LONDON, KOMPAS.TV - Eks Menteri Imigrasi Inggris Raya Robert Jenrick menuai kecaman usai meminta orang yang bertakbir di jalanan ditangkap polisi.
Ucapan tersebut disampaikan Jenrick terkait kerusuhan di Inggris yang berlangsung sejak pekan lalu.
Menurut dia, orang yang meneriakkan "Allahu Akbar" dalam demonstrasi bisa segera ditangkap. Pasalnya, politikus Partai Konservatif itu menilainya sebagai hasutan.
Dalam wawancara bersama televisi Sky News, Rabu (7/8/2024), Jenrick ditanya presenter mengenai klaim kelompok sayap kanan bahwa mereka ditangani dengan lebih keras oleh polisi dibanding kelompok lain.
Kelompok sayap kanan di Inggris menuduh polisi bereaksi lebih keras terhadap mereka dibanding demonstrasi pro-Palestina. Namun, pemerintah Inggris Raya telah berulang kali membantah tuduhan beda sikap tersebut.
Baca Juga: Cuitannya Dinilai Picu Kerusuhan, Pemerintah Inggris Desak Elon Musk Lebih Bertanggung Jawab
"Saya sangat kritis terhadap polisi sejak dulu, khususnya terkait sikap sebagian aparat kepolisian terhadap protes yang kita saksikan sejak 7 Oktober (dimulainya perang Israel di Gaza)," kata Jenrick kepada Sky News via The Guardian.
"Saya rasa amatlah keliru seseorang bisa berteriak "Allahu Akbar" di jalanan London dan tidak segera ditangkap, menyerukan nyanyian genosidal ke Big Ben dan tidak segera ditangkap. Sikap tersebut keliru dan saya selalu mengkritik polisi soal itu."
Pernyataan Jenrick itu segera dikritik oleh berbagai pihak. Kolega Jenrick di parlemen, Naz Shah, menyebut politikus Konservatif itu menyamakan setiap muslim dengan ekstremis.
"Bayangkan, di tengah kondisi saat ini, entah karena kurang pengetahuan atau sengaja mencoba menstigmatisasi semua muslim. Dia harus meminta maaf kepada masyarakat muslim dan belajar lebih banyak tentang agama kami," kata Shah.
Dewan Muslim Britania juga menyayangkan pernyataan Jenrick. Lembaga tersebut menyoroti status Jenrick sebagai salah satu kandidat pemimpin Partai Konservatif yang seharusnya tidak memanaskan suasana di tengah kerusuhan Inggris.
"Dia harus meminta maaf, menarik sepenuhnya komentar itu dan berbicara dengan warga muslim untuk memahami mengapa pernyataannya sangat menghina. Alih-alih memanaskan suasana, dia seharusnya fokus untuk menjaga masyarakat tetap bersatu," demikian pernyataan Dewan Muslim Britania.
Jenrick kemudian membela diri usai pernyataannya ramai dikecam. Melalui media sosial X, dia mengunggah video yang menunjukkan sejumlah pria bermasker meneriakkan "Allahu Akbar" dalam sebuah aksi protes.
Jenrick menyatakan frasa "Allahu Akbar" kerap diucapkan dalam konteks damai, tetapi bisa digunakan sebagai seruan ofensif yang melanggar hukum.
"Ekstremis kerap menyalahgunakan ekspresi biasa untuk tujuan memalukan mereka. Segala kekerasan harus diakhiri. Segala kekerasan harus dikecam," katanya.
Baca Juga: Wakil Dubes Inggris Tegaskan Kerusuhan Anti-imigran Tidak Mencerminkan Negaranya: Kami Toleran
Inggris Raya diterpa gelombang kerusuhan usai penikaman anak-anak di sebuah kelas tari di Southport, 29 Juli lalu.
Kelompok sayap kanan menebarkan hasutan anti-imigran dan anti-muslim sehingga memantik kerusuhan di berbagai kota.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.