Rasool menambahkan bahwa polisi Kroasia menyebut para migran “binatang” dan “orang-orang kotor”.
Baca Juga: Pemimpin Muslim Polandia Mulai Bantu Makanan Hangat Para Migran dan Tentara di Perbatasan Belarusia
Polisi Kroasia telah menghadapi banyak tuduhan kekerasan terhadap migran. Pada Oktober lalu, tiga polisi khusus diskors usai tertangkap kamera memukuli migran dengan tongkat.
Sejumlah kalangan menuduh otoritas Kroasia melakukan pelanggaran ini secara sistematis. Namun, Zagreb membantah tuduhan tersebut.
Rasool sendiri mengaku pernah dirampok polisi Kroasia. Pada percobaan keempatnya menyeberang, barang berharganya dirampas polisi yang kemudian menertawainya.
“Mereka mencuri dari pengungsi. Mereka pikir kami ini binatang, bukan manusia,” kata Rasool.
Rasool ingin pergi dari Bosnia karena cuaca musim dingin di sana. Ia pun mengaku tak masalah harus tinggal di mana saja, yang penting bisa melanjutkan profesinya dulu.
Dulu, ia merupakan wasit yang mengantongi lisensi FIFA dan telah memimpin ratusan pertandingan futsal.
Rasool mengaku meninggalkan tempat tinggalnya setelah berselisih dengan asosiasi sepakbola Afghanistan (AFF).
“Saya ingin kembali ke pekerjaan saya. Saya ingin kembali ke kehidupan normal, tak masalah di negara mana pun,” katanya.
Baca Juga: Kedinginan dan Kelaparan, Pengakuan Migran yang Terjebak di Perbatasan Polandia-Belarusia
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.