Kompas TV nasional politik

Kaleidoskop 2021: Gerakan Politik Tetap Ada dan Tidak Terpengaruh oleh Pandemi Covid-19

Kompas.tv - 31 Desember 2021, 14:56 WIB
kaleidoskop-2021-gerakan-politik-tetap-ada-dan-tidak-terpengaruh-oleh-pandemi-covid-19
 Sahabat Ganjar deklarasikan dukungan terhadap Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. (Sumber: Kompastv/Ant)
Penulis : Nurul Fitriana | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Meski pandemi menghantam Indonesia, ternyata intrik dunia politik tidak lantas berhenti. Sejumlah peristiwa politik telah terjadi selama tahun 2021.

Pakar Komunikasi Politik Lely Arianie melihat, kegiatan politik seolah disembunyikan selama pandemi. Seluruhnya tampak tercurah pada penanganan Covid-19.

Namun faktanya, politik adalah salah satu hal yang tidak terpengaruh oleh pandemi.

"Selama pandemi, itu seolah-olah politik itu disembunyikan tapi realitasnya politik itu tidak terpengaruh oleh pandemi," kata Lely dalam program dialog Sapa Indonesia Pagi Spesial Tahun Baru KOMPAS TV, Jumat (31/12/2021).

Kegiatan politik, kata dia, cenderung dilakukan dan bergerak secara diam. Bahkan meskipun diam, pesan politik masih bisa tersampaikan.

"Politik itu bisa bergerak dalam diam, makanya dalam komunikasi politik, diam pun punya pesan politik. Jadi jika di depan dan di belakang panggung ada yang bilang enggak mikirin, itu masih mikirin meski pandemi," jelas Lely.

Sinyal Politik Saat Pandemi

Lely juga menegaskan bahwa selama pandemi, justru ada banyak sinyal politik, salah satunya dengan simbol berupa pemberian bantuan.

Baca Juga: Kaleidoskop Kebijakan Publik 2021: Aturan Covid-19 Sering Berubah hingga Masyarakat Merasa Geregetan

Menurut dia, pesan-pesan politik biasanya disematkan dalam setiap momen, termasuk saat memberi bantuan. Hal itu bisa dilakukan melalui spanduk, keranjang, tas-tas, hingga kantong kresek.

"Dari simbol-simbol yang digunakan, memang berkaitan dengan pandemi. Misalnya spanduk tapi pesannya 'pakai masker untuk Indonesia' jadi tujuan politiknya sudah nampak," ungkapnya.

Bahkan, kata Lely, sinyal politik tetap digencarkan meskipun tidak dilakukan dengan turun secara langsung.

Pada praktiknya, partai politik biasanya melibatkan kelompok kepentingan sebagai media komunikasi politik untuk menyasar simpatisan.

Adapun tujuannya, sambungnya, untuk direkrut sebagai bagian dari pemilih loyal.

Deklarasi untuk 2024

Sementara itu, Lely menyoroti ada banyak relawan yang telah mendeklarasikan sejumlah calon untuk diusung dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Menurutnya, itu adalah satu bukti bahwa gerakan politik masih tetap ada meskipun pandemi.

"Coba sekarang sudah ada berapa, banyak relawan yang sudah berani mendeklarasikan, belum 2022, di pengujung tahun, dan masih dalam kondisi pandemi," ujarnya.

Selain itu, Lely juga menegaskan, politik itu by design bukan by accident. Sehingga pandemi Covid-19 tidak menjadi halangan bagi partai politik untuk beraksi.

Ia meyakini bahwa politik akan gencar dilakukan politisi ketika melewati tahun pertama jabatan. Sebab, menurutnya, tahun kedua dan seterusnya akan digunakan untuk ancang-ancang.

"Jadi kerja politik itu sejak orang terpilih satu tahun pertama dia bekerja, tahun kedua dan seterusnya ancang-ancang sudah dilakukan. Karena politik itu by design bukan by accident," tegasnya.

"Rekayasa dan propaganda politik itu harus digerakkan meskipun dalam suasana diam," imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia menerangkan wajar kemudian jika di pengujung 2021 ada banyak relawan yang sudah mendeklarasikan calon presiden.

Padahal pandemi Covid-19 urung hilang, secara waktu belum masuk 2022, dan masih jauh menuju 2024.

"Jadi kita mungkin bisa dibohongi tapi sebenarnya realitas yang nampak itu terlihat gerakan politik (saat pandemi) itu ada."

Baca Juga: Kaleidoskop 2021: Skandal Idol K-Pop Paling Heboh Sepanjang Tahun Ini



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x