Kompas TV kolom opini

Persimpangan Jalan Perang Israel-Hamas

Kompas.tv - 11 Oktober 2023, 16:01 WIB
persimpangan-jalan-perang-israel-hamas
Sebuah gedung di Gaza yang meledak akibat serangan presisi Israel hari Sabtu, (7/10/2023). Militer Israel mengirimkan empat divisi pasukan serta tank ke perbatasan Gaza, bergabung dengan 31 batalyon yang sudah berada di daerah tersebut. (Sumber: AP Photo)

Oleh: JULIUS SUMANT, Senior Journalist di KompasTV

Sebuah video menunjukkan serangan terkoordinasi kelompok Hamas di wilayah Israel yang dimulai sejak Sabtu (7/10).

Serangan pertama digelar dengan menjatuhkkan bom dari drone udara untuk melumpuhkan menara pengawas Israel di sepanjang perbatasan Gaza-Israel.

Hamas kemudian menembakkan ratusan hingga ribuan roket ke wilayah permukiman Israel.

Selain mengecoh dan mengacaukan sistem pertahanan udara Israel, serangan roket membuka jalan bagi milisi untuk masukwilayah Israel lewat jalur darat, laut dan udara. 

Cara infiltrasinya pun spektakuler, belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebelumnya, mereka selalu mengandalkan serangan roket, serangan bunuh diri atau metode minor lainnya.

Pada serangan kali ini sejumlah milisi terbang melintasi tembok perbatasan menggunakan paramotor.

Sebagian besar lainnya membobol pagar dengan membom maupun melubanginya dengan buldozer.

Video lain menunjukkan milisi Hamas menginfiltrasi lewat laut dengan  menumpang boat namun  berhasil dilumpuhkan Angkatan Laut Israel. 

Serangan Pendadakan

Serangan dadakan Hamas berhasil menguasai sejumlah pos perbatasan dan menawan sejumlah tentara Israel yang jumlahnya masih simpang siur.

Milisi yang merangsek ke dalam wilayah permukiman  membuat kekacauan dan kemudian berlanjut baku tembak dengan aparat Israel sediktinya di 25 titik.

Dalam dua hari sejak Hamas melancarkan serangan, dilaporkan lebih dari 700 warga dan tentara Israel tewas.

Sementara korban serangan balasan Israel di Jalur Gaza juga meroket di atas 400 jiwa.

Pada hari keempat, jumlah korban tewas dari kedua belah pihak sudah hampir mencapai 2.000 jiwa.

Tak hanya sistematis, operasi Banjir  Al Aqsa yang dilakukan Hamas seperti mengulang situasi ketika Israel diserang dan dikeroyok oleh negara-negara Arab dalam Perang Yom Kippur tahun 1973.

Perang Arab-Israel tepat 50 tahun lalu itu dijadikan momentum oleh Hamas untuk menyerang Israel dengan elemen kejut yang sama: terjadi pada saat perayaan hari besar Yahudi sehingga tingkat kesiapsiagaan Israel ada di titik terendah.

Elemen kejut membuat milisi Hamas berhasil menghancurkan banyak pos dan sistem senjata Israel di perbatasan.

Tak hanya menjebol tembok, milisi juga berhasil menghancurkan dan menyita kendaraan tempur Israel seperti tank Merkava.

Sementara banyak personel tentara Israel ditembak mati, di antaranya sejumlah perwira kunci di wilayah perbatasan.

Sebagian lainnya ditawan, salah satunya perwira tinggi IDF Brigjen Nimrod Aloni. 

Serangan HAMAS menunjukkan peningkatan skala dan kualitas tempur dibanding era sebelumnya.

Secara taktis tampak meniru metode perang di Ukraina walaupun terbatas. Serangan tampak masif dan terstruktur, tampak disiapkan dengan cukup matang, meski tentu saja bukan tandingan bagi tentara Israel yang jauh lebih superior.

Namun, bagi Israel serangan HAMAS tak pelak merupakan kegagalan intelijen dan sistem pertahanan Israel untuk mendeteksi potensi ancaman.

Intelijen Israel yang dikenal jago dalam menginfiltrasi jaringan musuh dan didukung sistem mata-mata canggih Pegasus nyatanya kebobolan oleh serangan Hamas kali ini. 

Misi Hamas

Momentum 50 tahun Perang Yom Kippur sengaja digunakan Hamas untuk menghidupkan kembali poros perlawanan terhadap Israel.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x