Kompas TV internasional kompas dunia

Ketua PBNU Bertemu Ulama Afghanistan, Dialog Moderasi Islam dengan Ulama Taliban

Kompas.tv - 15 Juni 2022, 12:34 WIB
ketua-pbnu-bertemu-ulama-afghanistan-dialog-moderasi-islam-dengan-ulama-taliban
Ilustrasi. Seorang perempuan Afghanistan yang mengenakan burqa mengantre bantuan makanan di Kabul, Selasa (10/5/2022). Ketua PBNU, Gus Fahrur, menemui ulama Afghanistan dan melakukan dialog, disebut sebagai upaya moderasi Islam agar konflik tidak terus terjadi (Sumber: Ebrahim Noroozi/Associated Press)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV – Ketua PBNU, KH Ahmad Fahrurrozi bersua ulama-ulama dari Afghanistan atas undangan Kementerian Wakaf Qatar, pada Rabu waktu setempat (15/6/2022).

Gus Fahrur, sapaan akrabnya, mengatakan pertemuan dengan ulama Afghanistan sebagai langkah dialog PBNU agar upaya moderasi agama Islam bisa berjalan di level internasional.

Apalagi, kata Gus Fahrur, Taliban bagaimana pun saat ini yang memimpin Afghanistan dan pertemuan dengan ulama-ulama mereka ini sebagai bagian dialog antar ulama.

“Tujuan pertemuan ini untuk memoderasi pandangan mengenai Islam Wasathiyah kepada Ulama Taliban,” paparnya lewat sebuah pesan kepada KOMPAS.TV, Rabu (15/6/2022).  

Baca Juga: Taliban Bantah akan Segera Buka Kembali Sekolah-Sekolah untuk Perempuan, Pelajar Putri Kecewa

Gus Fahrur lantas menegaskan, upaya dialog ini penting di tengah Taliban yang disorot publik internasional karena dianggap mulai melakukan diskriminasi, khususnya terhadap perempuan.

“Makanya kita ajak mereka ke Indonesia agar mereka melihat bagaimana Islam moderat di negara kita,” ujarnya menandaskan.

Afghanistan Bisa Meniru dan Belajar Islam di Indonesia

Gus Fahrur juga menegaskan, dalam kesempatan itu ia berdialog bersama ulama Afghanistan. Dalam pertemuan itu sendiri, para ulama dari perwakilan Qatar juga hadir dan mendengarkan penjelasan tentang posisi Islam di Indonesia.

“Saya menjelaskan bahwa kita umat muslim di Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan dan mampu menjalin hubungan baik dengan semua golongan  sehingga dapat hidup berdampingan dengan damai antara pemeluk agama dan berbagai suku, bhineka tunggal Ika,” ujarnya.

Ia bahkan menyebut, siap kerja sama dengan pihak Ulama Afghanistan dan datang ke Indonesia.

Tujuannya, agar para ulama ini memahami konsep moderatisme Islam di Indonesia.

“Kita siap bekerjasama dengan rakyat Afganistan dan mengundang mereka untuk datang ke Indonesia, melihat  pemerintahan Indonesia yang dapat menyatukan masyarakat untuk  cinta negara dan agama secara bersamaan dengan damai,” kata dia.

“Islam di Indonesia juga memberikan kebebasan kepada perempuan untuk belajar dan bekerja dengan baik,” imbuhnya.

Gus Fahrur juga menyebut, NU punya banyak pesantrean dan Afghanistan bisa belajar dari sini.

“NU mempunyai ribuan pesantren dan berbagai lembaga pendidikan yang siap memberikan beasiswa kepada mahasiswa Afganistan yang ingin belajar di Indonesia,” tutupnya.

Baca Juga: PBB Desak Taliban Hentikan Diskriminasi Perempuan di Afghanistan dari Pendidikan hingga Hijab

Sebelumnya seperti diberitakan KOMPAS.TV Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak agar otoritas Taliban segera menghentikan diskriminasi yang mereka lakukan terhadap penduduk Afghanistan, khususnya kebijakan terkait perempuan dan akses pendidikan hingga persoalan hijab. 

Utusan khusus PBB untuk hak asasi manusia di Afghanistan, Richard Bennett mengatakan, negara itu menghadapi tantangan "berat" atas persoalan hak asasi manusia. 

PBB meminta otoritas Taliban untuk membatalkan berbagai pembatasan terhadap perempuan.

Keputusan mendesak Taliban ini setelah melewati 11 hari pengamatan ketika utusan PBB mengunjungi negara itu.

"Saya mendesak pihak berwenang untuk mengakui tantangan hak asasi manusia yang mereka hadapi dan untuk menutup kesenjangan antara kata-kata dan perbuatan mereka," katanya Kamis (26/5/2022) dikutip Antara. 

Bennett lantas menyatakan keprihatinannya atas akses ke pendidikan setelah Taliban urung untuk mengizinkan anak-anak perempuan kembali ke sekolah menengah pada Maret lalu sesuai yang dijanjikan.

Hal itu ditambah, pada bulan ini mengumumkan bahwa perempuan harus menutupi wajah mereka. 

Pelanggaran atas aturan tersebut adalah hukuman bukan hanya perempuan itu, tapi bagi kerabat laki-laki terdekat mereka.

“Petunjuk tentang mahram, penegakan hijab yang ketat, dan nasihat yang kuat untuk tinggal di rumah memberi pola pemisahan gender yang mutlak dan membuat perempuan tidak terlihat di masyarakat,” ujar Bennett.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x