> >

Lewat Bengkel Hijrah Iklim, Anak Muda Diajak Peduli dengan Isu Perubahan Lingkungan

Humaniora | 22 November 2023, 04:45 WIB
Sejumlah anak-anak muda peduli terhadap isu perubahan iklim menunjukkan poster bernarasikan tentang lingkungan usai diskusi yang digelar Bengkel Hijrah Iklim (BHI) di Yogyakarta, Selasa (21/11/2023). (Sumber: Kompas.tv/Gading Persada)

“Selama riset ternyata teman-teman pesantren belum paham dengan diksi perubahan iklim, mereka melihat itu sebagai hal yang normal dan bukan masalah besar. Dari situ kita sadar bahwa ada perbedaan pengetahuan dengan pesantren,” sambung Ani di kesempatan yang sama.

Dari hasil riset itu pula ia kemudian mengembangkan modul bertajuk Climate Boarding School. Pada bulan Maret 2023 ia telah mendiseminasikan modul ini dalam kegiatan People Strike for Peace, Women, and Climate Justice. Ia juga telah menjalin kerjasama dengan dua pondok pesantren yang menjadi tempat risetnya.

“Sejak riset itu pihak pondok pesantren mulai mengerti dan sadar untuk mempraktekkan kesadaran lingkungan, mereka mengurangi jajanan dengan kemasan sekali pakai dan disuport dengan pengelolaan sampah mandiri di pesantren,” kata Ani.

Adapun Peneliti Pusat Studi Kepemudaan dan Departemen Sosiologi UGM, Ragil Wibawanto memberikan apresiasinya terhadap berbagai program tersebut. Hal ini menurutnya merupakan wujud aksi berkelanjutan dan praktek baik dari kepedulian terhadap krisis iklim.

Baca Juga: Saat Jokowi Tak Menyangka Perubahan Iklim Jadi Nyata: Mau Impor Beras Saja Sulit

“Generasi Z ini jumlahnya banyak dan mereka akan menjadi pemimpin baru yang mana itu menjadi potensi sebagai penerus Indonesia, itu data dari kependudukan,” sambung Ragil yang hadir sebagai penanggap dalam diskusi tersebut.

Namun, ia menyoroti bahwa isu dan gerakan lingkungan ini lebih banyak dilakukan di kota. Padahal dari data yang ada menurutnya desa juga mengalami permasalahan lingkungan yang besar. Sehingga isu lingkungan ini menurutnya harus didekatkan dengan konteksnya atau dimasukkan dalam lokalitasnya.

“Ada pula peluang untuk memanfaatkan pendidikan non formal seperti yang dilakukan Kholida dan Aniati ini. Karena ketika masuk ke pendidikan formal kadang ada batas-batas yang tidak bisa dilewati,” tandas dia.

 

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU