Kompas TV nasional humaniora

Hari Air Dunia ke-32, KLHK Soroti Curah Hujan di Indonesia Tinggi tapi Kerap Langka Air

Kompas.tv - 29 April 2024, 17:41 WIB
hari-air-dunia-ke-32-klhk-soroti-curah-hujan-di-indonesia-tinggi-tapi-kerap-langka-air
Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan DAS KLHK M. Saparis Soedarjanto (kedua kanan) dalam diskusi Hari Air Dunia di Kantor Kementerian PUPR Jakarta, Senin (29/4/2024) (Sumber: Tangkapan layar Youtube PUPR_SDA)
Penulis : Dian Nita | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia merupakan salah satu negara dengan curah hujan yang cukup tinggi tetapi masih menghadapi isu kelangkaan air.  

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M. Saparis Soedarjanto saat diskusi dalam rangka Hari Air Dunia ke-32 di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jakarta, Senin (29/4/2024).

Saparis menjelaskan konfigurasi lanskap menjadi isu karena terdapat perbedaan antara negara kepulauan seperti Indonesia dengan negara-negara kontinen dalam satu benua.

Menurutnya, Indonesia dengan perbukitan dan pegunungan menyebabkan air akan berakhir di laut, berbeda dengan negara-negara kontinen dalam satu benua yang memungkinkan penampungan.

Baca Juga: Meresahkan Warga, Pengemis Paksa Minta Sedekah Dijemput Satpol PP dan Dinsos Kota Bogor

Oleh karena itu, pembahasan mengenai karakteristik dan strategi menjaga ketahanan air di negara-negara kepulauan menjadi salah satu fokus di World Water Forum ke-10 di Bali.

"Makanya kalau tidak salah di concept note untuk World Water Forum yang akan datang bicara mengenai small islands. Jadi ini harus kita angkat, harus kita tegaskan. Mengapa? Karena tata kelola air di small islands menjadi lebih rumit sebetulnya dan lebih berisiko juga terkait dengan ketahanan air," ujar Saparis, dikutip dari Antara.

Menurutnya, pengelolaan air juga harus mempertimbangkan lanskap, di mana pengelolaan hutan atau upaya secara alami menjadi salah satu unsur penting dalam meningkatkan retensi atau kemampuan penyimpanan air terutama di hulu.

Baca Juga: Gerakan Sukarelawan Memulihkan Harkat Martabat ODGJ di Cirebon

Selain itu, lanjut Saparis, retensi air juga dilakukan dengan upaya buatan manusia seperti pembangunan waduk dan bendungan.

"Perpaduannya menjadi penting, man-made dan natural, tadi menjadi penting karena ada kondisi tertentu yang natural tadi bisa menjadi solusi terhadap permasalahan kualitas air," katanya.

Ia menambahkan, pembangunan hutan mendorong regulasi air yang lebih baik, karena dapat meningkatkan kualitas air dan memastikan suplai air bagi danau serta bendungan yang menjadi sumber air bagi masyarakat.

Dalam diskusi Hari Air Dunia ke-32 ini, hadir pula Leader of World Clean up Day Indonesia, Andy Bahari dan aktris sekaligus founder Sea Soldier, Nadine Chandrawinata.


 

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x