Kompas TV internasional kompas dunia

Suhu Bumi Makin Panas! Juli Dilewati dengan Sangat Terik, Ilmuwan Catat Sebagai Rekor Bulan Terpanas

Kompas.tv - 28 Juli 2023, 05:25 WIB
suhu-bumi-makin-panas-juli-dilewati-dengan-sangat-terik-ilmuwan-catat-sebagai-rekor-bulan-terpanas
Foto ilustrasi. Seorang pria mendinginkan diri di sebuah air mancur di Bukares, Rumania, Selasa (25/7/2023). Para ilmuwan memperkirakan bulan Juli 2023 akan memecahkan rekor sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah. (Sumber: The Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Gading Persada

"Kecuali jika zaman es tiba-tiba mucul, pada dasarnya hampir pasti kita akan memecahkan rekor Juli terhangat dan bulan terhangat dalam catatan sejarah," kata Direktur Copernicus Carlo Buontempo seperti dikutip dari The Associated Press.

Para ilmuwan mengatakan, pemecahan rekor panas seperti itu merupakan pertanda bagi perubahan perubahan iklim di masa depan saat planet menghangat.

Perubahan itu melampaui gelombang panas yang berkepanjangan dan mencakup lebih banyak banjir, kebakaran hutan yang lebih lama, dan peristiwa cuaca ekstrem yang membahayakan banyak orang.


Sekjen PBB desak pemimpin dunia

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mendesak para pemimpin dunia, khususnya negara-negara kaya, untuk berbuat lebih banyak demi mengurangi emisi gas yang memerangkap panas.

Terlepas dari negosiasi iklim internasional selama bertahun-tahun dan janji tinggi dari banyak negara dan perusahaan, emisi gas rumah kaca kini terus meningkat.

“Perubahan iklim sudah ada di sini. Itu menakutkan. Dan ini baru permulaan,” kata Guterres kepada wartawan dalam jumpa pers di New York. “Era pemanasan global telah berakhir; era pendidihan global telah tiba,” tambahnya.

Baca Juga: Gelar Indonesia Net-Zero Summit 2023, FPCI Ajak Masyarakat Peduli Iklim Indonesia

Buontempo dan ilmuwan lainnya mengatakan, catatan tersebut berasal dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia ditambah dengan pemanasan alami El Nino di bagian tengah Pasifik yang mengubah cuaca di seluruh dunia.

Tapi Buontempo mengatakan pemanasan laut di Atlantik juga sangat tinggi, meski jauh dari El Nino. Sementara para ilmuwan telah lama memperkirakan dunia akan terus menghangat dan mengalami cuaca ekstrem, dia mengatakan dia terkejut dengan lonjakan suhu lautan dan hilangnya es laut di Antartika yang memecahkan rekor.

"Iklim kadang-kadang tampak menggila," kata Buontempo.

Copernicus menghitung, selama 23 hari pertama bulan Juli, suhu bumi rata-rata 16,95 derajat Celsius (62,5 derajat Fahrenheit). Suhu tersebut hampir sepertiga derajat Celcius (hampir 0,6 derajat Fahrenheit) lebih panas dari rekor sebelumnya untuk bulan terpanas sebelumnya, Juli 2019.




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x