Menurut Taofik, persoalan-persoalan terkait stunting, masalah keluarga, hingga perceraian menjadi isu terkait PMI.
“Solusinya adalah PMI perlu punya usaha sehingga setelah purna memiliki sumber ekonomi”, paparnya.
Dalam diskusi tersebut, tim peneliti menanyakan langkah-langkah konkrit yang telah dilakukan Pemda Lombok Timur terkait permasalahan PMI.
Taofik mengungkapkan, pada 2021 Lombok Timur bekerjasama dengan UNDP dalam pemberdayaan ekonomi yang melibatkan PMI purna.
Lombok Timur juga memberikan bantuan modal usaha kepada warganya, termasuk paraPMI purna beserta keluarganya dengan istilah Lotim Berkembang (Lombok Timur Berantas Rentenir Melalui Kredit Tanpa Bunga).
Taofik mengatakan, idealnya PMI bekerja ke luar negeri cukup dua tahun.
Ia mengamati bahwa PMI yang bekerja lebih dari dua tahun kemungkinan gagal lebih besar karena perilaku konsumtif yang mereka lakukan.
Dari diskusi itu muncul saran, seyogyanya PMI bekerja di luar negeri selama dua tahun fokus mengumpulkan modal.
Lalu saat kembali ke tanah air menggunakan tabungannya untuk modal berwirausaha sekaligus mengembangkan ekonomi daerah asal.
Baca Juga: Saat Kick Off Konferensi Penyiaran Indonesia, UMJ Dorong Revisi UU Penyiaran Dilanjutkan
Nani Nurani Muksin menambahkan, komunikasi kelompok sangat penting dilakukan oleh paraPMI purna sehingga mereka bisa bersinergi mengembangkan potensi lokal yang ada di wilayah Lombok Timur.
“Dari sinilah dapat dikembangkan menjadi sebuah usaha yang berkelanjutan dan mengedepankan green economy”, ujarnya, seraya menutup kunjungan diskusi di kantor Bupati Lombok Timur itu dengan ramah tamah dan saling menyerahkan cendera mata.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.