Kompas TV internasional kompas dunia

Tragedi El Paso 2019: Pelaku Penembakan yang Tewaskan 23 Orang Dihukum 90 Kali Penjara Seumur Hidup

Kompas.tv - 8 Juli 2023, 02:07 WIB
tragedi-el-paso-2019-pelaku-penembakan-yang-tewaskan-23-orang-dihukum-90-kali-penjara-seumur-hidup
Perbatasan darat Amerika Serikat (AS) dan Meksiko di El Paso, Texas. AS akan membuka kembali perbatasan daratnya untuk perjalanan non-esensial pada bulan depan. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Hariyanto Kurniawan

TEXAS, KOMPAS.TV - Pelaku penembakan yang menewaskan 23 orang dalam serangan rasialis di Walmart Texas, dihukum dengan 90 kali penjara seumur hidup secara berurutan. Hukuman yang diterima Patrick Crusius (24) itu masih mungkin untuk bertambah lebih berat, termasuk hukuman mati.

Dilansir dari Associated Press, Jumat (7/7/2023), Crusius telah mengakui bahwa dirinya bersalah atas hampir 50 tuduhan kejahatan rasial di tingkat federal dalam penembakan massal tahun 2019 di El Paso. Tragedi El Paso itu lantas menjadi salah satu kasus kejahatan rasial terbesar yang pernah ditangani oleh pemerintah AS.

Demi melakukan aksi penembakan itu, polisi mengatakan, Crusius melakukan perjalanan lebih dari 700 mil dari rumahnya di dekat Dallas untuk menyerang orang-orang Hispanik (warga Amerika Serikat keturunan populasi berbahasa Spanyol) dengan senapan serbu tipe AK di dalam dan di luar toko. 

Beberapa saat sebelum melancarkan serangan, Crusius sempat memposting tulisan rasialis secara online yang memperingatkan tentang "invasi" orang-orang Hispanik di Texas.

Sejak penembakan itu terjadi, politikus Partai Republik sering menggambarkan para migran yang melintasi perbatasan AS-Meksiko sebagai "invasi," mengabaikan kritik bahwa retorika tersebut memperkuat pandangan antiimigran dan kekerasan.

Usai mengaku bersalah pada bulan Februari lalu, jaksa federal mencabut tuntutan hukuman mati kepada Crusius.

Namun, jaksa di Texas mengatakan bahwa mereka akan mengupayakan agat Crusius dihukum mati saat dia diadili di pengadilan negara bagian yang mana tanggal persidangan tersebut belum ditetapkan.

Putusan hakim distrik AS David Guaderrama di El Paso menyusul pernyataan yang disampaikan kerabat korban, salah satunya warga negara Meksiko, mengenai dampak dari penembakan yang dilakukan Crusius.

Selain menyebabkan 23 korban tewas, lebih dari dua puluh orang terluka dan banyak lainnya mengalami trauma parah saat mereka bersembunyi atau berupaya melarikan diri.

Satu per satu, anggota keluarga menggunakan kesempatan pertama mereka sejak penembakan untuk bertatap muka dengan Crusius secara langsung, menggambarkan bagaimana kehidupan mereka telah terguncang oleh duka dan rasa sakit.

Baca Juga: Stephen Curry soal Penembakan Texas: Saya Punya Anak, Tak Bisa Bayangkan Rasa Sakitnya

Salah seorang pria memperlihatkan foto ayahnya yang tewas, dengan menuntut agar pelaku melihatnya.

Sementara itu, Bertha Benavides, menceritakan bagaimana kehilangan suaminya, Arturo, yang telah menemani 34 tahun bersama, membuat dia dan anak-anaknya merasa kesepian. 

"Kau meninggalkan anak-anak tanpa orang tua, kau meninggalkan pasangan tanpa pasangan mereka, dan kami masih membutuhkan mereka," kata Benavides kepada Crusius.

Ada pula pernyataan Amaris Vega, yang bibinya menjadi korban tewas dan ibunya yang berhasil selamat meski mengalami luka di dadanya.

Di pengadilan, Vega mengecam "manuskrip yang menyedihkan dan memalukan" dari Crusius yang berjanji akan mengusir orang-orang Hispanik dari Texas.

"Tapi tebak apa? Kau gagal. Kami masih ada di sini dan kami tidak akan pergi. Dan selama empat tahun ini, kau terjebak di sebuah kota yang penuh dengan orang-orang Hispanik. Jadi biarkan itu meresap," ucapnya.

Selama mendengarkan kesaksian para korban, Crusius terkadang memberikan respons dengan bergerak-gerak di kursinya atau menganggukkan kepalanya dan tampak sedikit memperlihatkan emosinya.

Sebelum penembakan di El Paso itu terjadi, Crusius terlihat terobsesi dengan perdebatan imigrasi di AS, mengirim tweet dengan tagar #BuildtheWall dan membuat postingan yang memuji kebijakan perbatasan yang keras dari mantan Presiden Donald Trump.

Saat tahap hukuman dimulai, beberapa advokat hak imigran membuat seruan baru kepada para politisi untuk melunakkan retorika mereka tentang imigrasi. 

Akan tetapi, para politisi Partai Republik, termasuk gubernur Texas Greg Abbott, telah mendorong tindakan yang lebih agresif untuk memperketat perbatasan selatan AS. 

Baca Juga: Keluarga Korban Penembakan Texas Menunggu Jenazah Tiba

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x