Kompas TV kolom opini

Antara Roma dan Manama (I)

Kompas.tv - 6 November 2022, 16:05 WIB
antara-roma-dan-manama-i
Paus Fransiskus (kiri) berbicara selama pertemuan dengan anggota Dewan Tetua Muslim, bersama Imam Besar masjid al-Azhar Sheikh Ahmed Al-Tayeb, di halaman masjid Istana Kerajaan Sakhir di kota Sakhir Bahrain pada 4 November 2022.. (Sumber: MARCO BERTORELLO via Kompas.com)

Penulis: Trias Kuncahyono

Mempertegas Ikatan Persaudaraan

Kunjungan Paus Fransiskus ke Bahrain, 3 - 6 November ini, mengingatkan kunjungan pemimpin umat Katolik sedunia itu ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) , 3 - 5 Februari 2019.

Menlu AS Mike Pompeo, seperti ditulis oleh thenationalnres.com (3 Februari 2019), waktu itu menggambarkan kunjungan Paus sebagai "sebuah momen bersejarah bagi kebebasan beragama."

Menjelang  keberangkatannya ke UEA, Paus mengatakan, "Saya akan pergi ke Uni Emirat Arab. Saya akan mengunjungi negeri itu sebagai saudara, untuk menulis lembaran dialog bersama, dan menapaki jalan perdamaian bersama. Doakan, ya."

Ketika itu, orang lalu ingat, peristiwa 800 tahun silam sebelumnya. Di tengah kecamuknya Perang Salib V, 1219, Fransiskus Asisi, seorang imam (yang dikemudian hari oleh Gereja dinyatakan sebagai orang kudus dan namanya digunakan oleh Paus sekarang ini), nekat menembus medan perang menemui Sultan Mesir, Malek al Kamel.

Pertemuan ini menjadi momen saling menghormati antar-umat manusia yang tidak hanya berbeda suku-bangsa, tetapi juga berbeda agama yang banyak kali menjadi sumber pertikaian dan perang. Tetapi sebagai manusia, sama di mata Allah.

Baca Juga: Reaksi Pemimpin Dunia Atas Tragedi Halloween di Korsel, Paus Fransiskus Doakan Korban

Persaudaraan manusia

Kunjungan tiga hari ke UEA itu dicatat sebagai kunjungan bersejarah. Disebut bersejarah, karena inilah kunjungan pertama pemimpin Gereja Katolik Roma ke Semenanjung Arab.

Dan, buah kunjungan itu adalah ditandatangani Dokumen Persaudaraan Umat Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama (The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together) oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Univesitas Al-Azhar Al Sharif, Mesir yang juga Ketua Dewan Para Pinatua Muslim (Chairman of the Muslim Council of Elders) Dr Ahmed Al Tayeb.

Dokumen itu, antara lain menyerukan umat manusia di seluruh dunia untuk bersatu untuk menciptakan harmoni antar-iman dan menyebarkan pesan damai.

Dokumen Abu Dhabi ini menjadi peta jalan yang sungguh berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat beragama, dan berisi beberapa pedoman yang harus disebarluaskan ke seluruh dunia (Dokpen KWI).

Dalam Dokumen Abu Dhabi  antara lain juga dinyatakan bahwa Kebebasan adalah hak setiap orang: setiap individu menikmati kebebasan berkeyakinan, berpikir, berekspresi, dan bertindak.

Pluralisme dan keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras, dan bahasa dikehendaki Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Ia menciptakan umat manusia.

Kebijaksanaan Ilahi ini adalah sumber dari mana hak atas kebebasan berkeyakinan dan kebebasan untuk menjadi berbeda ber-asal.

Baca Juga: Paus Fransiskus Turut Ucapkan Dukacita Atas Tragedi Sepak Bola Indonesia di Kanjuruhan

Oleh karena itu, fakta bahwa orang dipaksa untuk mengikuti agama atau budaya tertentu harus ditolak, demikian juga juga pemaksaan cara hidup budaya yang tidak diterima orang lain.

Dialog, pemahaman dan promosi luas terhadap budaya toleransi, penerimaan sesama dan hidup bersama secara damai akan sangat membantu untuk mengurangi pelbagai masalah ekonomi, sosial, politik dan lingkungan yang sangat membebani sebagian besar umat manusia.

Tentang dialog antar-umat beragama diartikan sebagai berkumpul bersama dalam ruang luas nilai-nilai rohani, manusiawi, dan sosial bersama dan, dari sini, meneruskan keutamaan-keutamaan moral tertinggi yang dituju oleh agama-agama.

Hal ini juga berarti menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak produktif.

Dokumen yang ditandatangi Paus Fransiskus dan Imam Besar Ahmed Al Tayeb menyebut pula soal perlindungan tempat ibadah.

Baca Juga: Setelah Jokowi, Paus Fransiskus Ingin Kunjungi Rusia dan Ukraina demi Perdamaian

Dikatakan, perlindungan tempat ibadah--sinagoga, gereja dan masjid--adalah kewajiban yang dijamin oleh agama, nilai-nilai  kemanusiaan, hukum dan perjanjian internasional.

Setiap upaya untuk menyerang tempat-tempat ibadah atau mengancam mereka dengan serangan kekerasan, pengeboman atau perusakan, merupakan penyimpangan dari ajaran agama-agama serta pelanggaran jelas terhadap hukum internasional.

Banyak hal penting lain lagi bagi persaudaraan umat beriman yang dikandung dalam dokumen itu. Maka adalah sangat penting dan bermanfaat dokumen tersebut disebarluaskan sampai ke akar rumput, pada semua umat beriman demi terciptanya persaudaraan sejati.

Apa yang sudah dicapai, disepakati di Abu Dhabi, dipertegas di Manama dalam "Bahrain Forum for Dialogue: East and West for Human Coexistence", oleh para pemimpin agama, para pemimpin politik, para tokoh yang benar-benar menghayati dan menjalankan apa artinya hidup beragama dan bersaudara sebagai umat beriman, demi terwujudnya perdamaian dunia (Bersambung)




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x