Kompas TV bisnis kebijakan

Jokowi Minta Harga Jagung Rp4.500 per Kg, Kemendag Langsung Siapkan Regulasi Subsidi Harga

Kompas.tv - 17 September 2021, 13:18 WIB
jokowi-minta-harga-jagung-rp4-500-per-kg-kemendag-langsung-siapkan-regulasi-subsidi-harga
Peternak menurunkan pakan ayam yang baru dikirim dari pabrik di sebuah peternakan ayam petelur di kawasan Pengasinan, Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/4/2021). Para peternak mengeluhkan naiknya harga pakan dari Rp 287.500 per zak (50 kilogram) menjadi 295.000 per zak. Kenaikan pakan dipicu lonjakan harga jagung. (Sumber: Kompas.id/Hendra A Setyawan )
Penulis : Dina Karina | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kementerian Perdagangan (Kemendag) langsung menyiapkan regulasi agar para peternak ayam petelur bisa membeli jagung dengan harga Rp4.500/kg. Proses pembuatan regulasi tersebut juga tengah dilakukan.

Angka tersebut adalah permintaan Presiden Joko Widodo, setelah bertemu dengan perwakilan asosiasi peternak ayam di Istana Negara, Rabu (15/9/2021).

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nirwan mengatakan, regulasi yang disiapkan berisi mekanisme penggantian selisih harga atau subsidi harga jagung yang akan dijual BUMN. 

"Mengenai harga jagung yang akan dijual ke peternak rakyat nanti akan diputuskan dalam Rakornas (Rapat Koordinasi Nasional). Termasuk BUMN mana yang akan ditunjuk untuk pengadaan pasokan jagung, apakah nanti perlu mengimpor, dan sebagainya," kata Oke saat dihubungi Kompas.tv, Jumat (17/9).

"Tapi BUMN kan belum tentu dapat harga di bawah itu (Rp4.500). Misal kalau belinya Rp5.000 harus dijual ke peternak Rp4.500 kan rugi, nah selisihnya itu harus ada yang mengganti. Kita buatkan regulasinya apa saja yang bisa diganti, misalnya ongkos angkutnya," tambahnya. 

Baca Juga: Usai Aksi Poster Suroto: Dua Menteri Diberi Instruksi, Kapolri Kena Tegur

Oleh karena itu, Kemendag juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait anggaran subsidi penggantian biaya tersebut. 

Oke menjelaskan, kenaikan harga jagung di dalam negeri disebabkan pasokan dalam negeri yang sedang berkurang dan harga internasional yang memang sedang tinggi. Faktor supercyle di disebut menjadi biang keladinya. 

Commodity supercycle merupakan periode di mana harga-harga komoditas mengalami kenaikan dalam waktu panjang. Biasanya periode ini terjadi setelah krisis. 

Saat ini, supersiklus komoditas disebabkan pandemi Covid-19, bergesernya masa tanam dan panen, hingga mahalnya biaya pengiriman lewat kontainer.

Namun menurut Oke, harga internasional untuk jagung sebenarnya sudah mulai turun. 

Per 16 September kemarin saja, harga jagung yang mengikuti harga internasional di tingkat distributor sebesar Rp5.000/kg. Sedangkan para peternak masih membeli jagung dengan harga Rp6.000.

"Jangan sampai ada spekulan yang bermain," ujar Oke. 

Baca Juga: Presiden Jokowi ke Suroto: Kalau Nggak Ada Kamu Saya Tidak Tahu Kondisi di Bawah

Ia mengklaim, Kemendag sudah mencoba memberikan alternatif solusi tingginya harga jagung.

Misalnya dengan usulan impor gandum untuk pakan ternak sebesar 300.000 ton. Atau subsidi biaya transportasi pasokan jagung dari NTB ke sentra peternak ayam. Seperti Blitar dan Lampung. 

"Itu kita sudah coba beberapa alternatif tapi mereka (peternak rakyat) mintanya jagung," tutur Oke. 

Tingginya harga jagung menyebabkan biaya produksi telur ikut melambung. Sedangkan harga telur kini tengah anjlok.

Sementara itu, pembatasan kegiatan masyarakat membuat restoran yang biasa membeli ayam broiler dan telur dalam jumlah besar, mengurangi pesanannya ke peternak. 

Baca Juga: Harga Telur Anjlok, Peternak: "Ini Terparah, Mau Nangis..."

Para peternak juga sempat meminta agar pemerintah memberikan telur sebagai bansos untuk masyarakat.

Sehingga akan menyerap telur peternak. Namun sejak kasus korupsi bansos menjerat mantan Mensos Juliari Batubara, bansos diberikan dalam bentuk uang tunai. 

Menurut Oke, industri produk olahan telur juga perlu dikembangkan. Sehingga peternak tidak hanya mengandalkan konsumsi telur utuh oleh masyarakat. 

"Kita nggak ada industri lanjutan misal telur beku atau tepung telur, itu masih impor," ucap Oke. 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA


Opini

KAISAR

20 Mei 2024, 07:07 WIB

Close Ads x