> >

Pilot Susi Air Diduga Disandera KKB, Pengamat: Harus Cermat, kalau yang Disandera Ikut Mati, Percuma

Peristiwa | 10 Februari 2023, 05:14 WIB
Media internasional arus utama dunia ramai memberitakan penculikan dan penyanderaan pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru oleh Kelompok Kriminal Bersenjata yang menamakan diri kelompok separatis Papua, Selasa (7/2/2023). (Sumber: Tribun Network)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Cara persuasif atau dialog dan keamanan disebut sebagai dua pendekatan dalam upaya penyelamatan pilot Susi Air asal Selandia Baru Phillip Merthens yang diduga disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). 

Menurut Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid, pendekatan dialog penting diutamakan demi keselamatan sandera.

"Yang paling penting mungkin adalah pilihan pendekatan untuk pembebasan sandera. Apakah memang mau menggunakan kekuatan pendekatan keamanan atau pendekatan dialog? Yang saya kira ini akan sangat menentukan nasib dari pilot yang berada dalam sandera," kata Usman dalam program Kompas Petang, Kamis (9/2/2023). 

Menurutnya, bila benar sang pilot Susi Air disandera, maka aksi penyanderaan itu disebutnya melanggar berbagai hukum internasional.

"Penyanderaan seseorang, apalagi sampai eksekusi, itu jelas dilarang dalam hukum internasional. Dalam berbagai konvensi termasuk Konvensi Jenewa, itu dilarang adanya penyanderaan," tambahnya. 

Baca Juga: Dugaan Penyanderaan Pilot Susi Air Dinilai Justru akan Rugikan KKB

Namun, bila pun nantinya diputuskan penggunaan pendekatan keamanan untuk menyelamatkan sandera, maka langkah yang ditempuh haruslah dilakukan dengan cermat dan hati-hati.

Pasalnya, belum diketahui berapa jumlah orang yang melakukan penyanderaan. Hal ini diungkapkan oleh pengamat intelijen Laksda (Purn) Soleman Ponto. 

"Kan ini yang dibebaskan satu orang, tetapi kita tidak tahu yang menyandera ini berapa orang. Jadi ini random juga. Apa mau diturunkan satu regu, atau satu batalion, saya tidak tahu informasi ada berapa orang yang di belakang yang melakukan penyanderaan ini, dan itu sangat-sangat penting," tutur Soleman. 

Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) itu juga menekankan pentingnya langkah kehati-hatian demi menyelamatkan nyawa sandera. 

"Dan jangan lupa, kalau judulnya adalah penyelamatan sandera, maka penyelamatan ini harus hati-hati. Jangan sampai terbalik," pesannya mengingatkan.

Ia menekankan, keselamatan sandera harus tetap diutamakan.

"Yang 'disikat' itu penyandera, tapi (kalau) yang disandera juga ikut mati, kan percuma. Sehingga harus teguh pada tujuan pembebasan sandera," pungkasnya. 

Baca Juga: Operasi Penyelamatan Pilot Susi Air, Ini Tiga Tantangan yang Harus Dihadapi TNI-Polri

Seperti diketahui, pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY dibakar di Lapangan Terbang Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua, pada Selasa (7/2/2023) lalu. 

Pesawat tersebut rencananya akan menjemput 15 pekerja bangunan Puskesmas Paro yang sempat mendapat ancaman dari KKB. 

Ke-15 pekerja bangunan sendiri berhasil diselamatkan oleh Satgas Damai Cartenz tapi keberadaan sang pilot masih belum diketahui. 

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menuturkan bahwa pencarian dan penyelamatan pilot Susi Air tersebut menjadi prioritas tim gabungan TNI-Polri.

Namun, Yudo membantah bahwa pilot Susi Air bernama Kapten Phillips Merthens itu disandera oleh KKB. Yudo menyebut pilot Susi Air tersebut bisa menyelamatkan diri setelah pesawatnya dibakar oleh KKB.

"Dia (pilot) kan diancam, akhirnya diselamatkanlah oleh mungkin salah satu masyarakat di situ," tutur Panglima TNI. 

 

 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU