Kompas TV internasional kompas dunia

Menlu BRICS Ingin Menjauh dari Barat, Gunakan Mata Uang selain Dolar AS dalam Perdagangan Dunia

Kompas.tv - 2 Juni 2023, 23:05 WIB
menlu-brics-ingin-menjauh-dari-barat-gunakan-mata-uang-selain-dolar-as-dalam-perdagangan-dunia
Pertemuan Menlu negara-negara BRICS yang sedang bertemu di Afrika Selatan hari Jumat, (2/6/2023) mengatakan BRICS akan memotori sistem global baru yang multilateral dan menjauh dari negara-negara Barat, seperti laporan Deutsche Welle, Jumat (2/6/2023). (Sumber: Kompas)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

CAPE TOWN, KOMPAS.TV - BRICS atau kelompok negara yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan akan memotori sistem global baru yang multilateral dan menjauh dari negara-negara Barat. Hal itu merupakan hasil pertemuan para menteri luar negeri (menlu) negara-negara BRICS di Afrika Selatan, Jumat (2/6/2023).

Melansir Deutsche Welle, para utusan dari kelompok BRICS membahas penggunaan mata uang alternatif selain dolar AS dalam perdagangan internasional serta penguatan Bank Pembangunan BRICS, dan membahas reformasi pengambilan keputusan global.

Tuan rumah Menlu Afrika Selatan Naledi Pandor mengkritik kurangnya perwakilan Afrika yang tetap dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan menyatakan visi BRICS ini adalah memberikan kepemimpinan global di dunia yang dilanda ketegangan geopolitik, ketimpangan, dan ketidakamanan global.

Pada hari pertama pertemuan di Cape Town, Menlu India Subrahmanyam Jaishankar mengungkapkan pentingnya mengirimkan pesan kuat bahwa dunia ini multipolar atau banyak kutub, dan tengah menyeimbangkan diri sehingga cara-cara lama tidak bisa lagi menangani situasi baru.

"Inti dari masalah yang kita hadapi adalah konsentrasi ekonomi yang membuat terlalu banyak negara tergantung pada segelintir negara," tegasnya.

Menteri Luar Negeri Brasil, Mauro Vieira, menyebut BRICS sebagai mekanisme yang tak tergantikan untuk membangun tatanan dunia multipolar yang mencerminkan kepentingan dan kebutuhan negara-negara berkembang.

Wakil Menteri Luar Negeri China, Ma Zhaoxu, berharap BRICS dapat diperluas untuk memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang dan perekonomian pasar yang sedang tumbuh.

Pemerintah China melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mao Ning, menegaskan bahwa BRICS selalu terbuka dan inklusif. China mendukung perluasan BRICS dan menyambut baik keikutsertaan mitra sejalan dalam kelompok ini.

Baca Juga: Indonesia Dilaporkan Segera Gabung BRICS, Pembicaraan akan Dilakukan Bulan Juni

Peta negara anggota BRICS 2023. Belasan negara termasuk Indonesia dan Arab Saudi dilaporkan telah bergerak untuk bergabung dengan BRICS. (Sumber: Wikimedia)

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengungkapkan bahwa "lebih dari selusin" negara, termasuk Arab Saudi, telah menunjukkan minat untuk bergabung dengan kelompok ini.

Lavrov menyebut bahwa perluasan tersebut telah dibahas dengan Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan, yang juga turut hadir di Cape Town.

Wakil Menteri Luar Negeri China, Ma Zhouxu, menyatakan harapannya bahwa kelompok BRICS dapat menerima lebih banyak anggota baru.

"Kami berharap negara-negara lain dapat bergabung dengan keluarga besar kami," ujar Ma.

Namun, kehadiran Lavrov dalam acara tersebut mendapat protes dari sejumlah demonstran yang membawa gambar Lavrov dengan tulisan "pembunuh anak".

BRICS dipandang oleh sebagian pihak sebagai alternatif untuk kelompok G7 negara maju. G7 mengadakan pertemuan tahunannya di kota Hiroshima, Jepang bulan lalu, yang juga dihadiri oleh pemimpin Brasil dan India. Anggota G7 sangat kritis terhadap Rusia dan China.

BRICS saat ini memiliki total populasi lebih dari 3,2 miliar orang, atau sekitar 40% dari total penduduk dunia yang berjumlah sekitar 8 miliar orang.


 

 



Sumber : Deutsche Welle / France24 / BBC


BERITA LAINNYA



Close Ads x