Kompas TV internasional kompas dunia

Alasan Jerman Tolak Persenjatai Ukraina: Terkait Sejarah Perang Dunia dan Kontrak Gas dengan Rusia

Kompas.tv - 25 Januari 2022, 22:08 WIB
alasan-jerman-tolak-persenjatai-ukraina-terkait-sejarah-perang-dunia-dan-kontrak-gas-dengan-rusia
Tiga tentara Ukraina berjalan Katerinivka, Donetsk, dekat perbatasan dengan wilayah separatis pro-Rusia, 7 Desember 2021. Di tengah eskalasi Rusia-Ukraina, Jerman enggan mengikuti langkah negara NATO lain yang mengirim persenjataan. (Sumber: Andriy Dubchak/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Gading Persada

BERLIN, KOMPAS.TV - Negara-negara anggota NATO mulai mengirimkan persenjataan dan menyiapkan pasukan seiring eskalasi di perbatasan Ukraina.

Negara seperti Inggris Raya dan Amerika Serikat mengirimkan persenjataan ke Ukraina untuk mempertahankan diri dari Rusia.

Pada saat NATO kompak menyiapkan pasukan dan kirim senjata, sikap berbeda ditunjukkan Jerman. Berlin sama sekali menolak mengirimkan bantuan senjata macam apa pun ke Kyiv.

Sikap Jerman semakin dipertanyakan usai mereka diisukan menghalau pengiriman pasokan senjata Estonia ke Ukraina.

Pemerintahan Olaf Scholz dilaporkan menghalangi pengiriman meriam howitzer tua milik Jerman di negara itu.

Gelagat Berlin di tengah gencarnya latihan perang Rusia pun menggusarkan sekutu dan mengecewakan Ukraina.

"Sikap Jerman tak sesuai dengan level hubungan kami dan situasi keamanan terkini," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

Baca Juga: Sebut Ukraina Tak akan Rebut Krimea dan Minta Barat Hormati Putin, Komandan AL Jerman Mundur

Kanselir Scholz menegaskan pihaknya tegas satu sikap dengan anggota NATO yang lain dalam menghadapi ancaman Rusia.

“Apabila situasi itu terjadi (invasi Rusia), kami akan bertindak. Akan ada harga mahal yang harus ditebus (Rusia),” kata Scholz, Senin (24/1/2022).

Akan tetapi, Scholz bersikeras mempertahankan sikapnya tentang senjata. Suksesor Angela Merkel itu mengaku akan terus membantu Ukraina, tetapi pengecualiannya satu: “Kami tidak akan menyediakan senjata mematikan apa pun.”

Lantas, mengapa Berlin keras kepala mengambil sikap yang bertentangan dengan sekutunya? 

Pengamat geopolitik menyebut sikap Jerman tak bisa dipisahkan dari sejarah Perang Dunia dan kontrak energi mereka dengan Rusia.

Sejarah perang memalukan dan kontrak gas alam

Menurut Rachel Ellehuus, wakil direktur program riset Eropa, Rusia, dan Eurasia di lembaga wadah-pemikir Center for Strategic and International Studies (CSIS), sikap Jerman kini sebagian berakar dari riwayat agresi mereka sepanjang abad 20.

“Ada legasi jelas dari militerisasi Jerman di Eropa selama dua perang dunia yang menyebabkan banyak pemimpin Jerman memandang respons militer sebagai langkah terakhir,” kata Ellehuus kepada Associated Press.

Meskipun demikian, Ellehuus menyebut sikap Jerman kini justru bisa merugikan diri sendiri.

“Pemerintahan sekarang tak menyadari bahwa mengirim senjata pertahanan ke Ukraina bisa jadi benar-benar menghalangi agresi Rusia lebih lanjut,” katanya.

Sabine Fischer, pakar Rusia di lembaga wadah-pemikir Institut Jerman untuk Urusan Keamanan dan Internasional (SWP), menyebut Jerman inkonsisten dalam mengeksekusi kebijakan pasifis.

Baca Juga: Tolak Kirim Senjata, Jerman Beri Bantuan Rumah Sakit Lapangan ke Ukraina

Meskipun kebijakan Jerman tak membolehkan ekspor senjata ke daerah konflik, Berlin pernah beberapa kali melanggarnya.

“Selalu ada kasus pengecualian di sini, seperti di perang Kosovo atau bantuan untuk Kurdi menghadapi ISIS di Suriah,” kata Sabine.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menggarisbawahi aspek sejarah tersebut ketika mengunjungi Moskow pekan lalu.

Baerbock mengakui bahwa Jerman telah menyebabkan “penderitaan dan kehancuran kepada rakyat Uni Soviet.” Namun, ia menegaskan Jerman akan bertindak jika Rusia menyerang Ukraina.

Lebih lanjut, politikus Partai Hijau itu menyinggung konsentrasi 100.00 pasukan Rusia di perbatasan, menyebutnya “sulit untuk tidak dipandang sebagai ancaman.”

Di lain sisi, kerja sama ekonomi Jerman-Rusia diduga menjadi salah satu faktor lembeknya sikap Berlin. 

Baca Juga: Jerman Tolak Proposal Energi Atom Uni Eropa, Anggap Nuklir Berbahaya

Jerman berencana menutup semua pembangkit listrik tenaga nuklir dan beralih ke gas alam untuk meniadakan konsumsi batu bara per 2030.

Jerman hendak menggunakan jalur pipa Nord Stream 2 yang baru selesai dibangun untuk menyalurkan gas alam dari Rusia.

Pada masa transisi ke energi baru-terbarukan, Rusia adalah salah satu pemasok utama kebutuhan energi Jerman.

Gambar peta jalur pipa gas alam Nord Stream 2 dari Rusia ke Jerman di Lubwin, Jerman. Foto diambil pada 16 November 2021. Pengamat menyebut sikap Berlin yang lebih lunak dibanding anggota NATO lain terhadap Rusia terkait dengan kontrak gas alam. (Sumber: Stefan Sauer/DPA via Associated Press)

Pemerintahan Jerman cenderung pasifis, diterpa kritik luar-dalam

Sikap Jerman yang menolak kirim senjata ke Ukraina tidak hanya dikritik sekutunya. Berbagai kalangan di dalam negeri pun mengecam kebijakan rezim Scholz.

“Berapa banyak (pemimpin) di Berlin yang benar-benar sadar bahwa kebijakan membingungkan kita tentang Ukraina tak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga seluruh Uni Eropa?” kritik Wolfgang Ischinger, mantan duta besar Jerman untuk AS sekaligus ketua Konferensi Keamanan Muenchen.

Baca Juga: Ketegangan Rusia-Ukraina Semakin Tinggi, AS Siagakan 8.500 Tentara

Para pengamat menyebut, prinsip pemerintahan Olaf Scholz kini membuat Jerman sulit bertindak tegas tentang Ukraina.

Scholz, bersama Partai Sosial Demokrat-nya, mengikuti jejak pemerintahan Jerman semasa Perang Dingin yang cenderung netral.

Partai Hijau, salah satu koalisi pemerintah, juga memegang teguh tradisi pasifisme.

Walaupun terus-terusan dikecam sekutu dan kalangan sendiri, Berlin tetap bersikeras pada sikapnya yang cenderung pasif.

“Berlin harus menghadapi kritik yang kini datang dari Ukraina, negara Eropa lain, serta Washington,” kata Sabine Fischer.

“Pada saat bersamaan, Jerman masihlah pemain penting dalam negosiasi seputar konflik Rusia-Ukraina dan, prediksiku, akan terus mendukung sanksi dan kebijakan lain di kemudian hari,” pungkasnya.

Baca Juga: Dituding Inggris Ingin Dongkel Pemerintahan Ukraina, Rusia: Berhenti Sebarkan Omong Kosong!


 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x