Kompas TV internasional kompas dunia

Prancis Kirim Rudal Jelajah Jarak Jauh SCALP ke Ukraina, Tandai Perubahan Strategi Barat Lawan Rusia

Kompas.tv - 14 Juli 2023, 05:25 WIB
prancis-kirim-rudal-jelajah-jarak-jauh-scalp-ke-ukraina-tandai-perubahan-strategi-barat-lawan-rusia
Penampakan rudal jelajah jarak jauh SCALP. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebabkan kehebohan ketika ia mengumumkan pengiriman rudal jelajah jarak jauh SCALP ke Ukraina Selasa, 11 Juli 2023. (Sumber: Newsweek)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada

PARIS, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebabkan kehebohan ketika mengumumkan pengiriman rudal SCALP jarak jauh ke Ukraina pada Selasa (11/7/2023), saat kedatangannya di pertemuan NATO di Vilnius, kalangan Prancis tandai perubahan strategi Barat melawan Rusia di Ukraina.

Macron mengumumkan rudal SCALP, yang mampu menyerang pasukan Rusia dari jarak jauh, akan dikirimkan ke Ukraina. Negara-negara Barat sebelumnya ragu untuk memenuhi permintaan Ukraina yang sudah lama ini akan senjata-senjata tersebut karena takut memperburuk konflik.

"Ini adalah langkah kuat," kata Guillaume Lasconjarias, seorang profesor di Universitas Paris-Sorbonne, sejarawan militer, dan mantan peneliti NATO.

"Prancis memberikan kemampuan kepada Angkatan Udara Ukraina untuk mendukung serangan balik dengan lebih baik, dan lebih jauh ke dalam."

Rudal jelajah yang diluncurkan dari udara ini dikembangkan bersama oleh Prancis dan Inggris, yang terakhir telah memasok Ukraina dengan versi mereka sendiri dari SCALP, yaitu Storm Shadow, sejak bulan Mei.

Dengan jangkauan lebih dari 250 kilometer, rudal ini akan memungkinkan Kiev untuk mencapai wilayah yang dikuasai Rusia di bagian timur negara tersebut.

Sumber militer Prancis memberitahu AFP bahwa rudal SCALP sudah berada di Ukraina, seperti yang dilaporkan oleh France24, Kamis (13/7).

Dari risiko politik menjadi pengelabuan hingga saat ini, negara-negara anggota NATO, termasuk Prancis, merasa bahwa senjata jarak jauh bisa menjadi risiko politik, menurut pakar militer Swiss Alexandre Vautravers.

"Tipe senjata ini memunculkan pertanyaan dalam arti bahwa Ukraina dapat menggunakannya untuk membombardir infrastruktur penting di wilayah Rusia," kata Vautravers.

"Barat berpikir bahwa jika Ukraina berhasil menargetkan sebuah pangkalan udara, maka mereka juga bisa menargetkan bendungan hidroelektrik, pembangkit listrik tenaga nuklir, atau bahkan Lapangan Merah Moskow," tambahnya.

Baca Juga: Ukraina Diinvasi Rusia, Prancis Genjot Anggaran Pertahanan Jadi 400 Miliar Euro untuk 2024-2030

Seorang tentara melintas di depan rudal jelajah jarak jauh SCALP. (Sumber: Insider)

Namun hari ini, rudal jarak jauh dilihat dengan sudut pandang yang berbeda. Karena rudal SCALP memiliki kemampuan standoff - artinya dapat ditembakkan dari jarak yang aman - mereka tidak akan dilepas langsung dari garis depan.

"Kita tidak boleh menganggap bahwa senjata-senjata ini akan mengenai infrastruktur sipil yang berada 250 kilometer di dalam wilayah Rusia," kata Vautravers.

"Selain itu, sistem pertahanan anti-pesawat Rusia begitu efektif sehingga pesawat Ukraina terpaksa melepaskan senjata mereka dari 100 kilometer di belakang garis depan."

Kapasitas senjata baru ini akan membantu Ukraina melanjutkan serangan balik mereka.




Sumber : France24


BERITA LAINNYA



Close Ads x