Kompas TV lifestyle kesehatan

Kenali Penyakit Lupus, Penyebab Gejala dan Komplikasi yang Ditimbulkan

Kompas.tv - 8 Mei 2024, 23:00 WIB
kenali-penyakit-lupus-penyebab-gejala-dan-komplikasi-yang-ditimbulkan
Ciri wajah orang yang terkena lupus. Ada bercak merah seperti kupu-kuu di wajah (Sumber: Shutterstock / Kompas.com)
Penulis : Ade Indra Kusuma | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Hari Lupus sedunia diketahui jatuh setiap tanggal 10 Mei. Yuk kita kenali lagi, apa itu penyakit Lupus.

Lupus merupakan penyakit autoimun yang dapat menyebabkan pembengkakan (radang) dan nyeri di seluruh bagian tubuh. Selain itu, penyakit ini juga bisa menyebabkan ruam pada kulit.

Autoimun merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh atau imun seseorang menyerang jaringan dan organ tubuhnya sendiri. Seharusnya, fungsi imun adalah menyerang bakteri atau virus yang menjangkiti tubuh.

Baca Juga: Polisi Bakal Panggil Richard Lee Terkait Dugaan Rekayasa Kasus Pencurian di Klinik Miliknya

Gejala penyakit lupus

Dikutip dari MayoClinic, berikut gejala yang dapat dialami oleh penderita lupus:

  • Kelelahan.
  • Demam.
  • Nyeri sendi dan otot.
  • Ruam pada kulit yang berbentuk seperti kupus-kupu terutama di sekitar wajah.
  • Anemia.
  • Lesi kulit yang muncul atau memburuk karena terpapar sinar matahari.
  • Rambut rontok.
  • Jari tangan dan kaki yang memutih atau membiru saat terkena dingin atau saat stres.
  • Sesak napas.
  • Nyeri dada.
  • Masalah pada ginjal.
  • Mata kering.
  • Sakit kepala.
  • Kebingungan, kehilangan memori, hingga depresi.

Penyebab penyakit lupus

Penyebab utama dari lupus karena faktor genetik atau keturunan. Namun, terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan seseorang lebih berisiko terkena lupus, antara lain:

  • Sinar matahari. Paparan sinar matahari dapat menyebabkan respons kulit memicu imun lebih tinggi.
  • Infeksi. Memiliki infeksi penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri atau virus dapat memicu seseorang terkena lupus.
  • Obat-obatan. Lupus juga dapat dipicu oleh beberapa jenis obat seperti obat anti kejang dan obat antibiotik.
  • Hormon. Lupus yang terjadi pada wanita seringkali dikarenakan hormon estrogen.

Komplikasi penyakit lupus

Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat memicu komplikasi penyakit lain, seperti:

  • Ginjal. Lupus dapat memicu kerusakan ginjal yang cukup serius, salah satu penyakit ginjal yang biasanya terjadi adalah gagal ginjal.
  • Otak dan sistem saraf pusat Lupus yang terjadi pada otak, memungkinakan mengalami sakit kepala, pusing, perubahan perilaku, masalah penglihatan, dan bahkan stroke atau kejang.
  • Masalah Ingatan. Beberapa kasus mengungkapkan, penderita lupus akan mengalami masalah ingatan dan kesulitan untuk mengungkapkan isi pikiran mereka.
  • Darah dan pembuluh darah. Lupus juga dapat menyebabkan masalah pada darah seperti berkurangnya jumlah sel darah merah (anemia) dan meingkatkan risiko pendarahan atau pembekuan darah. Ini juga menyebabkan peradangan pada pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar. 
  • Paru-paru. Penderita lupus dapat mengalami peradangan pada lapisan rongga dada yang dapat membuat pernapasan terasa sesak. Penyakit seperti pneumonia dan pendarahan pada paru-paru akan terjadi karena lupus.
  • Jantung. Risiko terkena penyakit kardiovaskular dan serangan jantung dapat meningkat karena lupus. Selain itu, lupus dapat menyebabkan peradangan pada otot jaringan, arteri, atau selaput jantung.
  • Tulang. Penderita lupus kemungkinan akan mengalami kematian jaringan tulang yang dikarenakan suplai darah ke tulang menurun. Sehingga seringkali terjadi patah tulang kecil yang akhirnya menyebabkan keruntuhan tulang.
  • Penyakit karena infeksi. Orang dengan lupus lebih rentan terhadap infeksi karena penyakit dan pengobatannya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. B
  • Kanker. Menderita lupus dapat meningkatkan risiko kanker, namun hanya berisiko rendah. - Kehamilan Wanita dengan lupus dapat memiliki peningkatan risiko keguguran atau kelahiran prematur. Hal itu terjadi karena lupus meningkatkan risiko teknanan darah tinggi selama kehamilan.



Sumber : Mayo Clinic, WebMD, Healthline


BERITA LAINNYA



Close Ads x