Kompas TV internasional kompas dunia

Israel Tuding Hamas Gunakan Rumah Sakit sebagai Instrumen Perang, tapi Belum Terbukti

Kompas.tv - 14 November 2023, 07:25 WIB
israel-tuding-hamas-gunakan-rumah-sakit-sebagai-instrumen-perang-tapi-belum-terbukti
Foto yang dirilis Dr. Marawan Abu Saada memperlihatkan bayi-bayi Palestina yang lahir secara prematur di Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza, Jalur Gaza, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007, Minggu, 12 November 2023. (Sumber: Dr. Marawan Abu Saada via AP)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Vyara Lestari

KHAN YOUNIS, KOMPAS.TV — Pertempuran antara Israel dan Hamas di sekitar rumah sakit memaksa ribuan warga Palestina mengungsi dari beberapa tempat yang dianggap aman di Gaza utara, Senin (13/11/2023).

Pertempuran ini membuat pasien, bayi baru lahir, dan perawat mereka yang terluka parah telantar karena persediaan alat medis yang menipis dan ketiadaan pasokan listrik.

Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit sebagai perlindungan bagi para pejuangnya. Pada Senin, militer Israel merilis rekaman pasukan Hamas yang pindah ke sebuah rumah sakit anak-anak. Israel juga menunjukkan senjata yang mereka nyatakan ditemukan di dalamnya. Selain itu, menurut Israel, kamar-kamar di ruang bawah tanah di rumah sakit digunakan Hamas untuk menyandera sekitar 240 orang yang mereka culik.

“Hamas menggunakan rumah sakit sebagai instrumen perang,” kata Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara utama angkatan darat Israel, sambil berdiri di ruangan Rumah Sakit Anak Rantisi.

Sementara itu, tembakan dan ledakan terjadi pada Senin di sekitar rumah sakit utama Kota Gaza, Al Shifa, yang telah dikepung oleh pasukan Israel selama berhari-hari. Puluhan ribu orang telah meninggalkan rumah sakit dalam beberapa hari terakhir dan menuju ke Jalur Gaza selatan, termasuk sejumlah besar pengungsi yang berlindung di sana, serta pasien yang bisa pindah.

Baca Juga: 2 Bayi Prematur Tewas di RS Al-Shifa Gaza Karena Listrik Padam, Nyawa 37 Bayi Lainnya Terancam

Bagi warga Palestina, Al Shifa mengingatkan penderitaan warga sipil. Selama berminggu-minggu, staf yang kekurangan persediaan telah melakukan operasi di sana terhadap pasien yang terluka akibat perang, termasuk anak-anak, tanpa anestesi. Setelah eksodus massal pada akhir pekan, sekitar 650 pasien dan 500 staf masih berada di rumah sakit, yang tidak dapat lagi berfungsi, bersama dengan sekitar 2.500 pengungsi Palestina yang berlindung di dalam rumah sakit dengan sedikit makanan atau air.

Setelah listrik untuk inkubator di RS Al Shifa padam beberapa hari yang lalu, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas pada hari Senin merilis sebuah foto yang menunjukkan sekitar selusin bayi prematur yang dibungkus selimut di tempat tidur untuk menjaga mereka pada suhu yang tepat. 

“Jika tidak diselimuti, mereka akan langsung meninggal,” kata Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Medhat Abbas. Ia menambahkan bahwa empat bayi tersebut dilahirkan melalui operasi caesar setelah ibu mereka meninggal.

Namun, militer Israel mengatakan Hamas telah mendirikan pusat komando utamanya di dalam dan di bawah kompleks Al Shifa. Namun demikian, sedikit sekali bukti dari klaim Israel tersebut. Staf rumah sakit Al Shifa pun membantah tuduhan Israel tersebut.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pada Senin bahwa Al Shifa “harus dilindungi”.

“Ini adalah harapan dan harapan saya bahwa akan ada tindakan yang tidak terlalu mengganggu,” kata Biden di Ruang Oval, seperti dikutip dari The Associated Press.


Hukum internasional memberikan perlindungan khusus kepada rumah sakit selama perang. Namun, rumah sakit bisa kehilangan perlindungan tersebut jika kombatan menggunakannya untuk menyembunyikan kombatan atau menyimpan senjata, menurut Komite Palang Merah Internasional.

Kendati begitu, harus ada peringatan yang dilakukan untuk memungkinkan evakuasi staf dan pasien. Selain itu, jika kerugian yang dialami warga sipil akibat serangan tidak sebanding dengan tujuan militer, maka tindakan tersebut ilegal menurut hukum internasional. 

Baca Juga: Presiden Israel Bantah Listrik di RS Al-Shifa Gaza Mati: RS Masih Beroperasi

Dalam editorial yang diterbitkan pada Jumat di surat kabar Inggris The Guardian, Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional Karim Khan mengatakan penyerang harus memberikan pembuktian yang tinggi untuk menunjukkan bahwa rumah sakit telah menyembunyikan kombatan.

Palang Merah pada hari Senin berusaha mengevakuasi sekitar 6.000 pasien, staf dan pengungsi dari rumah sakit lain, Al Quds, setelah rumah sakit tersebut ditutup karena kekurangan bahan bakar. Namun Palang Merah mengatakan konvoinya harus mundur karena penembakan dan pertempuran. 

Di Rumah Sakit Al Shifa, Kementerian Kesehatan mengatakan 32 pasien, termasuk tiga bayi, meninggal sejak generator daruratnya kehabisan bahan bakar pada hari Sabtu. Dikatakan 36 bayi, serta pasien lainnya, berisiko meninggal karena peralatan penyelamat tidak dapat berfungsi.


 



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x