DOHA, KOMPAS.TV - Delegasi Israel yang tiba di Doha, Qatar, Rabu (28/8/2024) untuk melakukan negosiasi gencatan senjata Gaza, dilaporkan telah pulang ke Israel pada Jumat (30/8), tanpa mencapai kesepakatan.
Media Israel mengeklaim, pembicaraan tersebut tidak menghasilkan terobosan apa pun terkait garis merah yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Menurut harian Haaretz, tim negosiator Israel yang terdiri dari perwakilan badan intelijen Mossad, agen keamanan Shin Bet, dan militer, kembali ke Israel setelah serangkaian perundingan di Qatar.
Harian tersebut juga melaporkan, "Hingga saat ini belum ada terobosan dalam pembicaraan terkait garis merah yang ditetapkan oleh Perdana Menteri Netanyahu, termasuk soal pemeriksaan di rute Netzarim, kehadiran tentara Israel di rute Philadelphi, dan penjagaan di perbatasan Rafah.
Selama berbulan-bulan, Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir telah berupaya keras untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas guna memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata, serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, upaya mediasi ini terhenti karena penolakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas agar perang dihentikan.
Baca Juga: Kubu Oposisi Israel Mulai Bersatu demi Menggulingkan Pemerintahan Netanyahu
Kantor Penyiaran Publik Israel melaporkan, Kabinet Keamanan Israel telah menyetujui kelanjutan kehadiran militer di Koridor Philadelphi yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza dan Mesir.
Delapan anggota kabinet keamanan menyetujui keputusan ini, sementara Menteri Pertahanan Yoav Gallant menolak, dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir memilih untuk abstain.
Menanggapi hal ini, Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang mengkritik Netanyahu, dengan menyatakan bahwa ia "tidak pernah melewatkan kesempatan untuk memastikan tidak ada kesepakatan yang tercapai."
Dalam sebuah pernyataan, keluarga tersebut menyatakan, "Setiap hari, Netanyahu terus bertindak membahayakan kepulangan seluruh sandera."
Koridor Philadelphi, sebuah zona penyangga sepanjang 14 kilometer yang demiliterisasi di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dan Mesir, tetap menjadi isu krusial dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.
Sementara itu, Israel melanjutkan serangan brutalnya terhadap Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Baca Juga: Israel Umumkan Pengusiran Warga Palestina dari Tepi Barat Bagian Utara, Mirip dengan Langkah di Gaza
Serangan ini telah menyebabkan lebih dari 40.600 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta lebih dari 93.800 cedera, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlangsung di Gaza menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, meninggalkan sebagian besar wilayah tersebut dalam kehancuran.
Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah, selatan Gaza, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum wilayah tersebut diserbu pada 6 Mei.
Sumber : Anadolu / Haaretz
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.