> >

Buntut Penutupan TPST Piyungan: Pemkab Bantul Gelontorkan Dana Rp23 Miliar untuk Kelola Sampah Desa

Update | 10 Mei 2022, 20:50 WIB
Ratusan pemulung dan warga  di sekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Bantul mengikuti vaksinasi massal, Senin (13/9/2021). (Sumber: Switzy Sabandar/KOMPAS.TV)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Buntut dari penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan oleh warga setempat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul anggarkan dana Rp 23 miliar.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut, anggaran sebesar Rp23 milia tersebut akan digunakan untuk pengelolaan sampah di tingkat desa.

Ia menjelaskan, Pemkab Bantul menggulirkan program Bantul Bersih dari Sampah Tahun 2025 (Bersama).

Program ini bertujuan untuk membersihkan atau menghabiskan sampah bersih di tingkat desa dengan cara pemilahan sampah Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).

“Kita proyeksikan sampah itu habis di tingkat desa. Jadi tidak perlu disetor ke Piyungan karena sampah selesai di desa dengan sistem pemilahan dengan sistem 3 R. Reduce, reuse, dan recycle," jelas Halim, Selasa (10/5/2022) di Kompleks Kepatihan Yogyakarta.

Menurut Halim, kabupatennya merupakan penyetor sampah paling sedikit ke Piyungan karena program Bersama tersebut.

Baca Juga: Masa Liburan Lebaran 2022, 900 Ton Sampah per Hari Masuk ke TPA Piyungan

Pemilahan 3 R sampah, lanjut dia, memiliki nilai ekonomi sendiri.

Misalnya sampah plastik jika dipilah dapat didaur ulang, sampah sisa makanan dapat digunakan sebagai makanan maggot.

"Yang plastik dikumpulkan sendiri nanti itu sudah ada yang menampung dan membeli, itu direcycle lagi,” katanya.

“Sisa makanan kumpulkan nanti kita jadikan pakan maggot, maggot sumber protein tinggi bagi ternak. Kalau pemilahan ini dilakukan tidak diperlukan lagi tempat penampungan. Karena selesai di kelurahan," jelasnya.

Program tersebut, lanjut Abdul Halim, membutuhkan anggaran sekitar Rp46,5 miliar, yang setengahnya atau sekitar Rp23 miliar untuk membiayai penyelesaian sampah di tingkat desa.

"Bantul bersama ini kita biayai tidak tanggung-tanggung, kebagian sekitar Rp 46,5 miliar kira-kira setengah dari itu atau Rp 23 milyar kita biayai sampah selesai di kelurahan," katanya.

Ia menambahkan, selain dengan cara pemilahan, ada cara lain untuk mengolah sampah, yakni menggunakan teknologi tinggi,  yaitu dibakar dan dijadikan pembangkit listrik.

"Tidak ada cara lain selain pemilahan atau menggunakan sekalian pakai teknologi tinggi bakar semua jadi pembangkit listrik. Pilihannya dua pakai teknologi atau pemilahan," pungkas dia.

Untuk diketahui, warga sekitar TPST Piyungan menutup lokasi itu sejak Sabtu (7/5/2022).

Dengan ditutupnya TPST Piyungan, maka sampah yang berasal dari Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta tidak bisa tersalurkan.

Sebelumnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku siap bertemu dengan warga yang menutup TPST Piyungan.

"Ya nanti kita usahakan untuk bisa punya waktu," kata Sultan saat ditemui awak media di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (10/5/2022).

Sultan mengungkapkan, saat ini Pemerintah DIY sedang fokus untuk memperluas area TPST Piyungan karena lokasi sekarang sudah penuh.

Baca Juga: TPST Piyungan Bantul Catat 9 Kasus Bayi Dibuang selama 25 Tahun Berdiri

Namun, lanjut dia, saat ini Pemerintah DIY memiliki kendala teknis.

"Problem teknis antara penuhnya sampah di sana (Piyungan) sama hasil studinya yang dilakukan Bappenas dan pembiayaan infrastruktur BUMN ya kan perlu waktu lebih panjang jika dibandingkan dengan kebak e (penuhnya) sampah disana," katanya.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas.com


TERBARU