NEW YORK, KOMPAS.TV - Sekelompok pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, kehancuran di Jalur Gaza akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu ditaksir menimbulkan kerugian hingga 18,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp299 triliun.
Para pakar PBB itu menilai Israel dan negara-negara sponsornya harus bertanggung jawab dalam pembangunan kembali Gaza.
Para pakar tersebut, mulai dari pelapor khusus PBB untuk perumahan layak hingga pelapor khusus untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, menyebut kerugian sejauh ini mencapai 97 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Gaza dan Tepi Barat.
Mereka menilai skala kehanucuran akibat serangan Israel membuat pendekatan reparatif untuk membangun kembali Gaza penting dilakukan.
Serangan Israel sejauh ini telah membunuh lebih dari 33.000 orang dan membuat 75 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi.
"Pendekatan reparatif seperti itu dimulai dengan Israel selaku otoritas pendudukan yang telah menghancurkan Gaza, juga negara-negara yang memberi bantuan politik, material, dan militer untuk perang dan pendudukan tersebut, mereka semua memikul tanggung jawab hukum dan moral," kata para pakar PBB dalam siaran pers Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Senin (15/4/2024).
Baca Juga: Jika Israel Menyerang Lagi, Iran Janji Balas dalam Hitungan Detik
Dari taksiran kerugian Rp299 triliun tersebut, sebagian besar diakibatkan hancurnya perumahan penduduk Palestina.
Sekitar 84 persen rumah warga di Gaza diperkirakan hancur atau rusak akibat serangan Israel sejauh ini.
Para pakar itu juga menyoroti tindakan Israel menyerang apartemen tinggi dan gedung-gedung fasilitas umum.
Pasukan Israel diketahui kerap mengebom gedung apartemen yang dihuni beberapa keluarga pengungsi sekaligus di Gaza.
"Gedung-gedung yang bukan target militer terlihat dibom hanya demi memberi efek kejut ke penduduk dan meningkatkan tekanan sipil terhadap Hamas," kata para pakar PBB.
Dugaan kebijakan Israel yang memakai kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menentukan target di Gaza pun disorot para pakar PBB.
Menurut mereka, sistem AI itu disinyalir menyebabkan banyaknya korban sipil di Gaza.
"Jika terbukti benar, pengungkapan mengejutkan tentang penggunaan sistem AI seperti 'Gospel', 'Lavender, dan 'Where's Daddy?' oleh militer Israel, ditambah kurangnya verifikasi oleh manusia untuk menghindari atau meminimalisasi korban sipil dan infrastruktur, berkontribusi dalam penjelasan tingginya angka kematian dan kehancuran rumah di Gaza," kata para pakar tersebut.
"Kami khususnya khawatir dengan dugaan penggunaan AI untuk mengincar 'rumah keluarga' terduga operatif Hamas, khususnya pada malam hari saat mereka tidur, dengan munisi takberpemandu yang dikenal sebagai bom 'buta', tanpa memperhatikan warga sipil yang mungkin berada di dalam atau sekitar rumah."
Baca Juga: Indonesia dan Malaysia Ingatkan Dunia, Konflik Israel-Iran Bisa Jadi Pintu Pengalihan Isu Utama Gaza
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.