Diyakini 30 orang menghadiri pesta. Waktu itu, Inggris Raya sedang memberlakukan karantina ketat.
Perkumpulan publik dibatasi. Seseorang hanya boleh bersama satu orang lain di luar rumah selain kerabat yang satu tempat tinggal.
Have you been enjoying the hottest day of the year so far?
— Metropolitan Police (@metpoliceuk) May 20, 2020
It is important that we all continue to #StayAlert
You can relax, have a picnic, exercise or play sport, as long as you are:
On your own
With people you live with
Just you and one other person pic.twitter.com/LAVe6DScQ5
Rumor pesta ini kemudian memicu skandal partygate yang kini sedang diinvestigasi oleh Sue Gray, PNS senior di Kantor Kabinet Inggris Raya.
Pemimpin Partai Buruh, oposisi pemerintah, menanggapi pengakuan Johnson dengan menyebutnya “pertunjukkan menyedihkan.”
“Pembelaannya… bahwa dia tidak sadar sedang berada di pesta itu sangat konyol, itu benar-benar ofensif ke publik Inggris Raya,” kata pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer.
“Dia akhirnya terpaksa mengakui apa yang sudah diketahui semua orang, bahwa saat seluruh negeri sedang dikarantina, dia malah menggelar pesta mabuk-mabukan di Downing Street. Apakah dia sekarang bisa menjadi sesuatu yang pantas dan mengundurkan diri?” imbuhnya.
Johnson sendiri menolak mengundurkan diri.
Namun, ia mengaku paham dengan respons kemarahan publik yang telah berkorban luar biasa 18 bulan terkini.
“Saya paham kemarahan ini, murka yang mereka rasakan saat orang-orang di Downing Street tidak mengikuti aturan itu,” kata Johnson.
Meskipun mengaku menyesal, politikus 57 tahun ini tidak secara eksplisit mengakui bahwa ia melanggar peraturan tertentu.
Skandal Partygate diyakini membuat posisi Johnson di ujung tanduk.
Sejumlah kalangan di Partai Konservatif bahkan dilaporkan mulai ragu atas penilaian dan kepemimpinan Johnson.
Baca Juga: Muslim Inggris Raya Percepat Pembangunan Masjid Indonesia Pertama di London
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.