Kompas TV internasional kompas dunia

Kiprah Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos yang Wafat Hari Ini, Salah Satu Tokoh Kunci People Power

Kompas.tv - 31 Juli 2022, 18:40 WIB
kiprah-mantan-presiden-filipina-fidel-ramos-yang-wafat-hari-ini-salah-satu-tokoh-kunci-people-power
Fidel Ramos, kanan, bersama Presiden Filipina Corazon Aquino pada 1986. Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos meninggal dunia di usia 94 tahun pada hari ini, Minggu (31/7/2022). (Sumber: Phil Star News)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

MANILA, KOMPAS.TV - Fidel Ramos, mantan presiden Filipina, meninggal dunia di usia 94 tahun pada hari ini, Minggu (31/7/2022).

Seperti dilaporkan Bloomberg, Minggu, pada pertengahan 1980-an, Ramos pernah menjadi kepala polisi nasional Filipina di bawah pemerintahan Ferdinand Marcos, sebelum membelot dan bergabung dengan protes "People Power" atau "Kekuatan Rakyat" yang menggulingkan diktator tersebut pada 1986.

Ramos meninggal dunia pada hari ini, Minggu, menurut laporan stasiun radio DZRH dan televisi negara Filipina, PTV, tanpa mengutip sumber informasi.

Dikenal sebagai FVR, Ramos menjabat sebagai kepala pertahanan dalam pemerintahan pasca-kediktatoran pertama yang dipimpin oleh Corazon Aquino, janda dari Senator Benigno Aquino Jr., seorang kritikus Marcos terkemuka.

Ramos memenangi kursi kepresidenan pada 1992, pemilihan pertama di bawah konstitusi saat ini, dan dianggap berhasil mengarahkan ekonomi menuju periode pertumbuhan yang cepat hingga kemudian dihantam krisis keuangan 1997 yang melanda Asia Tenggara.


Baca Juga: Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos Meninggal di Usia 94 Tahun

Pada pertengahan 1980-an, Fidel Ramos pernah menjadi kepala polisi nasional Filipina di bawah pemerintahan Ferdinand Marcos, sebelum membelot dan bergabung dengan protes "People Power" atau "Kekuatan Rakyat" yang menggulingkan diktator tersebut pada 1986. (Sumber: Rappler)

Seorang perwira militer karier, Ramos menjadi terkenal pada 1986 ketika dia dan Menteri Pertahanan saat itu Juan Ponce Enrile memisahkan diri dari Marcos, yang mereka tuduh mencurangi pemilihan tahun itu agar tetap berkuasa.

Ramos mengatakan dia membelot karena sang diktator memprioritaskan kepentingan pribadi dan tidak lagi menjadi panglima yang cakap.

Mereka bersembunyi di markas polisi di ibu kota, menantikan serangan dari pasukan pro-Marcos.

Namun, anggota masyarakat mengindahkan panggilan dari seorang kardinal Katolik Roma untuk berkumpul di sekitar gedung, membentuk barikade manusia yang melindungi Ramos, Enrile dan pasukan mereka.

Momen itulah yang memulai Revolusi Kekuatan Rakyat yang akhirnya menggulingkan Marcos.

Baca Juga: AS Peringatkan akan Bela bila Filipina Diserang, Desak China Stop Provokatif di Laut China Selatan

Pada pertengahan 1980-an, Ramos pernah menjadi kepala polisi nasional Filipina di bawah pemerintahan Ferdinand Marcos, sebelum membelot dan bergabung dengan protes "People Power" atau "Kekuatan Rakyat" yang menggulingkan diktator tersebut pada 1986. (Sumber: Rappler)

Untuk menghormatinya, pada tahun 2000, kelompok alumni Akademi Militer AS di West Point mengutip "peran terpentingnya dalam mengembalikan demokrasi ke Filipina", di mana ia dinobatkan sebagai pahlawan militer revolusi.

Ramos lahir pada 18 Maret 1928 di kotamadya Lingayen di provinsi Pangasinan, utara ibu kota Filipina. Ia adalah putra anggota parlemen dan diplomat, Narciso dan Angela, seorang pendidik.

Ramos lulus dari West Point AS pada 1950 dan memperoleh gelar master di bidang teknik sipil dari University of Illinois pada tahun berikutnya.

Dia memperoleh dua gelar master lagi dalam bidang keamanan nasional pada 1969 dari National Defense College of the Philippines, dan bidang administrasi bisnis pada 1980 dari Universitas Ateneo de Manila, menurut yayasan Ramos.

Awal kariernya dihabiskan sebagai tentara Filipina yang berkecimpung di berbagai bidang termasuk pengintaian dan pasukan khusus.

Baca Juga: Keluarga Marcos di Filipina Disebut Tak Sama dengan Keluarga Cendana di Era Orde Baru, Ini Alasannya

Fidel Ramos bersama presiden Filipina saat itu, Corazon Aquino. Pada pertengahan 1980-an, Ramos pernah menjadi kepala polisi nasional Filipina di bawah pemerintahan Ferdinand Marcos, sebelum membelot dan bergabung dengan protes "People Power" atau "Kekuatan Rakyat" yang menggulingkan diktator tersebut pada 1986. (Sumber: Phillippine Star)

Dia naik pangkat dan pada 1972, diangkat sebagai kepala Kepolisian Filipina.

Tiga tahun kemudian, ia menjadi Dirjen Polisi lalu menjadi wakil kepala staf angkatan bersenjata pada 1981 dan menjabat sebagai penjabat kepala staf angkatan bersenjata menjelang akhir pemerintahan Marcos.

Ramos menang tipis dalam pemilihan presiden pada 1992 dengan kurang dari seperempat suara, pluralitas terendah dalam sejarah pemilihan negara itu hingga pemilihan presiden tahun 2022, yang dimenangi dengan telak oleh putra Marcos, Bongbong.

Ramos juga merupakan presiden Protestan pertama di negara mayoritas Katolik itu.




Sumber : Kompas TV/Bloomberg/Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x