Kompas TV internasional kompas dunia

Mahathir Kritik Pemerintah Malaysia yang Larang Ekspor Listrik ke Singapura

Kompas.tv - 28 Oktober 2021, 09:41 WIB
mahathir-kritik-pemerintah-malaysia-yang-larang-ekspor-listrik-ke-singapura
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. (Sumber: Andy Wong/AP)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV- Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik sikap pemerintah Malaysia yang melarang ekspor listrik ke Singapura. Negara itu membutuhkan tambahan listrik karena sedang mengalami krisis energi.

Kementerian Tenaga dan Sumber Asli (KeTSA) Malaysia memutuskan hanya pasokan listrik yang tidak bisa diperbarui saja yang boleh diekspor ke Singapura.

"Ekspor listrik melalui saluran milik swasta juga tidak dibenarkan," kata Mahathir seperti dikutip dari Antara, Kamis (28/10/2021).

Mahathir mengatakan kebijakan KeTSA itu bertentangan dengan kebijakan lainnya. Lantaran Malaysia mengekspor air ke Singapura dengan harga 3 sen per seribu galon.

Baca Juga: Singapura Krisis Energi Gara-gara Pasokan LNG dari Indonesia Berkurang

"Kita juga tahu selundupan pasir laut dan darat dari Malaysia ke Singapura sedang dilakukan," ujar Mahathir.

Mahathir yang kini menjabat Ketua Partai Pejuang itu menilai, Malaysia sebenarnya bisa mengekspor listrik dari tenaga surya dan angin. Karena kedua sumber energi itu tidak terbatas dan selalu ada, Malaysia tidak akan kehilangan apa-apa.

"Saya kurang paham dengan dasar pemerintah hari ini. Dengan keputusan ini investasi yang tidak kecil dan peluang kerja terhalang," ucap Mahathir.

Pada pekan lalu, KeTSA  mengatakan pemerintah Malaysia memutuskan untuk meninjau ulang penjualan listrik lintas perbatasan yang dikeluarkan Komisi Energi.

Baca Juga: Banyak yang Gemuk dan Hipertensi, Menkes Malaysia Minta Politisi Gunakan Masker saat Rapat

Keputusan itu diambil untuk mendorong pengembangan industri energi terbarukan di dalam negeri karena Malaysia ingin mencapai target perubahan iklimnya.

Singapura kini tengah dilanda krisis energi. Masyarakat Singapura terancam kekurangan pasokan listrik karena harga listrik yang mahal.

Regulator energi Singapura (EMA) menyatakan, krisis energi di negaranya berawal dari berkurangnya pasokan gas alam cair (LNG) dari Indonesia.

Pasokan gas alam dari Indonesia yang biasanya dikirim lewat pipa West Natuna terganggu sejak Juli 2021. Sementara itu, permintaan listrik di Singapura meningkat sehingga membuat harga listrik mahal.

Baca Juga: Singapura Krisis Energi, Perusahaan Swasta Pemasok Listrik Nyerah Hentikan Bisnisnya

"Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya di dalam negeri dan pengurangan pasokan gas alam perpipaan dari Indonesia," kata EMA.

Krisis energi Singapura menyebabkan upaya negara itu untuk meliberalisasi sektor energinya pun menjadi terhambat. Melonjaknya harga gas membuat perusahaan penyedia listrik di Singapura rugi besar. Lantaran  mayoritas pembangkit listrik disana menggunakan gas.

Sejumlah perusahaan listrik swasta di Singapura pun menyerah dan memutuskan akan keluar dari bisnis listrik. Perusahaan iSwitch Energy akan menghentikan penjualan listrik untuk ritel mulai 11 November 2021. iSwitch adalah perusahaan pengecer listrik terbesar di Singapura.

Selanjutnya adalah SilverCloud Energy, yang memasok listrik ke bangunan komersial, industri, dan perumahan Singapura. Manajemen SilverCloud Energy akan menginformasikan kepada pelanggan mereka, untuk beralih ke penyedia lain atau ke perusahaan listrik negara, SP Group.

Kemudian Diamond Electric, Best Electricity, dan Ohm Energy juga sudah berhenti menerima pelanggan baru. Diamond Electric sendiri akan menyerahkan kontrak berjangka yang ada ke penyedia utilitas lain.



Sumber : Antara



BERITA LAINNYA



Close Ads x