Kompas TV entertainment lifestyle

Google Doodle Hari Ini Peringati Ultah Sapardi Djoko Damono, Penyair Hujan Bulan Juni

Kompas.tv - 20 Maret 2023, 06:32 WIB
google-doodle-hari-ini-peringati-ultah-sapardi-djoko-damono-penyair-hujan-bulan-juni
Google Doodle hari ini memperingati hari ulang tahun sastrawan Sapardi Djoko Damono yang ke-83, Senin (20/3/2023). (Sumber: Google)
Penulis : Dian Nita | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sastrawan legendaris Indonesia Sapardi Djoko Damono ditampilkan dalam Google Doodle hari ini, Senin (20/3/2023).

Sapardi Djoko Damono dijadikan Google Doodle hari ini untuk memperingati hari kelahirannya, 20 Maret 1940.

"Doodle hari ini memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia," tulis Google dalam keterangannya.

Ia termasuk pujangga Indonesia yang banyak memberikan sumbangsih bagi kesusasteraan Tanah Air.

Salah satu puisinya yang paling fenomenal hingga masih dinikmati dari generasi ke generasi adalah kumpulan puisi "Hujan Bulan Juni" yang terbit pada 1994.

Baca Juga: Google Doodle Hari Ini Mengenang Didi Kempot "Godfather of Broken Heart"

Profil Singkat Sapardi Djoko Damono

Sapardi lahir di Solo, Jawa Tengah. Ia menghabiskan masa kecilnya di perpustakaan membaca setiap buku yang dan mulai menulis puisi saat bersekolah di SMA Surakarta. 

Setelah mendapatkan gelar bahasa Inggris dari Universitas Gadjah Mada, Sapardi belajar sastra Indonesia di jenjang pascasarjana. 

Saat bekerja sebagai penyiar radio dan asisten teater, ia mulai menggeluti puisinya lebih serius. Hingga pada tahun 1969, Damono merilis kumpulan puisi pertamanya, "Duka-Mu Abadi". 

Pada saat sebagian besar penyair Indonesia berfokus pada refleksi dan gagasan masyarakat, debut terobosan Sapardi mencerminkan kondisi manusia.

Baca Juga: Google Rilis Doodle, Permainan Puzzle dan Lomba Balap Kayangan untuk Rayakan Imlek 2023

Karena kesuksesan buku tersebut, Damano diangkat sebagai guru besar sastra di Universitas Indonesia.

Selain itu, ia juga mendapat penghargaan Anugerah Budaya (Cultural Award) dari Australia pada 1978.

Damono kemudian menulis tiga kumpulan puisi lagi dengan gayanya yang lugas dan introspektif. Ia menerima Penghargaan Penulisan Puisi Asia Tenggara yang disponsori ASEAN pada tahun 1986. 

Sapardi juga mendapat Anugerah Puisi Putra dari Malaysia atas bukunya yang berjudul "Sihir Hujan dari Malaysia" pada 1983.

Berniat untuk mempromosikan bentuk seni di seluruh negeri, Sapardi mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dan menjabat sebagai ketua untuk tiga periode berturut-turut. 

Pada tahun 1994, Sapardi menerbitkan "Hujan Bulan Juni", kumpulan beberapa puisi terbesarnya. Karya ini menginspirasi beberapa musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa. 

Universitas Indonesia memilih Sapardi sebagai dekan fakultas dan mengadakan resital puisi pada tahun 2010 untuk merayakan karya hidupnya.

Penghargaan demi penghargaan diberikan kepada Sapardi Djoko Damono, di antaranya Penghargaan Achmad Bakrie untuk Sastra pada tahun 2003 dan Penghargaan Akademi Jakarta pada tahun 2012. 

Pada 2018 lalu, Sapardi mendapat penghargaan Anugerah Buku ASEAN (ASEAN Book Award) untuk bukunya yang berjudul "Hujan Bulan Juni" dan "Yang Fana Adalah Waktu". 

Sapardi juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, salah satunya yang paling terkenal adalah "The Old Man and the Sea" karya Ernest Hemingway.

Sapardi Djoko Damono meninggal dunia di usia 80 tahun pada Minggu (19/7/2020).



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x