Kompas TV lifestyle kesehatan

Tren Diet Water Fasting, Ini Penjelasan dan Dampak Buruknya bagi Kesehatan

Kompas.tv - 6 Februari 2024, 12:00 WIB
tren-diet-water-fasting-ini-penjelasan-dan-dampak-buruknya-bagi-kesehatan
Ilustrasi. Water fasting dilakukan dengan membatasi segala jenis makanan, kecuali air, yang masuk ke dalam tubuh. Water fasting bisa berdampak buruk bagi kesehatan. (Sumber: Brendan Church on Unsplash)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Water fasting atau diet air adalah metode puasa air yang disebut-sebut memiliki beberapa manfaat kesehatan. Tren kesehatan yang tengah populer ini juga disebut-sebut dapat menurunkan berat badan. 

Water fasting dilakukan dengan membatasi segala jenis makanan, kecuali air, yang masuk ke dalam tubuh.

Dikutip dari Healthline, water fasting atau puasa air biasanya berlangsung 24 hingga 72 jam dan diikuti dengan fase pascapuasa.

Setelah puasa air, Anda harus menahan keinginan untuk makan besar. Sebab, makan besar setelah puasa air dapat membuat perut jadi tak nyaman alias begah. 

Baca Juga: Apa yang Harus Diperhatikan Sebelum Melakukan Diet Air Putih?

Hal ini karena Anda mungkin berisiko mengalami sindrom refeeding, kondisi yang berpotensi fatal di mana tubuh mengalami perubahan kadar cairan dan elektrolit yang cepat.

Fase ini biasanya berlangsung sehari, tetapi orang yang berpuasa selama 3 hari atau lebih, mungkin membutuhkan hingga 3 hari sebelum mereka merasa nyaman makan makanan yang lebih besar.

Sebaliknya, berbuka puasa dengan smoothie atau makanan kecil. Anda dapat mulai memperkenalkan makanan yang lebih berat sepanjang hari saat Anda sudah merasa lebih nyaman.

Dampak Buruk Water Fasting

Dikutip dari laman Medical News Today, saat menjalani water fasting, tubuh tidak akan mendapatkan asupan kalori. Hal ini dinilai cukup berisiko, terutama bagi orang yang mengidap hipertensi dan diabetes.

Berikut dampak buruk water fasting yang mungkin akan muncul.

1. Dehidrasi

Meski terdengar aneh, water fasting dapat membuat Anda dehidrasi. Hal ini terjadi karena 20 hingga 30 persen asupan air harian Anda berasal dari makanan yang Anda makan.

Jika Anda minum air dalam jumlah yang sama tetapi tidak menyantap makanan, Anda mungkin tidak mendapatkan cukup air.

Gejala dehidrasi meliputi pusing, mual, sakit kepala, sembelit, tekanan darah rendah, dan produktivitas rendah. 

2. Hipotensi ortostatik

Hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah yang terjadi saat Anda tiba-tiba berdiri. Kondisi ini dapat membuat Anda pusing, dan berisiko pingsan.

Jika Anda mengalami hipotensi ortostatik saat berpuasa, Anda mungkin perlu menghindari mengemudi atau mengoperasikan alat berat. Pusing dan risiko pingsan dapat menyebabkan kecelakaan.

Jika Anda mengalami gejala ini selama puasa air, jenis puasa ini mungkin bukan pilihan yang baik untuk Anda.

3. Memperburuk beberapa kondisi medis

Meski puasa air relatif singkat, ada beberapa kondisi yang bisa diperparah dengan puasa air. Orang dengan kondisi medis asam urat dan diabetes tidak boleh berpuasa air tanpa meminta saran dari profesional perawatan kesehatan.

Water fasting dapat meningkatkan produksi asam urat, faktor risiko serangan asam urat.

Baca Juga: Yadi Sembako Makin Tampan, Kurus Karena Turun 10 Kg Berkat Diet Air Putih

4. Menurunkan kinerja otak

Water fasting juga dapat membuat kinerja otak menurun. Pasalnya, tubuh tidak menerima cukup nutrisi seperti vitamin dan protein.

Selain itu, muncul beberapa gejala masalah kesehatan, seperti mudah terkena migrain, sulit berkonsentrasi, kebingungan, mudah emosi, bahkan berhalusinasi.


 




Sumber : Healthline, Medical News Today


BERITA LAINNYA



Close Ads x