Kompas TV internasional kompas dunia

Krisis Ekonomi Sri Lanka Makin Parah, Anggota Parlemen Koalisi Berkuasa Ramai-Ramai Mundur

Kompas.tv - 5 April 2022, 16:37 WIB
krisis-ekonomi-sri-lanka-makin-parah-anggota-parlemen-koalisi-berkuasa-ramai-ramai-mundur
Warga Sri Lanka berunjuk rasa di depan istana kepresidenan menuntut mundurnya presiden Rajapaksa akibat kekacauan ekonomi. Sri Lanka kekurangan dollar untuk mengimpor bahan pokok, dalam salah urus yang selalu mengandalkan impor untuk sektor-sektor dasar. 41 anggota parlemen koalisi mundur, makin runyam dengan mundurnya menteri keuangan yang baru saja dilantik. (Sumber: Straits Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

KOLOMBO, KOMPAS.TV - Setidaknya 41 anggota parlemen Sri Lanka hari Selasa, (5/4/2022) mundur dari koalisi yang berkuasa, meninggalkan pemerintahan Presiden Gotabaya Rajapaksa sebagai minoritas di parlemen yang sedang  berjuang melawan krisis ekonomi terburuk negara itu sejak merdeka tahun 1948, seperti laporan Straits Times, Selasa, (5/4/2022).

Keadaan makin runyam saat menteri keuangan yang baru, Ali Sabry, mundur hanya satu hari setelah diangkat dan terjadi menjelang pembicaraan penting dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membahas program pinjaman.

“Saya yakin telah bertindak demi kepentingan terbaik negara, dan pada saat yang genting ini negara membutuhkan stabilitas untuk menghadapi krisis dan kesulitan keuangan saat ini,” kata Sabry dalam surat pengunduran dirinya.

Rajapaksa membubarkan kabinetnya hari Senin dan berusaha membentuk pemerintahan persatuan saat rakyatnya melakukan kerusuhan massal. 

Massa memprotes cara keluarga yang berkuasa, Rajapaksa, menangani ekonomi yang condong ke impor dan hutang luar negeri, menyebabkan Sri Lanka kekurangan devisa dan mata uang dollar AS saat harus melakukan impor kebutuhan dasar. 

Demonstrasi jalanan menentang kelangkaan yang dipicu oleh kurangnya devisa untuk melakukan impor, dimulai bulan lalu dan meningkat serta makin panas beberapa hari terakhir, menyebabkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi dalam beberapa kasus.

Baca Juga: Krisis Ekonomi Sri Lanka Memburuk, Presiden Dituding Tak Mampu dan Sombong

Warga Sri Lanka berunjuk rasa di depan istana kepresidenan menuntut mundurnya presiden Rajapaksa akibat kekacauan ekonomi. Negara berpenduduk 22 juta orang itu menderita kekurangan parah untuk makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya, dibarengi rekor inflasi dan pemadaman listrik yang melumpuhkan. (Sumber: Straits Times)

Negara berpenduduk 22 juta orang itu menderita kekurangan parah untuk makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya, dibarengi rekor inflasi dan pemadaman listrik yang melumpuhkan.

Rentetan kekurangan bahan bakar, gas, bahan makanan dan kenaikan harga menimbulkan kesengsaraan yang meluas di seluruh negara kepulauan, dalam krisis paling parah sejak merdeka dari Inggris tahun 1948.

Para anggota parlemen yang mundur dari koalisi yang berkuasa sekarang menjadi anggota parlemen independen, meninggalkan pemerintahan Rajapaksa.

Saat ini kursi koalisi penguasa Sri Lanka di parlemen kurang dari 113 kursi yang dibutuhkan untuk mempertahankan mayoritas di parlemen beranggotakan 225 kursi.

Koalisi penguasa Sri Lanka memenangkan 145 kursi dalam pemilihan parlemen terakhir.

Hingga saat ini belum ada pemungutan suara di parlemen untuk hal apapun, dan bila terjadi, akan membuat pengambilan keputusan menjadi makin menantang untuk pemerintahan minoritas Rajapaksa.

Namun, anggota parlemen independen dapat terus mendukung usulan pemerintah di DPR.

Baca Juga: Sri Lanka Berlakukan Jam Malam di Seluruh Negeri Usai Umumkan Keadaan Darurat Nasional

Warga Sri Lanka berunjuk rasa di depan istana kepresidenan menuntut mundurnya presiden Rajapaksa akibat kekacauan ekonomi. Sri Lanka kekurangan dollar untuk mengimpor bahan pokok, dalam salah urus yang selalu mengandalkan impor untuk sektor-sektor dasar. 41 anggota parlemen koalisi mundur, makin runyam dengan mundurnya menteri keuangan yang baru saja dilantik (Sumber: Straits Times)

“Ada kekurangan yang tak ada habisnya dari kebutuhan pokok termasuk bahan bakar dan gas untuk memasak. Rumah sakit di ambang penutupan karena tidak ada obat-obatan,” kata Maithripala Sirisena, pemimpin Partai Kebebasan Sri Lanka yang menarik dukungannya untuk koalisi Rajapaksa.

“Pada saat seperti itu, partai kami berada di pihak rakyat.” kata Maithripala di depan parlemen.



Sumber : Kompas TV/Straits Times



BERITA LAINNYA



Close Ads x