JAKARTA, KOMPAS TV - Anggota DPR RI, Muhammad Nasir, meminta Orias Petrus Moedak dicopot dari jabatannya sebagai Direktur PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum.
Karena itu, Muammad Nasir mengaku bakal menyurati Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menindaklanjuti permintaannya tersebut.
“Saya minta diganti Dirut ini,” kata Muhammad Nasir sambil menunjuk Orias Petrus Moedak saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Selasa (30/6/2020).
Baca Juga: Profil Muhammad Nasir, Anggota DPR dari Partai Demokrat yang Usir Bos Inalum Saat Rapat
Muhammad Nasir menambahkan dirinya bakal membicarakan upaya pencopotan Orias dari Dirut Inalum kepada Fraksi partai Demokrat di DPR.
“Saya akan kirim surat secara pribadi ke Pak Erick Thohir sebagai Menteri BUMN. Nanti saya akan bicarakan juga ke Fraksi Partai Demokrat,” ujar Muhammad Nasir.
Permintaan Muhammad Nasir agar Orias Petrus Moedak dicopot dari Dirut Inalum bermula ketika keduanya terlibat perdebatan sengit saat rapat.
Awalnya, Orias menjelaskan mengenai refinancing terkait utang Inalum sebagai salah satu strategi pendanaan setelah mengambil alih PT Freeport Indonesia.
Refinancing dilalukan dengan cara menerbitkan obligasi global sebesar 2,5 miliar dollar atau setara Rp37,5 triliun dengan catatan kurs sebesar Rp15.000.
Baca Juga: Usai Marah dan Usir Bos Inalum Saat Rapat, Ujungnya Anggota DPR Minta CSR
Menurut Orias, dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo sebesar 1 miliar dollar.
Adapun sisanya akan digunakan untuk mengakuisisi saham PT Vale Indonesia. Juga membantu membayar pinjaman anak usaha holding lainnya.
Ketika mendengar penjelasan Orias, Nasir merasa tidak puas. Nasir kemudian kembali bertanya kepada Orias soal skema refinancing dan jaminan atas pinjaman yang diperoleh perusahaan pelat merah tersebut.
Orias menyebut tidak ada jaminannya. Pasalnya, baik pemberi pinjaman maupun Inalum percaya pinjaman tersebut dapat dilunasi.
Mendapat jawaban itu, Nasir kembali tak puas. Ia mengaku khawatir tiga perusahaan lain akan menjadi korban.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.