Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Investasi Singapura dan Malaysia di RI Besar, Bahlil: Jangan Terkecoh, Bukan Uang Mereka Semua

Kompas.tv - 25 Oktober 2022, 06:30 WIB
investasi-singapura-dan-malaysia-di-ri-besar-bahlil-jangan-terkecoh-bukan-uang-mereka-semua
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers realisasi investasi triwulan III 2022 di Jakarta, Senin (24/10/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, Singapura kembali menjadi negara dengan jumlah investasi terbesar di Indonesia. 

Berdasarkan data Kementerian Investasi, sepanjang Januari-September 2022, yakni Singapura (10,5 miliar dolar AS), China (5,2 miliar dolar AS), Hong Kong (3,9 miliar dolar AS), Jepang (2,8 miliar dolar AS) serta Malaysia (2,2 miliar dolar AS).

Selanjutnya di posisi ke enam ada Amerika Serikat, disusul Korea Selatan, Belanda, Bermuda, Inggris dan Australia di posisi ke 11.

Baca Juga: Usul Tony Blair ke Jokowi: Ajak UEA, China, Saudi dan Korea Investasi di IKN

Sedangkan untuk periode triwulan III 2022 (Juli-September), tercatat lima negara teratas yang paling banyak menanamkan modal di Indonesia adalah Singapura (3,8 miliar dolar AS), diikuti China (1,6 miliar dolar AS), Jepang (1 miliar dolar AS), Hong Kong (1 miliar dolar AS) dan Malaysia (900 juta dolar AS).

Bahlil meminta publik tidak terkecoh dengan keberadaan Singapura dan Malaysia dalam daftar tersebut. Pasalnya, Singapura merupakan salah satu negara hub bisnis. Demikian pula Malaysia dinilai masuk daftar tersebut karena mengakuisisi perusahaan asal Korea.

"Lagi-lagi Singapura, jangan terkecoh. Dalam berbagai kesempatan saya sampaikan bahwa Singapura ini jadi hub, tidak semuanya uang Singapura, sebagian uang orang Indonesia dan sebagian juga negara-negara lain," kata Bahlil dalam konferensi pers virtual, seperti dikutip dari Antara, Senin (24/10/2022). 

Baca Juga: Jokowi "Todong" Ciputra Group Investasi di IKN: "300 Hektare, Bener Pak?"

"Malaysia jangan terkecoh juga, ini sebenarnya sebagian investasi dijadikan hub. Ada beberapa dari Korea, ini masuknya lewat Malaysia karena mereka akuisisi perusahaan di sana. Contoh salah satu di antaranya Lotte. Jadi tidak semuanya uang Malaysia," tambahnya. 

Ia justru menilai, negara-negara yang berinvestasi di Indonesia semakin merata dari berbagai belahan dunia.

" (daftar) Ini menggambarkan bahwa pemerataan terhadap kecenderungan negara-negara melakukan investasi di Indonesia ini semakin hari semakin paten. Ini tidak bisa dilepaskan dari UU Cipta Kerja, ini jujur saja," ujarnya. 

Menurut Bahlil, UU Cipta Kerja memberi optimisme dan keyakinan bagi para investor untuk tetap berinvestasi di Indonesia. Hal lain yang menurut Bahlil juga berkontribusi adalah konsistensi regulasi atas keputusan Presiden Jokowi dalam mendorong transformasi ekonomi.

Baca Juga: Disinggung soal Kabar Investasi Tesla, Luhut: Elon Musk Masih Sibuk dengan Twitter

"Contoh ketika UE membawa kita di WTO soal nikel, Bapak Presiden tidak gentar sedikitpun, malah disuruh untuk jalankan terus. Memang dibutuhkan leadership yang kuat untuk meyakinkan para investor dalam melakukan penanaman modal di sebuah negara. Di Indonesia, leadership Pak Jokowi alhamdulillah, paten punya," tutur Bahlil. 

Ia menjelaskan, hampir semua negara yang berinvestasi di Indonesia memiliki beragam tipe. Lantaran Indonesia punya keunggulan dari melimpahnya sumber daya alam.

Di sisi lain, Indonesia juga terus berbenah untuk melakukan perbaikan sistem logistik. Begitu pula penataan terhadap regulasi dan insentif yang semakin baik.

"Terakhir stabilitas politik dan kondisi kenyamanan mereka (investor) di Indonesia. Rasanya pertimbangan kita lebih baik dibandingkan negara (tujuan investasi) lain. Atas dasar itu, saya punya keyakinan bahwa Indonesia tetap akan jadi pilihan dalam rangka realisasi investasi," ucapnya. 



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x