TEHRAN, KOMPAS TV – Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, berjanji akan menjalin "hubungan seimbang dengan semua negara" sesuai kepentingan nasional dan demi perdamaian. Tapi, ia tegaskan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa Iran "tidak akan tunduk pada tekanan."
Dalam tajuk Pesan Saya untuk Dunia Baru, yang terbit di Tehran Times hari Jumat (12/7/2024), Pezeshkian memuji pemilu presiden yang “menunjukkan stabilitas luar biasa” dan berjanji untuk memenuhi “janji-janji kampanye saya.”
Pezeshkian, ahli bedah jantung 69 tahun dan legislator senior, mengalahkan Saeed Jalili di pemilu putaran kedua pada 5 Juli untuk menggantikan Presiden Ebrahim Raisi, yang meninggal dalam kecelakaan helikopter pada Mei lalu.
Dalam pesannya, Pezeshkian mengatakan pemerintahannya akan “memprioritaskan penguatan hubungan dengan negara tetangga” dan mendesak negara-negara Arab untuk menggunakan “semua cara diplomatik” untuk mendorong gencatan senjata permanen dalam perang Israel-Hamas yang dimulai pada 7 Oktober di Jalur Gaza.
Iran telah lama mendukung kelompok militan Hamas, dan Pezeshkian pada Rabu menyatakan dukungan penuh terhadap “perlawanan Palestina” dalam pesan kepada kepala Hamas, Ismail Haniyeh.
Dalam suratnya pada Jumat, Pezeshkian memuji hubungan negaranya dengan Rusia dan China yang “selalu mendukung kami selama masa sulit.”
Ia menyebut Moskow sebagai “sekutu strategis yang berharga” dan pemerintahannya akan memperluas kerjasama bilateral. Ia juga menyatakan kesediaan untuk “mendukung inisiatif” yang bertujuan mencapai perdamaian antara Rusia dan Ukraina dalam perang yang sudah memasuki tahun ketiga.
Baca Juga: Profil Masoud Pezeshkian, Mantan Menteri Kesehatan yang Kini Terpilih sebagai Presiden Iran
Presiden juga mengatakan bahwa ia berharap untuk melanjutkan kerjasama dengan Beijing dan memuji China karena telah menengahi kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Iran dan Arab Saudi setelah tujuh tahun ketegangan diplomatik.
Pezeshkian menyatakan keinginannya untuk berdialog dengan negara-negara Eropa “berdasarkan prinsip saling menghormati” meskipun hubungan tersebut mengalami “pasang surut.”
Pada Mei 2018, AS menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) – perjanjian nuklir yang juga melibatkan Rusia, China, Inggris, Prancis, dan Jerman.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.