas TV, Rabu malam (25/5/2022).

“Elektabilitasnya tinggi, dan banyak partai lain yang defisit tokoh, termasuk ketumnya tidak mumpuni secara elektabilitas, atau sudah menyatakan diri tidak ingin maju.”

Ia mencontohkan sejumlah parpol yang ketua umumnya tidak mumpuni secara elektabilitas dari hasil survei.

Meskipun Ganjar merupakan sosok yang menarik untuk parpol, namun ada pertanyaan yang muncul, yakni apakah Ganjar akan memilih strategi itu sebagai pilihan.

Baca Juga: Banyak Relawan Projo Tafsirkan Pernyataan Jokowi sebagai Bentuk Dukungan pada Ganjar

“Apakah Ganjar kemudian memilih strategi itu sebagai pilihan yang tepat? Saya pikir beliau juga akan berhitung.”

“Katakanlah betul bahwa Pak Jokowi adalah sutradaranya, saya pikir Pak Jokowi juga akan berhitung mengenai strategi itu, dan tidak akan sedemikian mudah mengambil keputusan itu jauh-jauh hari.” Tutur Yunarto.

Ia juga menyinggung mengenai pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam Rakernas Ke-5 Projo di Magelang beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyebut sosok yang mungkin akan didukung dalam pencapresan hadir pada kegiatan tersebut.

Menurut Yunarto, sangat naif jika disebut bahwa tidak ada maksud apa pun dari Jokowi saat menyampaikan hal itu.

“Naif jika dikatakan itu tidak dimaksudkan untuk menunjukkan seseorang, dan naif juga kalau kita mengatakan itu tidak Ganjar Pranowo.”

Selain itu, berdasarkan data-data secara kronologis, tanpa peristiwa Rakernas Projo pun diketahui bahwa elektabilitas Ganjar tertinggi.

Kedua, secara kualitatif, memang ketika ditanyakan siapa penerus Jokowi dengan data krostabulasi, Ganjar menduduki posisi tertinggi.

Baca Juga: Analisa Pengamat: Koalisi Indonesia Bersatu Skenario untuk Usung Ganjar sebagai Capres

“Dan, pertama kali juga Pak Jokowi mau bicara mengenai situasi elektoral 2024, dan kita tahu juga gaya Pak Jokowi itu biasanya sangat implisit. Bahkan menurut saya, kemarin itu adalah gaya paling eksplisit dari seorang Jokowi.”

Jokowi, lanjut dia memang tidak menyebut nama, karena memang begitulah gaya seorang Jokowi.

Kedua, kata dia, ketika bicara soal kode etik, saat berbicara mengenai nama, itu merupakan bentuk deklarasi.

Hal semacam itu menurutnya biasa saja seperti di Amerika Serikat. Ia mencontohkan saat Barack Obama mengendorse Hillary Clinton.

“Tapi saya pikir dalam budaya di Indonesia, termasuk budaya Jawa Pak Jokowi, sampai ujung kampanye pun mungkin Pak Jokowi tidak akan menyebut nama.”

Kapasitas endorser, lanjutnya, dapat membuat  calon yang didukung semakin diminati oleh publik. Hal itu juga dipengaruhi oleh tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi.

“Kalau tingkat kepuasan di atas 70 persen, siapa pun yang dia dorong kemungkinan besar akan menang. Tapi kalau dia di bawah 60 persen, seperti terjadi pada SBY tahun 2012 ke 2014, base on data, dia hanya akan menjadi penonton.”

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU