Kompas TV internasional kompas dunia

Rincian Kesepakatan Israel-Hamas soal Gencatan Senjata, Pertukaran Tawanan, dan Bantuan Kemanusiaan

Kompas.tv - 22 November 2023, 18:17 WIB
rincian-kesepakatan-israel-hamas-soal-gencatan-senjata-pertukaran-tawanan-dan-bantuan-kemanusiaan
Warga Palestina memeriksa kehancuran yang disebabkan bombardir Israel ke Jalur Gaza di Deir al Balah, Rabu, 22 November 2023. (Sumber: AP Photo/Hatem Moussa)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

 

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyepakati perjanjian jeda pertempuran, gencatan senjata, pertukaran tawanan dan akses bantuan kemanusiaan selama empat hari. Berikut rincian kesepakatan Israel dan Hamas yang diumumkan pada Rabu (22/11/2023).

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 14.000 orang, hampir sebagian adalah perempuan dan anak-anak.

Kesepakatan ini bisa memberikan sedikit harapan bagi jutaan warga Palestina yang menghadapi gempuran Israel sejak 7 Oktober dan berada di bawah blokade Israel sejak 2007. Begitu juga kepada warga Israel yang keluarganya ditawan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Israel, Hamas, dan Qatar mengumumkan detail rincian perjanjian yang berbeda, tetapi tidak tampak saling bertentangan, seperti dilaporkan Associated Press, Rabu.

Baca Juga: Pemindahan Rakyat Palestina Dianggap Deklarasi Perang, Yordania Perkuat Pasukan di Perbatasan Israel

Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyepakati perjanjian jeda pertempuran, gencatan senjata, pertukaran tawanan dan akses bantuan kemanusiaan selama empat hari pada Rabu (22/11/2023). (Sumber: Anadolu)

Apa Isi Perjanjian Israel-Hamas?

Pada Rabu, Qatar mengumumkan Hamas akan melepaskan 50 orang yang ditahannya. Sebagai imbal balik, Israel akan membebaskan 150 warga Palestina yang ditahannya.

Mereka yang dibebaskan kedua belah pihak adalah perempuan dan anak-anak.

Para tahanan akan dilepaskan secara bertahap selama empat hari gencatan senjata. Begitu kelompok pertama dilepaskan, Israel diharapkan akan membebaskan kelompok pertama tahanan Palestina.

Mereka yang akan dilepaskan Israel termasuk banyak remaja laki-laki yang ditahan saat Israel dan para pemukim Israel melakukan gelombang kekerasan di Tepi Barat pada 2022 atau 2023.

Israel menuduh mereka melakukan pelanggaran seperti melempar batu atau mengganggu ketertiban umum.

Itu menurut daftar tahanan yang memenuhi syarat yang diterbitkan oleh Kementerian Kehakiman Israel, Rabu.

Associated Press melaporkan, saat ini, Israel menahan hampir 7.000 warga Palestina yang dituduh atau dihukum atas kejahatan terhadap keamanan.

Dilansir Al Jazeera, kebanyakan warga Palestina yang ditahan Israel ditahan di bawah hukum militer yang memungkinkan seseorang ditahan tanpa dakwaan dan proses pengadilan.

Sebelum 7 Oktober, sekitar 5.200 warga Palestina sudah ditahan di penjara-penjara Israel.

Sejak saat itu, pasukan Israel menahan sedikitnya 3.000 warga Palestina lainnya di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang berada di bawah pendudukan.

Sedikitnya, 145 orang yang ditahan Israel adalah anak-anak. Israel juga menahan setidaknya 97 perempuan dan sedikitnya 37 wartawan.

Israel mengatakan gencatan senjata akan diperpanjang selama satu hari untuk setiap 10 sandera tambahan yang dilepaskan.

Selain itu, Qatar mengatakan Israel juga akan memperbolehkan lebih banyak bahan bakar dan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, tetapi tidak memberikan rincian.

Hamas mengatakan ratusan truk yang membawa bantuan kemanusiaan dan bahan bakar akan diizinkan masuk ke Gaza setiap hari sebagai bagian dari perjanjian ini.

Pasokan juga akan mencapai utara Gaza, yang menjadi fokus serangan darat Israel, untuk pertama kalinya, kata Hamas.

Namun, pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Israel tidak merujuk pada peningkatan pengiriman bantuan dan bahan bakar.

Saluran TV Israel, Channel 12 melaporkan, sebagai bagian dari perjanjian, Israel akan memperbolehkan jumlah bahan bakar dan bantuan kemanusiaan yang "signifikan" masuk ke Gaza, tetapi tidak merinci seberapa banyak.

Israel sangat membatasi jumlah bantuan, terutama bahan bakar, yang diperbolehkan masuk ke Gaza selama perang. Hal itu menyebabkan terjadinya kekurangan air, makanan, dan bahan bakar untuk mengoperasikan generator.

Pertempuran diperkirakan akan mengalami jeda sementara. Pesawat jet dan pasukan Israel akan menahan tembakan, sementara Hamas diwajibkan untuk tidak menembakkan roket ke Israel.

Hamas mengatakan pesawat tempur Israel akan berhenti terbang di atas selatan Gaza selama gencatan senjata empat hari dan selama enam jam setiap hari di utara Gaza.

Israel tidak menyebutkan mengenai menghentikan penerbangan, dan tidak jelas apakah ini akan mencakup drone intelijen canggih Israel, yang selalu hadir di atas Gaza.

Baca Juga: Netanyahu: Serangan atas Gaza Berlanjut Usai Pelaksanaan Gencatan Senjata dan Pertukaran Tawanan

Warga Palestina melaksanakan salat jenazah bagi korban serangan Israel ke kamp pengungsi Jabaliya, di Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Sabtu, 18 November 2023. (Sumber: AP Photo/Ahmed Alarini)

Apa yang Tidak Masuk dalam Kesepakatan?

Meskipun beberapa keluarga Israel akan senang karena orang-orang terkasih mereka kembali, sebagian besar dari mereka yang ditahan Hamas, akan tetap berada di Gaza, termasuk pria, perempuan, orang tua, dan warga negara asing.

Keluarga yang tidak termasuk dalam kesepakatan saat ini berkemungkinan besar akan terus menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencoba mengamankan pembebasan orang-orang yang mereka cintai dengan kesepakatan di masa depan.

Menurut surat kabar Israel, Haaretz, dalam kesepakatan ini, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) akan mendatangi orang-orang yang masih ditahan Hamas dan memberikan mereka obat-obatan yang mungkin mereka butuhkan. Baik Hamas maupun Israel tidak mengonfirmasi detail tersebut.

Meskipun gencatan senjata akan memberikan kelegaan singkat bagi warga Palestina di Gaza, ratusan ribu yang melarikan diri dari zona pertempuran dan menuju selatan, diperkirakan tidak dapat kembali.

Pasukan Israel diperkirakan akan tetap berada di posisinya di utara Gaza dan tidak akan mundur.

Baca Juga: Israel Perintahkan Pengosongan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dalam 4 Jam atau Hadapi Serbuan Frontal

Keluarga orang-orang Israel yang ditahan Hamas dan puluhan ribu pendukung mereka tiba di Yerusalem, Sabtu (18/11/2023), setelah lima hari perjalanan untuk menuntut penjelasan pemerintahan Benjamin Netanyahu terkait nasib mereka. (Sumber: AP Photo)

Apa Implikasi Kesepakatan Ini?

Perjanjian ini hanya menawarkan jeda pertempuran singkat. Israel yang mengeklaim serangannya bertujuan menghancurkan Hamas dan menyelamatkan orang-orangnya yang ditahan, diperkirakan akan melanjutkan dari titik di mana mereka berhenti setelah empat hari berakhir.

Pada Selasa (21/11/2023), Netanyahu mengatakan gencatan senjata akan memungkinkan tentara mempersiapkan diri untuk pertempuran yang terus berlanjut dan tidak akan mempengaruhi upaya perangnya.

Begitu gencatan senjata berakhir, serangan udara Israel berkemungkinan besar akan dilanjutkan, dan pasukan Israel akan melanjutkan gerakannya ke seluruh utara Gaza sebelum ke selatan pada waktu yang belum diketahui. Warga Gaza harus bersiap untuk kembali digempur Israel.

Kesepakatan ini juga tampaknya memperkuat posisi Hamas. Jeda pertempuran akan memberinya waktu untuk merencanakan, mengubah posisi kombatan, dan mungkin melakukan pengelompokan kembali atau regrouping setelah Israel mengeklaim berhasil membunuh sejumlah besar kombatannya dan menghancurkan banyak aset militer kelompok tersebut.

Sifat bertahap dari kesepakatan ini juga membuka peluang bagi Hamas untuk meningkatkan tuntutannya sewaktu-waktu, dengan asumsi Israel akan memberi lebih banyak konsesi untuk pelepasan lebih banyak orang-orang yang ditahannya.

Yehya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza dan otak dari serangan 7 Oktober, juga bisa mencoba mengubah jeda empat hari dalam pertempuran menjadi gencatan senjata yang lebih lama dengan menawarkan pembebasan lebih banyak orang-orang yang ditahannya.

Gencatan senjata yang lebih lama akan membuat Israel lebih sulit untuk memulai kembali perang, baik secara operasional maupun di mata opini publik global.

Pemerintah Israel akan menghadapi tekanan domestik yang meningkat untuk mengamankan pembebasan lebih banyak orang-orang yang ditahan Hamas.

Keluarga yang tidak termasuk dalam kesepakatan saat ini hanya akan menjadi lebih bertekad untuk melihat orang-orang terkasih mereka dibebaskan setelah melihat kelompok-kelompok pertama meninggalkan Gaza.


 



Sumber : Associated Press, Al Jazeera



BERITA LAINNYA



Close Ads x